Penentuan Faktor Yang Berpengaruh Pada Proses Pemurnian Nira Pada Tangki Pengendapan Dengan Metode ANAVA di PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu.

(1)

PENENTUAN FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PROSES PEMURNIAN NIRA PADA TANGKI PENGENDAPAN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANAVA PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II

PABRIK GULA KWALA MADU TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SUKMA TARIGAN

080423097

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan anugrah-Nya yang besar yang telah menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Judul dari tugas Sarjana ini adalah “Penentuan Faktor Yang Berpengaruh Pada Proses Pemurnian Nira Pada Tangki Pengendapan Dengan Metode ANAVA di PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu” Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, Program Pendidikan Sarjana Ekstensi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Penulisan menyadari Bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mnegharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis hingga selesai Tugas Sarjana ini. Rasa terimakasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Teristimewa buat kedua orangtuaku yang tercinta S. Tarigan dan K. Br Ginting dan kakak-kakakku yang tersayang yang telah memberikan dorongan dengan penuh cinta dan doa serta dukungan material yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas sarjana ini.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik Industri, atas segala nasihat dan dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas sarjana ini.

3. Bapak Ir. Nimpan S. Depari, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan saran, bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas sarjana ini.

4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan dan kesabaran dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas sarjana ini.

5. Bapak Ir. Tanib S Tjolia, M. Eng, selaku Dosen Pembanding I atas bimbingan, pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan


(8)

6. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Dosen Pembanding II atas bimbingan, pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.

7. Bapak Ir. H A Jabbar M Rambe, M.Eng, selaku Dosen Pembanding III atas bimbingan, pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.

8. Bapak H. Aritonang selaku pembimbing lapangan di PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu yang telah membimbing dan mengajari saya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini

9. Staf Administasi kepada Bang mijo, Bang Bowo, Bang Ardiansyah, kak Dina dan Ibu Ani yang telah sabar membantu dalam proses birokrasi penyelenggaraan Tugas Sarjana ini

10.Staf Perustakaan bang kumis dan Kak Rahma yang selalu membantu penulis dalam mengimpulkan referensi untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini.

11.Teman-teman di Teknik Industri USU yang telah mendukung dan membantu saya terutama pada teman saya Elmina Dora, Dewi Anggraini, yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Tugas sarjana ini

Kepada semu pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan Tugas Sarjana yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.


(9)

RINGKASAN

PTP.Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu adalah suatu perusahaan negara yang bergerak dalam bidang industri gula yang bahan bakunya dari batang tebu.Gula yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat banyak sebagai bahan pangan pokok. Proses pengolahan gula putih yang di mulai dari masuknya bahan baku sampai produk jadi. Dalam pembuatan gula khususnya pada pencampuran bahan-bahan pada nira tebu sering terjadi kerusakan sehingga proses selanjutnya terhambat..

Agar proses produksi dapat berjalan lancar maka dilakukan penelitian di stasiun pemurnian nira untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada kristal-kristal gula dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kualitas gula dan mengurangi tingkat kerusakan kristal gula.

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemurnian nira pada tangki pengendapan adalah metode ANAVA (analisa Varians), sedangkan untuk menentukan kondisi optimum dari variabel yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira yang mempengaruhi kualitas gula adalah dengan menggunakan perhitungan optimisasi

Berdasarkan metode ANAVA yang digunakan pada penelitian pemurnian nira dalam tangki pengendapan ini maka diperoleh bahwa terdapat 1 faktor yang paling yang mempengaruhi pemurnian nira dalam tangki pengendapan yaitu lama pemurnian dan kondisi optimumnya yang diperoleh dari perhitungan optimisasi adalah 19,3 menit, sedangkan kondisi lama pemurnian yang digunakan dalam pabrik adalah 20 menit.

Untuk meningkatkan kualitas gula dan menmgurangi kerusakan kristal gula,maka pada proses produksi sebaiknya menggunakan lama pemurnian selama 19,3 menit sehungga dapat meningkatkan kualitas kristal gula.

Keyword : Menganalisa faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira dengan ANAVA (Analisis varians)


(10)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT SIDANG ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

RINGKASAN ... xiv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Pokok Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian Masalah ... I-3 1.4. Pembatasan Masalah ... I-4 1.5. Asumsi-Asumsi yang Digunakan ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir ... I-4


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 2.5.2. Uraian Tugas,wewenang dan Tanggungjawab ... II-7 2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-21 2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-21 2.6.2. Jam Kerja ... II-23 2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-23 2.7.1. Sistem Pengupahan ... II-23 2.7.2. Fasilitas ... II-25 2.8. Proses Produksi ... II-25 2.8.1. Standar Mutu Produk ... II-25 2.8.2. Bahan yang Digunakan ... II-26 2.9. Uraian Proses Produksi ... II-28


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 2.10.1. Mesin ... II-36 2.10.2. Peralatan ... II-39

III. LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Mutu ... III-1 3.2. Desain Eksperimen... III-2

3.3. Efek dan Interaksi ... III-7 3.4. Jenis-Jenis Rancangan ... III-9 3.5. Eksperimen Faktorial ... III-14 3.6. Desain Faktorial 2k ... III-15 3.6.1. Desain Faktorial 22 ... III-16

3.6.2. Desain Faktorial 23 ... III-21 3.7. Metode Yates Untuk Desain Eksperimen ... III-23

3.8. Analisa Varians (ANAVA) ... III-26 3.9. Uji Normalitas ... III-32 3.10. Proses Optimisasi ... III-35

IV. METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

4.1. Metode Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Rancangan Penelitian ... IV-1


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4. Variabe yang diamati ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Pengumpulan Data ... IV-2 4.7. Metode Pengolahan data ... IV-3 4.8. Analisa Data ... IV-4 4.9 Kesimpulan dan Analisa ... IV-4 4.10 Langkah Penelitian ... IV-4

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengolahan Data... V-2 5.2.1. Uji Kenormalan Data Dengan chi Kuadrat ... V-2 5.2.2. Penggunaan ANAVA dengan Metode Yates ... V-9 5.2.3. Tahap Optimisasi ... V-13

VI. ANALISA DAN EVALUASI

6.1. Analisa ... VI-1 6.2. Pembahasan ... VI-3

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

BAB HALAMAN

2.1. Diagram Pendistribusian Gula PTPN II ... II-3 2.2. Struktur Organisasi ... II-6 2.3. Blok Diagram Proses Pengolahan Tebu ... II-29 4.1. Blok Diagram Tahap Penelitian ... IV-5 4.2. Blok Diagram Uji Normalitas Data ... IV-6 4.3. Blok Diagram Pengujian ANAVA Metode Yates ... IV-7 4.4. Blok Diagram Perhitungan Tahap Optimisasi ... IV-8


(16)

DAFTAR TABEL

BAB HALAMAN

2.1. Susunan Tenaga Kerja PTPN II PG.Kwala Madu ... II-22 2.2. Nama-Nama Mesin Produksi ... II-37 2.5. Nama-Nama Peralatan Produksi ... II-40 3.1. Perlakuan Kombinasi Level-Level Faktor A dan Faktor B…… III-17

3. 2. Tanda koefisien efek untuk disain faktorial 22……… III-22

3.3. Tanda Koefisien Efek untuk Eksperimen 23………. III-22 3.4. Skema Perhitungan Kontras Dengan Metode Yates Untuk Disain

faktorial 22……… III-24 3.5. Skema Perhitungan Kontras Dengan Metode Yates

Untuk Disain faktorial 23 Dengan r Observasi Tiap Sel………… III-25

3.6. Skema Data Sampel Untuk Desain Faktorial 23 ( n Pengamatan Tiap Sel)……….. III-27 3.7. Daftar Anava Desain Eksperimen a x b……….. III-29 3.8. Daftar Analisa Varians ( ANAVA) ……… III-31

3.9. Daftar Distribusi Frekuensi………. III-33 3.10. Daftar Uji Normalitas ………... III-34

3.11. Desain Matrik Tahap Optimasi 22 Desain Faktoria………… III-36 5.1. Data Kombinasi kecepatan Pengadukan dan Waktu Pemurnian


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2. Data Keseluruhan ………..…… V-3 5.3. Distribusi Normal Frekuensi Hasil Pengolahan Data……… V-4

5.4. Hasil Perhitungan Luas Wilayah ………. V-7 5.5. Perhitungan Nilai Xhitung……….. V-8

5.6. Data Hasil Pengamatan…. ………. V-9 5.7. Hasil Pengolahan Data Dengan Metode Yates……… V-9

5.8. Daftar ANAVA Hasil Pengolahan Data……..……… V-12

5.9. Level Optimisasi Desain Faktorial 22……… V-13


(18)

RINGKASAN

PTP.Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu adalah suatu perusahaan negara yang bergerak dalam bidang industri gula yang bahan bakunya dari batang tebu.Gula yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat banyak sebagai bahan pangan pokok. Proses pengolahan gula putih yang di mulai dari masuknya bahan baku sampai produk jadi. Dalam pembuatan gula khususnya pada pencampuran bahan-bahan pada nira tebu sering terjadi kerusakan sehingga proses selanjutnya terhambat..

