Ruang Lingkup Bidang Usaha Lokasi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan

keterlambatan yang diterima selama 14 hari. Ternyata Pabrik Gula Kwala Madu dapat diselesaikan dalam arti dapat beroperasi1 bulan lebih maju dari ketentuan kontrak yaitu tanggal 20 Januari 1984 Pabrik Gula Kwala Madu bekerja secara kontinu 24 jam sehari dalam masa giling yang dibagi menjadi tiga shift jam kerja, dimana satu shift adalah 8 jam. Kapasitas pabrik 4000 ton tebu sehari 4000 TCD

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Berdasarkan pengelompokan perusahaan gula negara, Pabrik Gula Kwala Madu dikategorikan ke dalam empat pengelompokan sesuai dengan SK Menteri Pertanian No.59KPTSEKKU101997 yang mengelompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas dalam: 1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800-1200 ton 2. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 1200-1800 ton 3. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 1800-2700 ton 4. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 2700-4000 ton Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PTPN II juga memiliki pabrik gula yang lain yaitu pabrik gula Sei Semayang dengan kapasitas 4000 ton.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berada di Kwala Begamit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, kira-kira 36 Km dari kota Medan. Lokasi ini jauh dari keramaian penduduk dan cukup dekat dengan lokasi bahan baku yaitu perkebunan tebu.

2.4. Daerah Pemasaran

Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Pemasaran pada Pabrik Industri Gula PTPN II dimulai dari proses pemesanan. Pesanan ini diterima oleh pihak perusahaan melalui bagian pemasaran, selanjutnya bagian pemasaran akan memberitahukan pemesanan tersebut ke pabrik untuk diproses. Setelah pemesanan selesai diproses, maka selanjutnya dikirim kepihak Bulog sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Saluran produksi Pabrik Gula PTPN II sampai ketangan konsumen dapat digambarkan seperti berikut Gambar 2.1. Saluran produksi Parik Gula Kwala Madu 2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan

2.5.1. Aspek Sosial Perusahaan Pabrik Gula PTPN II

Bagian Pemasaran BULOG Konsumen Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu ini cukup membantu dalam menampung tenaga kerja yang ada disekitar pabrik tersebut, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di lingkungan pabrik.

2.5.2. Aspek Lingkungan Perusahaan

Letak Pabrik pada suatu tempat dapat memberi pengaruh terhadap lingkungannya, baik pengaruh terhadap yang langsung ataupun pengaruh yang tidak langsung. Pengaruh langsung yang perlu diperhatikan adalah pengaruh limbah terhadap lingkungan disekitar pabrik. Ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup telah ditetapkan di Indonesia melalui undang-undang No.41982, antara lain mengharuskan membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL sebelum pembangunan suatu pabrik dan melaksanakan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan SEMDAL pabrik yang sudah berjalan. AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut. Namun pada pihak lain juga tidak benar menganggap AMDAL sebagai satu-satunya faktor penentu dalam pengambilan keputusan, disamping masukan dari bidang teknik, ekonomi, dan lain-lain. PT. Perkebunan Nusantara II Persero Pabrik Gula Kwala Madu sebagai salah satu industri yang menggunakan tebu sebagai bahan baku utamanya tidak diragukan lagi Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sehingga tidak didahului penyusunan penyajian evaluasi lingkungan SEL Dampak negatif akibat kegiatan di Pabrik Gula Kwla Madu yang harus segera disusun Rencana Pengelolaan Lingkungan RPL untuk penurunan kualitas air adalah: 1. Pengolahan Limbah Cair 1 Perbaikan kolam pengolahan 2 Pendaurulangan air jatuhan kondensor 2. Penanggulangan Limbah Padat 1 Pemanfaaatn blotong untuk bahan baku pupuk kompos 2 Pemanfaatan ampa tebu untuk bahan bakar di Boiler 3 Pemanfaatan abu ketel untuk campuran pupuk kompos 3. Pengolahan Limbah Gas Penanganan abu cerobong ketel yang banyak mengandung abu ketel dengan pemasangan wet scrubber ampas basah pada gas duck boiler antara IDF dengan cerobong. Tabel 2.1. Analisis Spesifikasi Buangan Limbah Cair PGKM No Uraian Satuan Nilai Analisa Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Ambang Batas