Agar proses produksi dapat berjalan lancar maka dilakukan penelitian di stasiun pemurnian nira untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada kristal-kristal gula dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kualitas gula dan mengurangi tingkat kerusakan kristal gula.

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemurnian nira pada tangki pengendapan adalah metode ANAVA (analisa Varians), sedangkan untuk menentukan kondisi optimum dari variabel yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira yang mempengaruhi kualitas gula adalah dengan menggunakan perhitungan optimisasi

Berdasarkan metode ANAVA yang digunakan pada penelitian pemurnian nira dalam tangki pengendapan ini maka diperoleh bahwa terdapat 1 faktor yang paling yang mempengaruhi pemurnian nira dalam tangki pengendapan yaitu lama pemurnian dan kondisi optimumnya yang diperoleh dari perhitungan optimisasi adalah 19,3 menit, sedangkan kondisi lama pemurnian yang digunakan dalam pabrik adalah 20 menit.

Untuk meningkatkan kualitas gula dan menmgurangi kerusakan kristal gula,maka pada proses produksi sebaiknya menggunakan lama pemurnian selama 19,3 menit sehungga dapat meningkatkan kualitas kristal gula.

Keyword : Menganalisa faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira dengan ANAVA (Analisis varians)


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah, akan tetapi dalam mengembangkan sumber-sumber daya saing Internasional yang lebih berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan teknologi industri manufaktur indonesia. PTP.Nusantara II bergerak dalam bidang Industri Gula yang bahan bakunya dari batang tebu.

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dan paling banyak di konsumsi oleh masyarakat banyak. Gula yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat banyak sebagai bahan pangan pokok.1 Sebagian produk makanan tentunya harus memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan sehingga layak untuk dikonsumsi. Gula yang kita konsumsi sehari-hari adalah gula kristal putih. Gula kristal putih dibuat dari tebu yang diolah melalui berbagai tahapan proses, untuk Indonesia kebanyakan menggunakan proses sulfitasi dalam pengolahan gula.


(20)

Tebu yang dipanen dari lahan perkebunan harus benar-benar matang dan

kandungan kadar gulanya dalam batang tebu cukup bagus untuk diproduksi (kadar antara 10-12 bulan sejak ditanam. Faktor yang mempengaruhi kadar gula yang

cukup bagus dalam batang tebu adalah iklim dan perawatan atau pemeliharaan tanaman tebu yang dilakukan oleh pihak perkebunan tebu.

Proses pengolahan gula putih yang dimulai dari masuknya bahan baku sampai produk jadi yang berlangsung secara terus-menerus tanpa ada suatu delay

(pemberhentian) dari satu mesin kemesin lainnya. Dalam hal ini terdapat kecendrungan bahwa dalam proses pengolahan tebu menjadi gula ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap gula tersebut.

Tebu yang sudah digiling dan diperas adalah nira mentah yang masih mengandung serat (serabut), kotoran disamping gula, dapat dikatakan nira mentah ini hampir masih semua komponen/partikel pada tebu masih ada didalamnya. Dalam proses pengolahan gula putih dari tebu, sukrosa harus dipisahkan dari zat dan ikatan bukan gula.

Kualitas mutu gula kristal putih yang dihasilkan ditentukan oleh kualitas nira mentah, kemudian cara pemurniannya dan cara menerapkan masakan dalam proses kristalisasi, kedua cara tersebut ditunjukan untuk mempengaruh kualitas nira mentah.

Proses pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira sehingga nira dihasilkan lebih murni. Untuk itu perlu adanya control pada proses pemurnian nira guna memperoleh produk gula yang standar yang juga


(21)

mengoptimumkan bahan baku. Dengan control yang baik pada proses pemurnian nira terutama pada tangki pengendapan (Door Clarifier) akan dapat memisahkan nira jernih atau nira kotor.

Proses pengolahan gula yang berkualitas yang memenuhi standat mutu adalah gula SHS I (Superior high Sugar) dan SHS II, dimana gula SHS I adalah gula yang memenuhi standar mutu sedangkan SHS II adalah gula SHS yang tidak memenuhi standar mutu.

Adapun standar mutu proses pengolahan gula SHS I yang telah ditetapkan adalah Gula hasil yang produksi harus berwarna putih dan bersih, gula harus benar-benar kering dan gula tidak berbau, sedangkan untuk gula SHS II adalah Gula yang dihasilkan tidak berwarna putih dan tidak bersih, gula yang dihasil basah dan berbau.

1.2 . Pokok Permasalahan

Adapun pokok masalah yang di bahas dan diteliti pada bagian Stasiun Pemurnian di PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu adalah bagaimana proses pemurnian nira tebu dalam tangki pengendapan sehingga nira tebu dapat dikatakan murni. Oleh karena itu penulis dapat meneliti pada bagian pemurnian nira, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi pemurnian nira adalah lama pemurnian nira dan kecepatan pengadukan


(22)

Sehubungan dengan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira maka dapat menganalisa faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira dengan Metode ANAVA (Analisa Varians)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah :

Untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira sehingga nira yang dihasilkan murni, sehingga dapat meningkatkan kualitas gula.

Tujuan Khusus penelitian adalah :

1. Untuk mengidentifukasikan distasiun pemurnian faktor-faktor yang paling mempengaruhi proses pemurnian nira dalam tangki pengendapan terhadap kualitas gula

2. Memberi suatu usula perbaikan terhadap pemurnian nira dalam tangki pengendapan.

1.4. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penganalisaan/pemecahan masalah, maka ruang lingkup permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Pemeriksaan dan pengambilan data dilakukan pada tangki pengendapan dari mesin produksi pada proses pemurnian nira

2. Data penelitian diperoleh langsung dari daerah stasiun pemurnian nira yang bertujuan untuk menghasilkan nira murni yang mempengaruhi proses selanjutnya dalam pengolahan gula putih.


(23)

1.5 Asumsi-asumsi yang Digunakan

Di samping pembatasan permasalahan di atas, juga dibutuhkan asumsi-asumsi berikut:

1. Tangki pengendapan dalam keadaan baik dan normal dengan nira dan bahan penolong yang masuk berada dalam kondisi baik.

2. Tidak terjadinya perubahan sistem produksi selama penelitian ini berlangsung.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR RINGKASAN


(24)

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian,Pembatasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan.

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kuala Madu, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

BAB III. LANDASAN TEORI

Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi teori dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan dan pemecahan masalah

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan evaluasi, srta kesimpulan dan saran.

BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Melakukan identifikasi data dan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pembahasan masalah


(25)

Menganalisa hasil pengolahan data dan untuk memperoleh penyelesaian dari masalah yang ada

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran mengemukakan kesimpulan semua hal yang dilakukan pada saat penelitian, terutama hasil pengolahan data yang diperoleh serta memberikan saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan.

Pada awal perkembangan Industri gula di Indonesia atau di Sumatera, tebu yang ditanami oleh petani Indonesia yang dipaksa oleh pemerintahan Belanda, jadi pemerintahanlah yang merupakan pemasokan utama tebu yang dibutuhkan pabrik gula bukan dari kalangan masyarakat. Pada Tahun 1891 tanam paksa dihapus oleh pemerintah Indonesia dan pihak pabrik gula memberikan kepada masyarakat untuk menenam tebu dilahan yang disewa para petani sebagai mata pencariannya sehari-hari.

Kristal gula yang dihasilkan pabrik pada umumnya terdiri dari berbagi jenis, sesuai dengan permintaan pemasaran. Pada tanggal 1 Januari 1959 seluruh perusahaan Perkebunan Belanda yang terdiri dari 34 Perkebunan diubah menjadi Perkebunan Negara baru, cabang Sumatera Utara yang melakukan pengembangan dengan mengubah kebun menjadi 39 Perkebunan dengan luas area 101.633 Ha.

Berdasarkan peraturan Pemerintah tanggal 1 Juni 1961 Perkebunan Negara Baru diubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan IX yang terdiri dari 23 Perkebunan dengan luas area 58.319.75 Ha.

Setelah melakukan penelitian maka dapat memenuhi ketentuan-ketentuan unit dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan, sehingga pada tanggal 1 April 1974 nama Perusahaan Persero diubah menjadi PTP. Nusantara IX dan pada tanggal 1


(27)

April 1994 diubah lagi menjadi PTP. Nusantara II di Semayang. Pada Tahun 1997 didirikan Pabrik Gula Kwala Madu Karena begitu luas perkebunan tebu di Sumatera Utara dari daerah Semayang sampai pada daerah kwala Madu, Maka PTP.Nusantara II dibagi menjadi 2 yaitu Pabrik Gula di Semayang dan di Pabrik Gula Kwala Madu.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang memproduksi gula. PTP. Nusantara II Kwala Madu merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Bahan baku utama pembuatan gula adalah tebu yang tidak jauh dari pabrik, sedangkan bahan tambahan untuk pembuatan gula adalah air, susu kapur, Gas belerang, fluclonat, dan asam phospat

PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu hanya memproduksi gula dan ada pun tebu yang di olah menjadi gula ada yang tidak terbentuk kristal gula atau disebut dengan Tetes yang dapat dimanfaatkan untuk dijual kepada pabrik pembuatan kecap, sehingga kristal gula yang tidak terbentuk tidak terbuang. Produk gula yang dihasilkan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, khususnya didaerah Pulau Sumatera.


(28)

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berada di Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, kira-kira 36 km dari kota Medan. Lokasi ini jauh dari keramaian penduduk dan cukup dekat dengan lokasi bahan baku yaitu Perkebunan tebu yang berada disekitar pabrik.

2.4. Daerah Pemasaran

Sistem pemasaran gula pada PT.Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proses pemesanan yang diterima oleh pihak perusahaan melalui bagian pemasaran, sehingga bagian pemasaran akan akan memberitahukan pesanan kepabrik untuk diproses. Pabrik akan memproses gula sesuai dengan pesanan yang diterima dari bagian pemasaran. Pesanan akan diambil oleh konsumen kepabrik yang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan seperti terlihat pada Gambar 2.1.


(29)

2.5. Struktur Organisasi

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur pada dasarnya merupakan ciri organisasi yang berfungsi untuk mengendalikan atau membedakan semua bagiannya. Adanya struktur akan memudahkan organisasi dalam mengendalikan perilaku pegawai, dalam arti pegawai tidak mampu membuat pilihan yang mutlak bebas dalam melakukan sesuatu pekerjaan dan cara mengerjakannya. Disamping itu, struktur juga mempengaruhi perilaku dan fungsi sesuatu kegiatan di dalam organisasi, Dengan demikian dapat menciptakan efektifitas dan efisiensi organisasi, diperlukan keputusan yang sarat dengan mendesain struktur organisasi.

Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi, dimana satuan-satuan tersebut mempunyai tanggung jawab tugas dan wewenang yang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh.

Struktur organisasi digambarkan pada skema organisasi (Organization Chart). Skema organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan serta proses yang terjadi pada suatu organisasi.

Terdapat empat komponen dasar merupakan kerangka dalam memberikan defenisi dari suatu struktur organisasi, yaitu:

1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada satu organisasi.


(30)

2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yan ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pemimpin diseluruh tingkatan dalam organisasi.

3. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi, yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi, baik kearah vertikal maupun horizontal.

4. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh.

Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehingga dapat mendorong mereka melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dengan mendukungnya sasaran perusahaan. Adapun beberapa jenis struktur organisasi yang umum yaitu :

Adapun struktur yang belaku di Pabrik Gula Kwala Madu adalah berbentuk garis, dimana wewenang berjalan menurut garis lurus dari pimpinan tertinggi terus sampai kepada karyawan pelaksana. Jadi setiap atasan mempunyai bawahan-bawahan menerima perintah secara lisan maupun tulisan.

Gambar struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu dapat dilihat pada Gambar 2.2


(31)

(32)

2.5.2.Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II di uraikan sebagai berikut :

1. Manajer Pabrik

a. Membantu Direksi mengerjakan tugas dan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh perusahaan.

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan di pabrik, guna menunjang usaha pokok secara efektif dan efisien.

c. Manajer pabrik bertanggung jawab terhadap direksi PTPN II. 2. Kepala Dinas Teknik

a. Kewajiban

a. Membantu manajemen pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh perusahaan

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan pabrik untuk menunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan oleh manajemen pabrik.

c. Menyediakan data dan informasi yang akurat untuk kepentingan manajemen pabrik.

d. Membuat laporan pertanggung jawaban kepada manajer mengenai situasi kerja di lapangan.


(33)

e. Dalam menjalankan tugas, Kepala Dinas Teknik harus berkoordinasi dengan kepala pengolahan dibantu oleh asisten.

f. Mengkoordinasikan seluruh asisten yang di bawahi untuk mencapai target dan sasaran yang ditetapkan.

g. Mengoptimalkan kerja mesin dan peralatan agar proses produksi berjalan efektif dan efisien.

h. Membuat laporan pertanggung jawaban kerja.

b. Wewenang

a. Membuat rencana kerja jangka menengah dan jangka pendek untuk pemeliharann dan pengoperasian mesin/instalansi.

b. Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjalan efektif dan efisien.

c. Memantau, mengevaluasi dan membuat tindakan terhadap penyimpanan operasional di pabrik.

d. Memberikan usul dan saran perbaikan Manajer pabrik yang dapat meningkatkan kierja pabrik.

3. Asisten Boiler a. Kewajiban

a. Membantu Ka.Dinas Teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengoperasian stasiun boiler


(34)

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan perbaikan dan penanganan peralatan pada stasiun Boiler.

b. Menyusun program perawatan mesin/peralatan stasiun Boiler. c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

d. Melakukan inspeksi secara teratur terhadap inventarisasi beserta kondisinya

e. Memantau, mengevaluasi dan memperbaiki hasil kerja stasiun.

c. Tanggung jawab

Asisten boiler bertanggun jawab kepada Ka. Dinas Teknik.

4. Asisten Milling a. Kewajiban

a. Membantu Ka.Dinas Teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan perencanaan, perawatan, pengoperasian stasiun giling.

b. Stasiun milling dipimpin oleh seorang staf yang bertugas mengolah peralatan dan tenaga kerja pada stasiun milling. Asisten milling dalam melaksanakan tugasnya dibantu mandor.

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan perbaikan dan penanganan peralatan pada stasiun gilingan.


(35)

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan. d. Melakukan inventarisasi fisik.

e. Memantau, menganalisa, memperbaiki hasil kegiatan di stasiun giling. f. Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja.

c. Tanggung Jawab

Asisten milling bertanggung jawab kepada Ka. Dinas Teknik

5 Asisten Listrik/Instrumen a. Kewajiban

a. Membantu Ka.Dinas Tenik dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan layout, pengoperasian seluruh peralatan pabrik, kantor, perumahan, pembangkit yang berkaitan dengan listrik/instrumen. b. Bidang Listrik/Instrument dipimpin oleh staf dan dibantu oleh mandor,

bertugas mengolah peralatan listrik dan sumber daya lainnya yang berkaitan.

c. Work Shop dipimpin oleh seorang staf dibantu mandor serta tenaga administrasi. Asisten Work Shop bertugas untuk melayani perbaikan, pembuatan suku cadang.

b. Wewenang:

a. Memuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan perbaikan dan penggunaan peralatan-peralatan listrik/instrument.