Limbah A Sistem Pengendalian Kolam 1. Kolam pendingin stabilisasi PH 6-9 6.40 Temperatur C 40 31.70 Pengoperasian Aerator Jam Hari 24 24 2. Kolam Oksidasi Aerasi PH 6-9 7.70 Pertumbuhan Bakteri Positif Positif Pengoperasian Aerator Jam Hari 24 24 3. Kolam Pengendapan Clarifier PH 6-9 7.80 Temperatur C 27-32 30.00 B Analisis Buangan Akhir 1. BOD3 Mgr L 100 98 2. COD Mgr L 250 243 3. TSS Mgr L 175 169 4. PH 6-9 7.30 5. Temperatur C 27-32 28.50 Sumber : Laboratorium PGKM Bila dibandingkan spesifikasi buangan limbah Pabrik Gula Kwala Madu dengan nilai ambang batas yang diperkenankan seperti terlihat pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa kandungan zat terlarut pada limbah masih dalam nilai ambang batas yang aman bagi lingkungan. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 2.6. Proses produksi 2.6.1. Standar Mutu Produk Standar mutu produk yang ditetapkan oleh pihak perusahaan adalah standard mutu produk berdasarkan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI yang ada di Yogyakarta. Adapun standard mutu produk yang ditetapkan perusahaan adalah : - Gula hasil produksi warnanya putih dan jernih - Ukuran kristal memenuhi persyaratan yaitu 0,9 - 1,0 mm - Kadar air 0,1 - Pol : 99,5 2.6.2. Bahan yang digunakan 1. Bahan Baku Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi. Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu adalah tebu. Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen kadar gula rata – rata sekitar 6,5 – 7 . Pemanenan tebu dilakukan antara 10 – 12 bulan sejak ditanam, dimana sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak sebagai sampelcontoh. Tebu yang baik untuk diolah adalah yang matang dan kandungan gula dalam batang adalah sama. Kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor intern yaitu varietas tebu dan faktor eksternal adalah iklim, kondisi tanah, serta perawatan dan pemeliharaan. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Faktor yang paling nyata dalam kandungan gula adalah iklim, karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu antara bulan Januari sampai dengan bulan Agustus. 2. Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yang ditambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga dapat menghasilkan produksi gula. Bahan tambahan pada produksi gula adalah : 1 Air Air digunakan sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan untuk memeras kandungan gula pada ampas tebu semaksimal mungkin. Volume air yang dibutuhkan sebanyak 20 dari ton tebujam. 2 Susu Kapur Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan pH nira menjadi 8,0 – 8,5. pemilihan susu kapur sebagai bahan yang digunakan untuk menaikkan pH nira didasarkan pada harganya yang murah dan mudah membuatnya. 3 Belerang Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira. Tujuan pemberian gas belerang adalah : Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 a. Menetralkan kelebihan air kapur pada nira terkapur pH mencapai 7,0 – 7,2. b. Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh pada warna kristal dan gula 4 Flokulant Flokulant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang bertindak sebagai pengikat partikel halus yang tidak larut dalam nira larutan untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan lebih mudah diendapkan untuk disaring. 5 Talofloc dan Talofloate Talofloc atau sering disebut gamping, diberikan untuk mengikat nira, sedangkan Talofloate untuk mereduksi warna dari pekat menjadi warna yang lebih pucat. Kedua zat ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian dari nira kental. 6 Asam Phospat Digunakan pada proses stasiun toladura yang mempunyai fungsi seperti gas SO 2 . 3. Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau bahan yang ditambahkan ke dalam produk dimana keberadaannya tidak mengurangi nilai produk tersebut. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam produksi gula adalah : 1 Karung plastik yang digukan untuk mengarungi gula. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 2 Benang jahit untuk menjahit karung plastik.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala Madu dibagi dalam beberapa stasiun, yaitu stasiun gilingan mill station, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran dan penyelesaian. Lama pekerjaan sekitar 8 jamshift. 