(36)

c. Melakukan standar baik biaya, fisik maupun mutu sesuai dengan ketetapan.

d. Melakukan inspeksi secara teratur.

e. Memantau menganalisa dan memperbaiki pekerjaan di bidang listrik/instrument.

6. Asisten Work Shop a. Kewajiban

a. Membantu Ka. Dinas teknik dalam pekerjaan mengolah Work Shop b. Mewakili Ka. Dinas Teknik bila KDT tidak berada di tempat.

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek dalam pengadaan perbaikan/modifikasi dan penggunaan mesin/peralatan Work Shop.

b. Menyusun program perawatan peralatan Work Shop. c. Melaksanakan standart biaya, fisik dan mutu.

d. Memantau, mengevaluasi dan memperbaiki hasil kerja Work Shop.

c. Tanggung Jawab

Asisten Work Shop bertanggung jawab kepada Ka. Dinas Teknik.

7. Asisten Cane Yard. a. Kewajiban


(37)

b. Cane yard dibantu mandor dan dipimpin oleh seorang staf dan tenaga administrasi. Bertugas mengatur kelancaran dan pengolahan tebu serta memelihara lingkungan/infrastruktur milik pabrik.

b. Wewenang

a. Menentukan operasi Cane Staker, Forklift, Tractor, dll.

b. Menyusun anggaran dan program perawatan peralatan yang dipergunakan di Cane Yard beserta keberhasilannya.

c. Pengawasan dan pengendalian administrasi, biaya serta operasi Cane Yard.

d. Menjaga kebersihan halaman, lingkungan, jalan saluran air, pasar infrastruktur lainnya milik pabrik.

c. Tangung Jawab

Asisten Cane Yard bertanggung jawab kepada manajer pabrik.

8 Kepala Dinas Pengolahan a. Kewajiban

a. Membantu manajer pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh perusahaan.

b. Melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengendalian dan pengawasan di pabrik untuk menunjang pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh menager pabrik.


(38)

d. Dalam melaksanakan tugas Ka. Dinas pengolahan harus berkoordinasi dengan kepala dinas teknik, dibantu oleh asisten.

e. Mengkoordinasi seluruh asisten yang dibawahi untuk mencapai target/sasaran yang sudah ditetapkan.

f. Mengoptimalkan kerja mesin/peralatan.

b. Wewenang

a. Membuat rencana kerja jangka menengah dan jangka pendek untuk memelihara dan pengoperasian mesin pengolahan.

b. Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjalan efektif dan efisien.

c. Memantau, mengevaluasi dan membuat tindakan perbaikan terhadap penyimpangan operasional.

d. Menilai kondisi staf dan mengusulakan mutasi, demosi atau promosi.

c. Tanggung Jawab

Ka. Dinas Pengolahan bertanggung jawab kepada manager pabrik

9. Asisten Pemurnian a. Kewajiban

a. Membantu Ka. Dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses pada stasiun pemurnian.

b. Stasiun pemurnian dipimpin oleh seorang staf dibantu mandor dan tenaga admnistrasi. Bertugas memaksimalkan rendemen, menekan kehilangan dengan kualitas sebaik mungkin secara efisien.


(39)

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan dan pengoperasian peralatan pada stasiun pemurnian.

b. Menyusun program perawatan peralatan. c. Melaksanakan standard fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan insfeksi secara teratur dan membuat recording. e. Pengendalian biaya dan sistem kerja

c. Tanggung jawab

Asisten pemurnian bertanggung jawab kepada Ka. Dinas pengolahan.

10. Asisten Putaran a. Kewajiban

a. Membantu Ka. Dinas Pengolahan melaksanakan pekerjaan proses pengolahan pada stasiun putaran.

b. Stasiun putaran dipimpin oleh seorang staf dan dibantu mandor serta tenaga administrasi. Bertugas memisahkan kristal dan melakukan pengeringan dengan prinsip efisien.

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan dan perbaikan dan pengoperasian peralatan pada stasiun putaran.

b. Menyusun program peralatan-peralatan. c. Melaksanakan standart fisik, biaya dan mutu.


(40)

e. Pengendalian biaya dan sistem kerja.

c. Tanggung Jawab

Asisten putaran bertanggung jawab kepada Ka. Dinas pengolahan.

11. Asisten Penguapan a. Kewajiban

Membantu Kepala Dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses pengolahan pada stasiun penguapan.

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan dan perbaikan dan pengoperasian peralatan pada stasiun penguapan.

b. Menyusun program peralatan-peralatan. c. Melaksanakan standard fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan insfeksi secara teratur dan membuat recording. e. Pengendalian biaya dan sistem kerja.

c. Tanggung jawab

Asisten penguapan bertanggung jawab kepada Ka. Dinas pengolahan.

12. Asisten Masakan a. Kewajiban

Membantu Ka. Dinas pengolahan melaksanakan tugasnya di pengolahan pada stasiun masakan.


(41)

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pangadaan dan perbaikan serta pengoperasian peralatan pada stasiun masakan.

b. Menyusun program peralatan-peralatan. c. Melaksanakan standart fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan insfeksi secara teratur dan membuat recording c. Tanggung jawab

Asisten masakan bertanggung jawab kepada Ka. Dinas Pengolahan dibantu seorang koordinator.

13. Kepala Tata Usaha a. Kewajiban

a. Membantu manager pabrik dalam melaksanakan tugasnya dibidang administrasi.

b. Mengolah administrasi perusahaan secara menyeluruh yang diklola oleh tiga orang asisten dengan dibantu tenaga administrasi.

b. Wewenang

a. Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi kantor. b. Bersama bagian lain, menyusun rencana kerja tahunan. c. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana tahunan. d. Pengendalian sumber dana dan pengunaan dana.


(42)

g. Pengamanan terhadap aset perusahaan.

14. Asisten Umum a. Kewajiban

a. Membantu Ka. Tata Usaha dalam mengawasi bagian umum perusahaan b.Membantu Ka. Tata Usaha melakukan pengawasan pada bagian umum

seperti personalia, koperasi.

b. Wewenang

a. Memngelola sumber daya manusia yang ada di perusahaan. b. Mengelola perkoperasian perusahaan.

c. Sebagai hubungan masyarakat di perusahaan.

c. Tanggung jawab :

Asisten umum bertanggung jawab kepada Ka. Tata Usaha dibantu seorang koordinator.

15. Asisten Kantor a. Kewajiban

Membantu Ka. Tata Usaha dalam pengawasan dibagian akuntansi, finansial, perencanaan perusahaan.

b. Wewenang

a. Membuat perencanaan perusahaan dalam tahunan.

b. Mengawasi bagian akauntansi dalam membuat pembukuan. c. Mengawasi bagian gaji dalam keuangan


(43)

c. Tanggung jawab

Asisten kantor bertanggung jawab kepada Ka. Tata Usaha mengenai kondisi kantor dibantu seorang koordinator.

16.Asisten Gudang a. Kewajiban

Membantu Ka. Tata Usaha dalam mengawasi bagian gudang di pabrik.

b. Wewenang

a. Melakukan pemeriksaan di gudang material dan gudang hasil. b. Melakukan insfeksi secara teratur.

c. Menyusun laporan mengenai jumlah barang masuk dan keluar.

c. Tanggung jawab

Asisten bertanggung jawab kepada Ka. Tata Usaha dalam melakukan pengawasan di gudang di bantu seorang koordinator.

17.Kepala . Loboratorium

a. Kewajiban

Membantu manager pabrik dalam melaksanakan pekerjaan dibidang laboratorium sebagai alat kontrol.

b. Wewenang

a. Membuat rencana jangka pendek tentang operasional laboratorium.

b. Membuat program perawatan alat laboratorium dan unit pengolahan limbah.


(44)

d. Membuat laporan pertanggung jawaban kepada manager.

c. Tanggung jawab

Kepala Laboatorium bertanggung jawab kepada manager dibantu dua orng asisten.

18. Asisten Laboratorium

a. Kewajiban

Membantu tugas Ka. Laboratorium dalam pengawasan laboratorium.

b. Wewenang

a. Mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan di laboratorium. b. Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

c. Membuat rencana kerja tahunan dengan bagian lain.

c. Tanggung jawab

Asisten laboratorium bertanggung jawab langsung kepada Ka. Laboratorium dibantu seorang koordinator.

19. Asisten Timbangan a. Kewajiban

Membantu Ka. Laboratorium dalam pengawasan di bagian timbangan.

b. Wewenang

a. Melakukan pemeriksaan di bagian timbangan

b. Membuat rencana jangka pendek di bagian timbangan. c. Melaksanakan standart fisik perusahaan.


(45)

c. Tanggung Jawab

Asisten timbangan bertanggung jawab kepada Ka. Laboratorium dibantu seorang koordinator.

20. Perwira Pengaman (Papam) a. Kewajiban

a. Membantu Manager dalam melaksanakan tigasnya dibidang keamanan. b. Perwira pengaman pemimpin oleh seorang perwira TNI yang dibantu

komandan regu hansip.

b. Wewenang

a. Menyusun rencana kerja tahunan bidang keamanan

b. Bersama unit lainnya mengkoordinir latihan bersama untuk keamanan kerja.

c. Melakukan insfeksi/patroli secara sistematis.

d. Pengawasan terhadap keamanan aset perusahaan, tenaga kerja. e. Menganalisa serta meningkatkan hasil kerja di bidang keamanan.

c. Tanggung jawab

Papam bertanggung jawab kepada Manager perusahaan.

21. Koordinator a. Kewajiban

a. Membantu Asisten-Asisten dalam melaksanakan tugasnya serta melakukan pengawasan lapangan serta evaluasi kerja.


(46)

b. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh asisten untuk diteruskan kepada mandor.

c. Melakukan pengawasan kerja sesuai instruksi. d. Menggantikan asisten bila tidak hadir.

e. Mengkordinir pekerjaan yang akan dilakukan. f. Mengevaluasi hasil kerja dan memperbaikinya.

b. Tanggung jawab

Koordinator bertanggung jawab langsung kepada asisten dibantu seorang mandor.

22. Mandor a. Kewajiban

a. Membantu Koordinator dalam melaksakan tugas dari asisten.

b. Melaksanakan tugas dari koordinator untuk diteruskan kepada karyawan pelaksana.

c. Membuat laporan harian kepada koordinator. d. Menggantikan koordinator bila berhalangan.

b. Tanggung jawab

Mandor bertanggung jawab kepada koordinator mengenai keadaan kerja dibantu oleh karyawan pelaksana.


(47)

2.6. Tenaga kerja dan Jam Kerja 2.6.1 Tenaga Kerja

Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari di Pabrik Gula Kwala Madu, memiliki karyawan sebanyak 733 orang. Setatus karyawan di Pabrik Gula Kwala Madu berbeda-beda menurutpandangan manajemen. Perincian tenaga kerja di PG. Kwala Madu terdiri dari :

a. Staf Pimpinan = 15 orang

b. Karyawan Pelaksana = 605 orang

c. Karyawan Tidak Tetap = 55 orang

Jumlah = 675 orang

Adapun bagian susuna tenaga kerja di Pabrik Gula Kwala Madu ditunjukkan pada Tabel 2.1.


(48)

Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu

No Uraian Karyawan

Pimponan

Karyawan Pelaksana

Karyawan

Tidak Tetap Jumlah 1 Kantor Manager

 Manager

 TUK/Umum/G.Material

 Gudang Hasil

1 - 1 - 44 12 - 8 41 1 52 54 2 Dinas Teknik

 Kantor Dinas Teknik

 Boiler

 Mill

 Power House/Listrik

 Instrument

 Work Shop

 Cane Yard

 Keamanan 1 1 1 1 - 1 - - 9 57 53 58 17 48 40 28 2 6 6 8 - 8 - - 12 64 60 67 17 57 40 28

3 Dinas Pengolahan

 Kantor Dinas

 Pelumasan/t.las  Pemurnian  Penguapan  Masakan  Putaran  Pengarungan 1 1 1 1 1 - 5 5 50 49 24 24 2 4 - 8 8 9 11 18 11 6 59 58 33 34 20 20 4 Laboratorium

 Lab. Pabrik

 Weater Treatment

 Instalasi Limbah

 Timbangan 1 - - - 25 3 3 9 15 3 3 6 41 6 6 15


(49)

2.6.2.Jam Kerja

Jam kerja yang diatur oleh perusahaan bagian oprasional menjadi 3 shift, agar dalam bekerja dalam paerusahaan tersebut berjalan dengan lancar dalam melaksanakan tugas.

1. Shift I mulai pukul 07.00 sampai 15.00 WIB 2. Shift II mulai pukul 15.00 sampai 23.00 WIB 3. Shift III mulai pukul 23.00 sampai 07.00 WIB

Jam kerja sesuai dengan surat keputusan bersama yang dikeluarka oleh Departemen Tenaga kerja adalah 8 (delapan) jam satu hari. Jam istirahat yang bekerja dalam pabrik tidak ada, karena proses pengolahan gula putih yang dimulai dari masuknya bahan baku sampai produk jadi yang berlangsung secara terus menerus tanpa ada suatu delay (pemberhentian) dari satu mesin ke mesin lainnya. Sedangkan jam istirahat yang bekerja dalam kantor sesuai dengan surat keputusan bersama yang dikeluarka oleh Departemen Tenaga kerja jam istirahat antara jam 12 (dua belas) sampai dengan jam 1(satu).

2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas.

2.7.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan yang dilakukan di Pabrik Gula Kwala madu adalah berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian.


(50)

Sistem pengupahan dibedakan berdasarkan golongan pegawai. Pegawai staf terdiri dari golongan I, II, III, IV, V, VI-A, VI-B dan VII. Untuk non pegawai staf terdiri dari pegawai bulanan yang terbagi atas golongan I, II, III, IV, V, VI dan pegawai harian.

Masa giling di Pabrik gula Kwala Madu adalah sekitar 7 bulan yaitu mulai bulan Januari sampai bulan Juli dalam 1 tahun, akan tetapi seluruh karyawan tetap dan pegawai staf tetap aktif bekerja walaupun pada saat itu diluar jam kerja yang telah ditentukan, maka karyawan tersebut mendapat upah lembur sesuai dengan perjanjian perburuhan pasal (X) yang mengatur upah lembur. Gaji untuk karyawan tetap dan karyawan tersebut :

Karyawan Harian =

20

) / /

(

3x gaji haricatu hari

x 100%

Karyawan =

173

) / /

(

3x gaji haricatu hari

x 100%

Tingkat upah lembur diatur sebagai berikut : Hari Biasa : 150 % (jam pertama)

: 200 % (jam kedua dan seterusnya)

Hari minggu dan hari besar biasa : 300 % (jam pertama s.d. jam ketujuh) : 400 % (jam kedelapan dan seterusnya) Upah/gaji dibayar oleh perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standart, ditambah upah lembur bila ada, dan pada waktu-waktu tertentu karyawan akan menerima :


(51)

b. Pembagian keuntungan

c. Jaminan untuk hari tua/pensiun

d. Tunjangan hari raya dan tahun baru dan lain-lain.

2.7.2. Fasilitas

Untuk mendorong staf dan karyawan agar bekerja lebih giat dan meningkatkan prestasi kerja, pihak perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti berikut :

1. Pemberian Cuti 2. Perumahan

3. Perawatan Kesehatan 4. Sarana Olah Raga 5. Saran Pendidikan 6. Saran Rumah Ibadah 7. Koperasi Karyawan 8. Transportasi

2.8.Proses Produksi

2.8.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu memproduksi gula SHS I (Superior high sugar) dimana gula SHS terdapat dua yaitu SHS I dan SHS I. Gula SHS I adalalah gula SHS yang memenuhi standar sedangkan SHS II


(52)

Adapun standar mutu produk yang ditetapkan oleh pihak pabrik

PT.Perkebunan Nusantara II adalah sebagai berikut : a. Gula hasil produksi harus berwarna putih dan bersih b. Gula hasil produksi haruslah benar-benar kering. c. Gula yang dihasilkan tidak berbau.