1. Pengerjaan Pendahuluan Tebu yang telah ditebang dari kebun diangkut ke pabrik dengan truk dengan kapsitas 7 ton sampai lebih dari 10 ton. Sebelum sampai halaman pabrik, tebu beserta truck ditimbang, kemudian setelah tebu dibongkar di halaman pabrik, maka truck ditimbang kembali sehingga diperoleh berat bersih netto. Sedangkan waktu antara penebangan dengan proses awal tidak lebih dari 24 jam. Tebu yang diangkut truk dengan kapasitas 5-6 ton naik ke truck tipller dan dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke feeding cane carrier . Sedangkan yang diangkut dengan truk yang berkapasitas 8-10 ton yang menggunakan tali pengangkut dibongkar dengan menggunakan cane lifter hilo ke dalam feeding cane table, dimana kabel hilo dihubungkan dengan tali pengangkut tebu pada truk. Berikutnya tenaga hidrolik digerakan sehingga posisi tebu terangkat miring dan tebu tumpah ke feeding cane table, lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas giling yang direncanakan. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Oleh feeding cane carrier tebu dibawa ke cane leveller guna pengaturan pemasukan tebu menuju cane cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong-potong secara horizontal, dan selanjutnya dibawa cane carrier ke cane cutter II untuk dicacah lebih halus lagi. Sebelum jatuh ke gilingan, logam-logam besi yang terikut pada potongan tebu ditarik oleh tramp iron separator dan potongan-potongan tebu diatur masuknya ke gilingan. 2. Stasiun Gilingan Mill Station Fungsi dan tujuan dan penggilingan ini adalah untuk mendapatkan air nira sebanyak mungkin. Penggilingan dilakukan sebanyak lima kali dengan lima unit gilingan Five Set Three Roller Mill yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga buah rol yang terbuat dari besi satu set yang mempunyai permukaan yang beralur berbentuk V dengan sudut 30 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas Top Roll dengan roll belakanag Bagasse Roll lebih kecil dari pada antara roll atas dengan roll depan Feed Roll. Besarnya tekanan maksimum pada penggilingan adalah 150-200 Kgcm 2 dengan putaran rol yang berbeda antara gilingan yang satu dengan yang lain dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm ; gilingan II 5,0 rpm ; gilingan III 5,0 rpm ; gilingan IV 5,2 rpm ; gilingan V 4,2 rpm. Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah: Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 1 Tebu yang sudah dicacah halus dibawa cane carrier evalator ke gilingan pertama. Air perasan nira dari gilingan I ditampung pada bak penampungan I. Ampas dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperas lagi. Air perasan masuk dalam bak penampungan nira yang diperoleh dari bak penampungan I, yang disebaut dengan Primary Juice. 2 Nira dari gilingan I dan II masih terdapat ampas yang nantinya sama-sama ditampung pada bak penampungan I. Nira pada bak penmpungan I disaring pada juice strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II dan nira yang disaring ditampung dalam satu tangki dan siap dipompakan pada stasiun pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank. 3 Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas lagi. Air perasan ditampung pada bak penampung II dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilingan I. 4 Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV. Air perasan ditampung pada bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilingan III 5 Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas lagi. Air dari gilingan V ditampung pada bak IV dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilinagan IV. Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi, air imbibisi ini berasal kondensat evaporator badan IV dan V dan temperatur imbibisi sekitar 60-70 o C. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 6 Ampas tebu dari gilingan V selanjutnya diangkut dengan 1 unit konveyor melalui satu plat saringan., dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju boiler dan ampas halus dipisah digunakan untuk membantu proses penyaringan pada alat vacum filter di stasiun pemurnian. Semakin kebelakang ampas tebu, kadar nira yang dikandungnya akan semakin kecil. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit konveyor melalui satu palt saringan dimana ampas kasar dibawa menuju boiler untuk bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan. Sedangkan ampas halus dihisap dengan Bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan dikirim lagi ke Bagacillo Tank untuk digunakan sebagai pencampur pada Rotary Vacum Filter yang terdapat pada stasiun pemurnian. Pemberian imbibisi pada ampas gilingan IV mempunyai fungsi untuk melarutkan nira yang masih ada tertinggal pada ampas tersebut. Air yang diberikan tersebut dengan debit air 20 dari kapasitas tebujam dan suhu 70 o C dengan perbandingan 19-24 dari berat tebu untuk kapasitas tebu perjam. Bila air imbibisi diberikan terlalu banyak akan melarutkan gula lebih banyak, tetapi akan menyebabkan waktu penguapan terlalu lama. Sebaliknya bila imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas cukup tinggi, karena itu perlu ditentukan jumlah penambahan air imbibisi yang optimum selama penggilingan berlangsung, apabila persediaan tebu telah habis sehingga stasiun penggilingan terhenti maka Roll Mill harus disiram dengan larutan kapur yang berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme. Nira yang Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung bak penampung raw juice tank selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian. 3. Stasiun Pemurnian Tujuan proses pada stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira sehingga nira yang dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa. Tujuan utama dari stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran- kotoran yang terkandung dalam nira mentah. Didalam proses pemurnian ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu : 1 Timbangan nira mentah Juice Weighting Scale Nira mentah dari tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan dan dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang. Dalam penimbangan nira mentah dipakai timbangan Maxwelt Bolougne yang dapat bekerja secara otomatis dengan berat sekali timbngan 5,5 ton. Prinsip dari alat ini adalah atas dasar sistem keseimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana nira akan berhenti secara gravitasi ke tangki penampungan. 2 Pemanas nira 1 Juice Heater 1 Nira yang didalam tangki penampungan selanjutnya dipompakan ke alat pemanas 1primary heateryang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas 1 adalah untuk menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan mikroorganisme , sehingga komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira pada Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 bejana pengendapan nanti. Pada tangki pemanas nira 1 nira dipanaskan hingga suhu 70 o C, kemudian nira dialirkan ke dalam badan pemanas 2 dan dipanaskan hingga temperatur menjadi 75 o C. media panas pada pemanas nira 1 merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evapurator 1 dan 2. 3 Tangki defekasi defecator Nira yang terdapat didalam tangki pemanas 1 pemanas 1 nira dipompakan ketangki defeksi untuk pembubuhan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah pH nira 5,6 menjadi 8,0-8,5. pemasukan susu kapur diatur dengan control value yang dikendalikan oleh pH Indicator Controler. Tujuan dari penambahan dari susu kapur adalah agar asam-asam yang terdapat pada nira menjadi basa karena gula akan rusak bila gula dalam keadaan asam. 4 Tangki sulfitas Untuk menetralkan kembali nira yang terdapat dalam tangki defekasi, maka nira tersebut dikirim ketangki sulfitas tipe sekat parabolis. Tangki sulfitas berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi dengan gas SO 2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat parabolis berfungsi untuk membantu proses pencampuran sehingga pencampuran dapat berjalan dengan kontinyu. Penambahan gas SO 2 dengan maksud agar nira terkapur mengalami penurunan pH menjadi 6,0-6,5 pada suhu 70 o -75 o C dengan waktu 5 menit. Pada tangki sulfitase ini diharapkan pada kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO 2 . Selanjutnya dinetralkan kembali pada Netralizing Tank sehingga pH tercapai 7,0-7,2.. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 5 Tangki Tunggu Nira mentah dari sulfitator ke tangki peti tunggu dengan waktu 6 menit. Fungsi dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-koloid yang berupa kotoran yang terbentuk di tangki sulfitator. 6 Tangki Netralisasi Tangki netralisasi berfungsi untuk mengatur pH nira yang keluar dari tangki sulfitator . Didalam tangki netralisasi ini nira diaduk dengan alat pengaduk mekanis. Jika pH nira kurang dari 7,0 maka nira ditambah dengan susu kapur sehingga pH nira naik menjadi 7,0-7,2. 