2.8.2. Bahan yang digunakan 1. Bahan Baku

Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi. Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu adalah tebu.

Tebu yang dipanen mempunyai rendemen atau perbandingan berat gula kristal terhadap berat tebu yang digiling. Penanaman tebu dilakukan antara 10-12 bulan sejak ditanam, dimana sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak sebagai sampel/contoh. Tebu yang baik untuk diolah adalah yang matang dan kandungan gula dalam batang adalah sama.

Kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor intern yaitu varietas tebu dan faktor extern adalah iklim tanah, serta perawatan/pemeliharaan. Faktor yang paling nyata dalam kandungan gula adalah iklim, karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Agustus.


(53)

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah suatu bahan yang ditambahkan kedalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan kualitas produk. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam produksi gula adalah

1. Air

Air di gunakan sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan untuk memeras kadar gula pada ampas tebu semaksimal mungkin. Volume air adalah 20% dari kapasitas tebu/hari.

2. Susu Kapur (Ca(OH)2)

Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan PH nira menjadi 9,0-9,5. Pemilihan susu kapur sebagai bahan yang digunakan untuk menaikkan PH nira berdasarkan pada harganya yang dapat terjangkau dan mudah membuatnya. Susu kapur dibuat dengan pembakaran batu kapur dan disiram dengan air.

3. Gas Belerang (SO2)

Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira. Tujuan gas belerang adalah :

 Menetralkan kelebihan air kapur (Ca(OH)2) pada nira terkapur

PHnya mencapai 7,0-7,2.

 Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh pada warna kristal dari gula.


(54)

4. Fluclonat

Fluclonat diberikan untuk mempercepat pengendapan yang bertindak sebagai pengikat partikel halus yang tidak larut dalam nira (larutan untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan lebih mudah diendapkan untuk disaring).

5. Asam phospat (H3PO4)

Berfungsi untuk memurnikan larutan nira dengan cara mengendapkan kotoran yang terdapat dalam larutan nira.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk dan ditambahkan ke dalam proses produksi tetapi jumlahnya relatif sedikit, dan bahan ini merupakan bagian dari produk akhir.

Bahan yang di tambahkan dalam proses pembuatan gula antara lain adalah sebagai berikut:

1. Karung plastik yang digunakan untuk pengarungan gula 2. Benang jahit untuk menjahit karung plastik

2.9. Uraian Proses Produksi

Tebu merupakan bahan baku yang digunakan dalam produksi pabrik gula Kwala Madu. Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala Madu dibagi dalam beberapa stasiun. Adapun tahap-tahap proses produksi dari awal


(55)

sampai akhir pengolahan tebu menjadi kristal gula dapat dilihat pada Blok Diagram pada Gambar 2.3.


(56)

1. Stasiun Penimbangan

Tebu dari areal perkebunan diangkut ke truk untuk dibawa kepabrik, jenis truk atau mobil yang mengangkut tebu ke pabrik ada 2 jenis truk yaitu truk besar dan truk kecil, dimana kapasitas-kapasitas truk kecil dan teruk besar berbeda berat muatan.

Tebu yang diangkut dengan teruk kecil dengan kapasitas berat 5-6 ton sedangkan truk besar kapasitas berat mencapai mutanya 10-12 ton. Tebu yang diangkut oleh truk-truk dengan dua jenis mobil yaitu mobil truk besar dan mobil truk kecil. Tebu yang diangkut oleh truk ke pabrik ditimbang terlebih dahulu di penimbangan untuk mengetahui berat-berat tebu yang diangkut setiap masing-nasing truk kehalaman pabrik..

Sistem pembongkaran tebu yang ditruk ada dua sistem pembongkaran yaitu dengan cara cane lifter yang dikendalikan oleg elektro motor dan dengan alat trippler berupa plat yang digerakkan oleh hidrolik.

2. Stasiun Penanganan Tebu (Cane Hendling Station)

Setelah melalui stasiun penimbangan tebu dimana mobil truk besar yang mengangkut tebu yang akan dipindahkan ke meja tebu (cane feeding table)

dengan menggunakan cane filter yang dikendalikan dengan elektromotor Sedangkan tebu dari truk kecil dipindahkan ke feeding cane carrie dengan alat

trippler berupa plat yang di gerakkan oleh hidrolik sampai kemiringan 600 selama 30 detik. Peralatan-peralatan pada cane hendling station ini bekerja dengan sistem hidrolik.


(57)

Pada ujung cane feeding table yang membawa tebu tebu masuk ke cane leveller yang berfungsi untuk meratakan dan mengatur tebu masuk ke alat pemotongan berupa pisau tebu (cane cutter). Pada pemotongan tebu ada dua jenis pemotongan yaitu cane catter I dan cane catter II.

a. Cane catter I

Cane catter I digunakan untuk memotong tebu agar tebu terpotong-potong rata walaupun masih kasar.

b. Cane catter II

Cane catter II digunakan sebagai alat pemecah tebu yang telah di potong-potong oleh catter I dengan tujuan agar menjadi lebih halus dari pemotongn dari catter I

3 Stasiun Gilingan

Tebu yang telah halus di potong-potong oleh catter I dan catter II dan selanjutnya masuk kedalam mesin giling agar lebih halus lagi sehingga mudah untuk diperas dan memperbesar kapasitas pemerasan. Mesin giling ini berfungsi untuk mendapatkan air nira sebanyak mungkin. Penggilingan (pemerasan) dilakukan lima kali gilingan (Lima Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda.

Tebu yang digiling dilakukan lima kali dengan berbeda tekanan dan di tambahkan air imbibisi untuk mempermudah gilingan. Air imbibisi berfungsi untuk melarutkan nira yang amsih ada tertinggal pada ampas tersebut. Jumlah air


(58)

Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan di tampung ke bak panampung selanjutnya atau dipompakan menuju ke stasiun Pemurnian.

4.Stasiun Pemurnian

Nira yang berasal dari stasiun penggilingan merupakan nira mentah, yang masih mengandung kotoran disamping gula, dapat dikatakan nira mentah ini hampir masih semua komponen/artikel pada tebu masih ada didalamnya. Proses permurnian nira bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira segingga nira yang dihasilkan lebih murni . Untuk itu pelu adanya control pada proses pemurnian nira guna memproses produksi selanjutnya. Dengan control yang baik pada proses pemurnian nira terutama pada tangki pengendapan akan dapat memisahkan nira jernih dan nira kotor. Pada proses pemurnian ada 3 cara yaitu :

1. Cara fisik yaitu pemisahan kotoran-kotoran yang ada dalam nira mentah dengan pengendapan dan penyaringan

2. Cara kimia yaitu dengan menambahkan zat imia pada proses pemurnian.

3. Cara kimia-fisik yaitu proses penggabungan ini diendapkan pada clarifier

dengan menambahkan Flokulant

Pada pemurnian ini yang paling mempengaruhi adalah cara fisik kimia. Nira yang ada dalam tangki pengendapan akan ditambahkan bahan penolong seperti susu kapur dan gas belerang yang bertujuan untuk menetralkan nira dalam tangki pengendapan tapi masih ada kotoran atau pertikel-partikel dalam nira tersebut.


(59)

Untuk menghilangkan pertikel-partikel tersebut akan ditambahkan

Flokulant yang diaduk-aduk dengan kecepatan 2-4 rpm dan waktu untuk pengendapan nira 5-20 menit sedangkan suhu pada pemurnian nira kontiniu, apabila berubah-ubah suhunya akan merusak proses selanjutnya. Fungsi Flokulant

adalah untuk mempercepat pengedapan yang bertidak sebagai pengikat partikel halus yang tidak larut dalam nira (larutan untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan mudah untuk diendapkan untuk disaring. Maka yang paling berpengaruh pada pemurnian nira adalah waktu pengendapan dan kecepatan pengadukan.

5. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)

Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula dipabrik Gula Kwala Madu Menggunakan empat unit, yang disebut Quadruple Evaporator dan memakai cara Forward Feed yang bertujuan untuk menguapkan air dan nira yang menggunakan proses pem vakuman. Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah di kristalkan dalam proses selanjutnya. Penguapan di lakukan pada temperatur 50-1000C dan untuk menghindari kerusakan sukrosa maupun monosakaridanya dilakukan penurunan tekanan didalam evaporator sehingga titik didih nira turun. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit beroperasi dan satu unit sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama proses berlangsung temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk


(60)

gunakan untuk uap bekas yang berasal dari Pressure Vessel, sedangkan media pemanas evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator sebelumnya. Hal ini disebut Vapour temperature pada evaporator I sebesar 1100C dan berangsur-angsur turuns sampai tempertur 50-550C pada

evaporator IV. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan yang berbeda-beda dari evaporator I sampai dengan evaporator IV.

6. Stasiun Masakan

Pada stasiun masakan ini dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran hingga didapat hasil yang memiliki kemurnian yang tinggi membentuk kristal gula yang sesuai dengan standat kualitas yang ditentukan dan diperlukan untuk mengubah sukrosa dalam larutan menjadi kristal agar pengambilan gula setinggi-tingginya dan sisa gula dalam larutan yang terahkir serendah-rendahnya adalah tetes.

8. Stasiun Penyelesaian

Kristal gula yang diturunkan pada putaran SHS langsung ke Grasshopper conveyer untuk penampungan sekaligus mendinginkan kemudian disalurkan ke

Grasshopper conveyer untuk memperbesar areal pendinginan dan sekaligus merata gula SHS terhadap sugar elevator. Dalam sugar elevator ini kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Hal ini perlu dilakukan pengeringan pendingin untuk mendapatkan gula SHS yang standart. Gula SHS tersebut dimasukkan kedalam sugar dryer dan cooler dimana sistem pemanasan dan pengeringan di lakukan dengan cara mekanis dan memberikan udara panas suhu kira-kira 800


(61)

C-900C yang dialirkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler, kemudian gula tersebut di masukkan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke Vibrating screen. Pada

Vibrating screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan yang cukup.

Didalam sugar dryer dan cooler di lengkapi suatu alat pemompa yang berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS.Gula halus dialirkan melalui pipa rangkap dan secara otomatis di injeksikan dengan imbibisi oleh pemisahan nozel untuk menangkap partikel-partikel gula halus. Kemudian gula tersebut di masukkan ke dalam bak penampung dan di alirkan ke stasiun masakan untuk proses gumpalan-gumpalan gula yang dimasukkan kedalam tangki peleburan gula selajutnya dikirim ke stasiun masakan untuk diproses selanjutnya. Gula standart di masukkan ke alat pembawa gula penyadap logam yang mana ppenyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang tebawa atau tercampur dengan gula produksi. Untukt mengoptimalkan gula SHS dari kadar logam tersebut di perlukan pembersih secara periodik dengan jangka waktu 3 jam dan 8 jam. Kemudian Gula yang telah bersih dari penyadap logam diatas dibawa oleh alat pembawa gula menuju ke penampungan gula sebagai penimbunan untuk melanjutkan pengemasan gula produksi.

9. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi


(62)

dikirim ke vibarting screen. Pada vibarting screen kristal gula SHS dipisahkan dengan saringan bertingkat untuk memisahkan gula kasar dengan gula halus.

Gula produk dari vibarting screen diangkut dengan sugar conveyer dibawa kepengarungan. Gula ditampung oleh sugar bin yang berbentuk segi empat, kemudian ditimbang leh sugar weigher yang berfungsi untuk menimbang dan mengisi karung dengan gula sebanyak 50 kg secara otomatis.

Karung plastik yang telah terisi gula dijatuhkan diatas alat conveyer yang akan dibawa karung yang berisi gula ke bag sewing machine dan langsung dijahit, seterusnya dibawa ke gudang.

2.10. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan proses produksi yang di gunakan pada proses pengolahan gula putih yang dimulai dari masuknya bahan baku sampai produk jadi yang berlasngsung secara terus menerus tanpa ada suatu delay (pemberhentian) dari satu mesin kemesin lainnya. Adapun Spesifikasi mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam poses produksi dapat dilihat dibawah ini

2.10.1. Mesin Produksi

Mesin adalah mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Mesin dapat bekerja dengan kendali manusian


(63)

Spesifikasi mesin produksi yang di gunakan pada pengolahan dari mulai bahan baku sampai produk gula di Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II dapat dilihat di Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Nama-nama Mesin Untuk Stasin Penanganan (Persiapan)

No NAMA MESIN FUNGSI

1 Cane filter Memindahkan tebu dari truk besar ke meja tebu

(cane feeding table)

2 Cane Filter Hilo Membawa batang tebu ke cane feedling tabel 3 Meja Tebu (Cane

feedling Tabel)

Membawa tebu untuk dipotong di cane catter

4 Cane Catter Memotong batang tebu menjadi yang lebih kecil (cacahan)

5 Cane carrier Elevator Membawa cacahan batang tebu ke stasiun penggilingn

Untuk Stasiun Penggilingan

1 Mill Menggiling Cacahan batang tebu untuk

memperoleh nira mentah

Untuk Satsiun Pemurnian


(64)

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin (Lanjutan) Untuk Satsiun Pemurnian

No NAMA MESIN FUNGSI

2 Defecator Mencampur dan mengaduk nira mentah dengan susu kapur hingga kotoran nira mengendap 3 Peti sulfitasi nira

mentah

Mengendap kotoran nira mentah dengan menggunakan belerang oksida

4 Flash tank Menguapkan gas-gas yang terkandung dalam nira mentah

5 Peti Netralisasi Menurunkan PH nira mentah dengan cara mencampurkan susu kapur ke dalam larutan nira hingga menjadi ph netral

6 Continous Clarifier mengendapkan nira mentah sehingga diperoleh nira jernih

7 Vacuum filter Menyaring kotoran nira untuk memperoleh nira jernih sebanyak-banyaknya

8 Mud feed Mixer Mencampur nira kotor dengan ampas halus dari mesin gilingan

Untuk Stasiun Pengepakan

1 Evaporator Mengurangi kadar air dalam nira encer dengan menyemprotkan uapan kering


(65)

Tabel 2.4. Nama-nama Mesin (Lanjutan)

No NAMA MESIN FUNGSI

Untuk Stasiun Masakan

1 Heater Memanaskan nira kental hingga mencapai suhu 880 C

2 Clandira Vacuum Pan Memasak nira kental hingga menghasilkan gula dan stroop

Untuk Stasiun Putaran

1 Putaran AB Mengkeristalkan gula A dan B dengan prinsip gaya sentrifugal

2 Putaran D Mengkeristalkan gula D dengan prinsip gaya sentrifugal

3 Vibrating Screen Memisahkan gula normal, kasar, dan halus 4 Grasshopper Strainer Mengayak kapur agar mendapat kapur yang

cukup halus

5 Pengepak Mengemas gula SHS dalam karung plastik

2.10.2. Peralatan Produksi

Peralatan adalah sesuatu yang digunakan untuk tujuan tertentu yang biasanya menyediakan keguanaan mekanik dalam menyelesaikan masalah fisikal, atau menyediakan kemampuan yang secara natural tidak dimiliki penggunaan dari


(66)

alat. Adapun spesifikasi peralatan produksi yang ada di PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5. Nama-nama Peralatan

No NAMA MESIN FUNGSI

1 Truck Tipper Memindahkan tebu dari bak truk ke meja tebu

2 Magnetic Trap Iron Seperator

Membersihkan tebu dari kotoran berupa logam

3 Raw Juice Tank Sebagai tangki penampung nira mentah

4 Imbibition water

Tank

Sebagai tangki air imbibisi


(67)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Mutu

Secara umum, Statistik merupakan Pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, fakta, pengolahan, penganalisaan maupun penarikan kesimpulan mengenai populasi berdasarkan sekumpulan data sehingga ketidak pastian dari pada esimpulan berdasarkan data yang diambil dapat diperhitungkan dengan menggunakan ilmu hitung peluang serta pembuatan keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan analisa yang dilakukan. Apabila data yang diambil atau yang dikumpulkan ternyata kurang berfaedah untuk keperluan analisa persoalan yang diahadapi . Untuk mengatasi hal ini, maka dilakukan desain eksperimen.