7 Pemanas Nira 2 Juice Heater 2 Nira dari peti tunggu dipompakan dengan mesin pompa centrifugal ke pemanas nira 2 yang juga memiliki dua unit badan pemanas. Pada badan pemanas dua nira dipanaskan dengan temperatur 105 o C. prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira 1. 8 Tangki Pengembang Flash Tank Nira yang berasal dari pemanas nira 2 dialirkan ke tangki pengembang. Tangki pengembang ini berfungsi untuk menghilangkan udara dan gas-gas yang terlarut dalam nira. Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Bila udara dan gas-gas yang terlarut dalam nira tidak dihilangkan, maka akan mengganggu atau menghambat pemisahan kotoran-kotoran dari nira ditangki pengendapan. 9 Tangki Pengendapan Door Clalifier Nira ditangki pengembang dialirkan ke tangki pengendapan, sehingga terpisahlah antara nira yang jernih bagian atas dan nira kotor bagian bawa, nira jernih dialirkan ke stasiun penguapan evapurator, sedangkan endapan nira atau nira kotor dibagian bawa dicampurkan ke Mud Feed Mixer untuk dicampur dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan. Tangki pengendapan bekerja secara kontinyu dan memiliki empat kompertement yang dipergunakan untuk mempermudah proses pengendapan. Endapan yang terbentuk disapu dengan skrap yang bergerak lambat. Endapan jatuh ke tepi tiap- tiap peralatan. Selanjutnya dipompakan ke Mud Feed Mixer, sedangkan nira jernih keluar melalui pipa-pipa yang dipasang pada tiap kompertement. Agar pengendapan lebih cepat, maka diberikan floculant, dimana pemberiannya dilakukan pada nira masuk ke tangki pengendapan. Pencampuran ini bertuijuan untuk membantu pada saat penyaringan vacum filter yang memisahkan nira dengan kotoran. Saringan yang digunakan adalah saringan hampa rotary vacuum filter . Nira hasil saringan disebut filtrate selanjutnya dikembalikan ke timbangan nira mentah. Sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut dengan blotong yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk. Jadi dapat kita ketahui secara Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 jelas bahwa tangki pengendapan berfungsi untuk memisahkan endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan yang jernih. 4. Stasiun Penguapan Evaporator Station Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula Kwala Madu menggunakan empat unit evaporator yang disebut Quadruple Evaporator yang bertujuan untuk menguapkan air dan nira yang menggunakan proses vakum. Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam proses selanjutnya. Penguapan dilakukan pada temperatur 50 o C – 110 o C dan untuk menghindari kerusakan sakarosa maupun monosakaridanya dilakukan penurunan tekanan di dalam evaporator sehingga titik didih nira turun. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit beroperasi dan satu unit sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama proses berlangsung temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk menghemat panas yang diperlukan, maka media panas untuk evaporator 1 digunakan untuk uap bekas yang berasal dari Low Pressure tekanan 1kg, sedangkan media pemanas bagi evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator sebelumnya. Hal ini disebut vapour, temperatur pada evaporator 1 sebesar 110 o C dan berangsur-angsur turun sampai temperatur 50-55 o C pada evaporator 4. hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan tekanan yang berbeda-beda dari evaporator 1 sampai dengan evaporator 4. Peristiwa mengalirnya uap dari evaporator 1 ke tormol pada evaporator 2 disebabkan pada evaporator 1 setelah masuk ke dalam bagian Shell pada evaporator 2 akan melepaskan panas Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam Shell sehingga uap air nira evaporator 1 dapat mengalir pada evaporator 2 dan seterusnya. Uap nira evaporator 4 masuk ke dalam kondensor untuk diembunkan dikondensasikan dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap-uap yang tidak terkondensasikan dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator 1 ke evaporator 2 dan seterusnya disebabkan karena adanya perbedaan tekanan vakum pada masing- masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir menuju evaporator berikutnya. Demikian seterusnya sampai ke evaporator 4. 5. Stasiun Masakan Untuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristalkan dalam satu kali proses kristalisasi. Adapun tujuan utama dari stasiun ini adalah mengeluarkan nira sebanyak mungkin dari nira kental melalui beberapa proses kristalisasi. Pada stasiun ini dilakukan pada pemanasan nira sampai lewat jenuh dengan cara menguapkan sampai berbentuk kristal dengan temperatur masakan 50-65 o C. Metode penguapan ini tergantung pada harkat kemurnian HK gula dan dilakukan beberapa cara antara lain: Sistem 4 empat tingkat : ABCD untuk HK8,3 Sistem 3 tiga tingkat : ABD atau ACD untuk HK 70 – 80 Sistem 2 dua tingkat : AD untuk HK70 Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Proses produksi gula yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu dengan melakukan sistem 3 tiga tingkat ABD karena mempunyai HK gula sekitar 80, pada masakan A dan B diusahakan harkat kemurnian HK yang tertinggi. Untuk masakan D diusahakan HK gula sekitar 58 – 60, sedangkan untuk gula tetes HK harus lebih kecil dari 30. Pelaksanaan proses masakan harus dilakukan pada tekanan hampa untuk menjaga agar tidak terjadi pemecahan sukrosa, karena pada suhu yang tinggi akan membentuk caramel yang berwarna gelap sehingga mutu gula akan rendah. Titik didih larutan gula lebih besar dari titik didih air murni, karena hal ini disebabkan adanya zat yang terlarut. Dalam proses masakan, langkah-langkah yang harus yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1 Menarik Hampa Sebelum proses masakan dimulai, tangki masakan pan masakan terlebih dahulu dibuat hampa udara dengan tekanan vakum 40 cmHg lalu saluran penghubung dengan tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh, sehingga keadaan maksimum tekanan 66 cmHg, sementara itu stem pemanas dibuka lebih kecil untuk pemasakan. 2 Pembuatan Bibit Pembuatan bibit dilakukan dengan fodan, dimana inti kristal yang memiliki bentuk kristal yang baik dan memiliki ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar sehingga menjadi kristal halus dan dapat dibuat di luar pan masakan. Besar kristal dan kondisi masakan dapat diketahui Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 dengan sogokan yang terdapat ditangki masakan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan dan diamati pada sinar lampu. Jika disekitar gula lebih mudah bergabung dengan kristal gula untuk memperoleh kristal gula yang dinginkan. a. Memperbesar Kristal Bila bibit yang dibuat cukup, maka diperbesar sampai ukuran yang diharapkan yaitu 0,8 – 0,9 mm, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian bibit yang baik, maka diperoleh kondisi kristal gula yang baik. b. Masakan Tua Masakan tua adalah apabila telah tercapai ukuran kristal sesuai dengan ketentuan. Tujuan masakan tua adalah melanjutkan masakan dalam pan kristalisasi tanpa menambahkan larutan baru dengan kesepakatan setinggi- tingginya agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan pada kristal baru. Apabila ketentuan diatas telah terpenuhi, maka terjadilah kristal yang cukup rapat dan dengan pengkristalan yang telah sesuai. c. Palung Pendingin Masakan tua yang ukurannya 0,8 – 0,9 mm akan dikeluarkan dari tangki masakan dan dimasukan ke dalam palung pendingin yang terdapat dibawa tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan penghilangan tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa dengan cara menutup hubungan dengan pas masakan dengan bejana penghubung, kemudian kran yang menghubungkan pan masakan akan jatuh ke bawah, steam pemanas ditutup setelah seluruh Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 masakan diturunkan, pan masakan dicuci dengan steam uap panas untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan larutan-larutan yang tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak mengganggu proses pengkristalan dan kualitas gula yang terbentuk. Larutan dari pan masakan dialirkan ke stasiun putaran. d. Pemisahan masakan D Hasil dari pemisahan masakan D dihasilkan gula D dan tetes serta putaran D adalah gula D1 yang akan diputar untuk kedua kalinya sehingga diperoleh klare D2 dan babonan bibit lalu dipompakan ke tangki bibitan yang merupakan bibit untuk masakan A dan B. e. Pemisahan masakan A dan B Hasil pemisahan masakan A akan dihasilkan gula A dan stroop A, dimana stroop A merupakan bahan dasar untuk masakan B. Hasil pemisahan masakan B akan dihasilkan gula B dan stroop B, dimana stroop B merupakan bahan dasar untuk masakan D. Gula A dan gula B diperoleh dari hasil pemisahan dikirim ke alat mixer AB dan dicampur menjadi gula AB. Kemudian gula AB diputar kembali dengan menggunakan alat pemutar centrifugal sehingga diperoleh gula dengan kemurnian yang lebih tinggi sebagai gula produk. 6. Stasiun PemutaranPemisahan Hasil dari proses pengkristalan dalam pan masakan adalah campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. fungsi dari stasiun pemutaran adalah untuk memisahkan kristal gula dari stroop dan tetes yang terdapat dalam masakan, alat Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 ini bekerja berdasarkan gaya centrifugal. Untuk mendapatkan kristal dalam bentuk murni, maka campuran ini harus dipisahkan, pemisahan dilakukan dengan penyaringan. Saringan yang digunakan untuk massa campuran ini dengan menggunakan kekuatan pusing gaya centrifugal. Massa dimasukkan dalam alat centrifugal, maka massa akan terlempar menjauhi sumbuh poros. Karena ada saringan, kristal akan tertahan, sedangkan larutan akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian terpisahlah antara larutan dengan kristalnya. Sesudah pemutaran sebagian larutan akan terpisah tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal. Untuk menghilangkan larutan tersebut, maka dibantu siraman air sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air sehingga putaran kedua akan diperoleh kristal gula produk. 7. Stasiun Penyelesaian Kristal gula yang diturunkan pada putaran SHS langsung ke Grasshopper Conveyor untuk penampungan sekaligus mendinginkan kemudian disalurkan ke Grasshopper Conveyor untuk memperbesar areal pendinginan dan sekaligus merata gula SHS terhadap sugar elevator. Dalam sugar elevator ini kondidi gula SHS masih dalam keadaan basah. Hal ini perlu dilakukan pengeringan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standard. Gula SHS tersebut dimasukan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana sistem pemanasan dan pengeringan dilakukan dengan cara mekanis dan memberikan udara panas dan suhu kira-kira 80-90 o C yang dilairkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler . Kemudian gula tersebut dimasukan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 Vibrating Screen . Pada Vibrating Screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan yang cukup. Didalam sugar dryer dan cooler dilengkapi suatu alat pemompa yang berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS. Gula halus ini dialirkan melalui pipa rangkap dan secara otomatis diinjeksikan dengan air imbibisi oleh pemisahan Nozle untuk menangkap parikel-partikel gula halus. Kemudian partikel-partikel gula tersebut dimasukan ke dalam bak penampungan dan dialirkan ke stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Proses gumpalan-gumpalan gula dimasukan ke dalam tangki peleburan gula, selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Gula standard dimasukan ke alat pembawa gula melalui penyadap logam yang mana penyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang terbawa atau tercampur dengan gula produksi. Untuk mengoptimalkan gula SHS dari kadar logam tersebut diatas diperlukan pembersihan secara bertahap atau periodik dengan jangka waktu 3 kali dan 8 jam. Kemudian gula yang telah bersih dari penyadap logam diatas dibawa oleh alat pembawa gula menuju kepenampungan gula sebagai penimbunan untuk pengemasan. 8. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi Penampungan gula yang dilengkapi dengan dua alat pengisi gula secara otomatis, dimana setiap alat pengisi mempunyai timbangan yang telah ditentukan oleh badan metrologi dan bekerja sama dengan BULOG untuk menjamin keamanan dan keselamatan produksi gula SHS tersebut dengan Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 ketentuan 50 kgkarung. Untuk menjaga keselamatan produksi gula SHS ditetapkan oleh pihak direksi dengan standard. Gula produksi SHS yang dikemas dikirim ke gudang untuk penyimpanan sementara dimana gula produksi ini disimpan dengan suhu gudang 30-35 o C dengan kelembaban udara dalam ruang sekitar 73-82. Kapasitas gudang 12.740 ton, namun kapasitas optimum yang dipakai adalah 10.056 ton untuk pendistribusian dan pemasaran gula produksi SHS ketentuannya diatur oleh pihak direksi melalui bagian pemasarannya.

2.7. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam suatu perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya organisasi dapat dilihat sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilaksanakan dengan teraturdan penuh tanggung jawab sehingga rencana-rencana kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah dilakukan. Sturktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi, dimana satuan-satuan tersebut mempunyai tanggung jawab, tugas dan wewenang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh. Struktur organisasi digambarkan pada skema organisasi Organization Chart. Skema organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan serta proses ynag terjadi pada suatu organisasi. Terdapat empat komponen dasar yang merupakan kerangka dalam memberikan defenisi dari suatu struktur organisasi, yaitu: Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu organisasi. 2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pemimpin di seluruh tingkatan dalam organisasi. 3. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi, yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi, baik ke arah vertikal maupun horizontal. 4. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh. Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan struktur organisasi yang dapat memepersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehingga mendorong mereka melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dalam mendukung sasaran perusahaan. Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel. Struktur organisasi ini dapat hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang dialami perusahaan. Dalam merancang bentuk organisasi, para penganut organisasi klasik pad umumnya menekankan bahwa pembagian tugas-tugas serta pengelompokannya Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 sebaiknya dilakukan menurut fungsi dari tugas-tugas tersebut. Sedangkan koordinasi dicapai melalui penggunaan peraturan, rencana, hirarki. Pendekatan organisasi modern lebih menekankan pada pentingnya hubungan horizontal dalam organisasi sebagai alat koordinasi, selain alat hubungan vertikal dan juga mengajukan penggunaan unit-unit organisasi yang lengkap pada bagian-bagian organisasi, untuk mempermudah pengkoordinasian. Struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu adalah struktur organisasi garis. Adapun alasan digunakan struktur organisasi garis adalah: 1. Adanya kesatuan dalam pimpinan dan perintah 2. Pengambilan keputusan lebih cepat 3. Solidaritas karyawan tinggi 4. Biayanya rendah Tabel 2.2. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu No Uraian Karyawan Pimpinan Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Jumlah 1 Kantor Manager a. Manager b. TUK Umum Gudang Material c. Gudang Hasil Jumlah 1 - 1 2 - 44 12 56 - 8 41 49 1 52 54 107 2 Dinas Teknik a. Kantor DinasTeknik 1 9 2 12 Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 b. Boiler c. Mill d. Power House Listrik e. Instrument f. Work Shop g. Cane Yard h. Keamanan Jumlah 1 1 1 - 1 - - 5 57 53 58 17 48 40 28 310 6 6 8 - 8 - - 30 64 60 67 17 57 40 28 345 3 Dinas Pengolahan a. Kantor Dinas b. Pengolahan c. Pemurnian d. Penguapan e. Masakan f. Putaran g. Pengepakan Jumlah 1 1 1 1 1 - 5 10 5 50 49 24 24 2 154 - 8 8 9 11 18 54 6 59 58 - 34 36 20 213 4 Laboratorium a. Lab. Pabrik b. Water Treatment c. Instalasi Limbah 1 - - 25 3 3 15 3 3 41 6 6 Ariyanto : Perancangan Sistem Informasi Penerimaan Bahan Baku Dengan Metodologi Berorientasi Objek Pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II, 2007. USU Repository © 2009 d. Timbangan Jumlah - 1 9 40 6 27 15 68 Total 13 560 160 733 Sumber : HUMAS PGKM

2.8. Jam Kerja