Sebagai contoh dalam proses pemurnian nira, efek pemurnian yang diharapkan dari nira adalah setinggi mungkin. Hal ini berarti bahwa, makin tinggi efek pemurnian berarti gula yang dihasilkan makin baik sebaliknya bila efek pemurnian rendah berarti kulaitas gula yang dihasilkan juga kurang baik. Untuk mendapatkan mutu produk yang baik, maka dibutuhkan suatu penelitian terhadap proses pemurnian nira. Penelitian dimaksudkan untuk menghilangkan paling tidak mengurangi sebab yang memberikan variasi mutu dan mengarahkan pada tujuan sebenarnya, sehingga dapat memuaskan bagi konsumen.


(68)

Mutu suatu barang/produk dapat didefenisikan sebagai karakteristik suatu produk /barang maupun jasa yang mampu memberikan kontribusi berupa kepuasan pelanggan/konsumen (customer statisfaction). Dengan demikian dapat dilihat bahwa banyaknya unsur yang berhubungan dengan mutu sendiri, diantaranya adalah unsur harga, jaminan produk atau garansi, keselamatan dan kenyamanan penggunaan, ketersediaan produk, perawatan dan kehandalan serta daya guna.

Mengingat pentingnya mutu suatu barang/produk yang dihasilkan, maka dalam dunia industri sering dilakukan pengendalian mutu untuk menguji apakah barang produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi (standart) yang telah ditetapkan. Pengendalian mutu dapat didefenisikan sebagai kombinasi semua alat dan teknik yang digunakan untuk memngendalikan mutu suatu produk dengan biaya seekonomis mungkin untuk memenuhi syarat pesanan

3.2 Desain Eksperimen

Dalam menentukan faktor yang menjadi penyebab pada kualitas (mutu) suatu produk, maka disain eksperimen merupakan pendekatan yang paling tepat untuk dilakukan. Dalam disain eksperimen informasi yang berhubungan dengan persoalan yang sedang diteliti dan dikumpulkan dengan cara efektif dan efisien melalui langkah-langkah/rancangan percobaan yang terdefenisikan. Tujuan desain eksperimen adalah untuk memperoleh atau mengumpulakan informasi yang


(69)

sebanyak-banyaknya yang diperlukan dan berguna untuk dalam melakukan penelitian persolan yang akan dibahas2

Adapun prinsip dasar dalam desain eksperimen replikasi, pengacakn (randomisasi) dan kontrol lokal.

a. Replikasi (Ulangan)

Replikasi adalah frekuensi suatu perlakuan yang diselidiki dalam suatu percobaan. Jumlah ulangan suatu perlakuan tergantung pada derajat ketelitian yang dinginkan oleh peneliti terhadap kesimpulan hasil percobaannya3. Sebagai suatu patokan, jumlah ulangan dianggap telah cukup baik bila memenuhi persamaan berikut:

(t-1)(r-1) ≥ 15 Dimana :

t = Jumlah Perlakuan r = Jumlah ulangan

Persamaan ini bukanlah suatu patokan yang baku, karena jumlah r yang diperlukan dalam suatu percobaan dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :

1. Derajat ketelitian : makin tinggi derajat ketelitian yang diinginkan dari percobaan akan makin besar pula jumlah r yang diperlukan dan sebaliknya jika derajat ketelitian yang diperlukan makin rendah.


(70)

2. Keragaman bahan, alat, media dan lingkungan percobaan : jika bahan, alat, media dan lingkungan percobaan makin hetroghen, maka jumlah r yang diperlukan makin besar dan sebaliknya jika bahan, alat, media dan lingkungan percobaan makin homogen.

3. Biaya penelitian yang tersedia : biaya yang merupakan faktor penentu dalam penelitian, jika biaya yang diperlukan untuk suatu percobaan cukup besar, maka jumlah r dapat diperkecil dan sebaliknya jika biaya percobaan tidak terlalu besar.

Dalam kenyataannya replikasi ini diperlukan karena dapat :

1. Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakia untuk menentukan panjang interval konfidensi (selang kepercayaan) atau dapat digunakan yang sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikan dari perbedaan-perbedaan yang terjadi. 2. Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen 3. Memungkinkan kita untuk memperolah taksiran yang lebih baik

mengenai efek rata-rat suatu faktor.

b. Pengacakan (Randomisasi)

Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang berdistribusi secara normal, maka prinsip sampel acak sering diterapkan terhadap suatu populasi atau terhadap unit eksperimen yang ada. Tujuannya adalah agar pengujian-pengujian yang dilakukan menjadi berlaku, sehingga data menjadi mudah untuk dianalisa4.

4


(71)

Pengacakan ini akan memungkinkan kita untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya dengan anggapan masalah independen sebagai suatu kenyataan (telah dipenuhi) .

Hal ini berarti bahwa pengacakan tidak menjamin terjadinya independen, melainkan hanya memperkecil adanya korelasi antara pengamatan dan juga antara kekeliruan.

Adapun fungsi dari randomisasi adalah :

1. Agar pada estimasi galat dan nilai tengah perlakuan tidak terjadi bias 2. Memperkecil kemungkinan terjadinya korelasi antara pengamatan dan

korelasi antara galat

3. Memungkinkan asumsi independensi terpenuhi

4. Meningkatkan objektivitas peneliti dalam memberi perlakuan pada materi percobaan yang tersedia, sehingga diperoleh hasil percobaan yang valid

c. Kontrol Lokal

Kontrol lokal adalah langkah atau usaha yang berbentuk penyeimbangan, pemblokan dan pengelompokan unit-unit eksperimen lebih menjadi efisien, yaitu menghasilkan prosedur pengujian dengan kuasa yang lebih tinggi 5.

Pengelompokan merupakan penempatan sekumpulan unit eksperimen yang homogen ke dalam kelompok-kelompok agar supaya kelompok yang berbeda memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda pula.


(72)

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam desain eksperimen adalah perlakuan, unit eksperimen dan kekeliruan eksperimen.

1. Perlakuan 6

Perlakuan didefenisikan sebagai kumpulan kondisi eksperimen yang akan digunakan terhadap unit eksperimen dalam ruang lingkup desain yang dipilih. Perlakuan ini dapat terbentuk tunggal atau terjadi dalam bentuk kombinasi. Misalnya dalam meneliti efek sejenis makanan terhadap berat sapi, maka perlakuan dapat terbentuk jenis sapi, jenis kelamin sapi, umur sapi, atau ukuran makanan yang diberikan (perlakuan tunggal). Efek-efek perlakuan-perlakuaan terhadap variabel respon (berat badan sapi) tadi mungkin dapat terjadi dalam bentuk gabungan atau bentuk kombinasi beberapa perlakuan tunggal yang terjadi secara bersamaan (kombinasi perlakuan)

2. Unit Eksperimen

Unit eksperimen merupakan unit terhadap mana perlakuan tunggal manapun kombinasi perlakuan dikenakan dalam sebuah replikasi eksperimen dasar. Dalam percobaan meneliti efek makanan terhadap sapi pada contoh sebelumnya, maka sapi merupakan suatu unit eksperimen.

3. Kekeliruan Eksperimen

Kekeliruan eksperimen menyatakan kegagalan dari dua unit eksperimen identik yang dikenai perlakuan memberikan hasil yang sama. Hal ini dapat terjadi mungkin karena oleh kekeliruan pada saat menjalankan eksperimen , kekeliruan

6


(73)

pengamatan, variasi bahan eksperimen, variasi antara unit eksperimen dan pengaruh gabungan dari semua faktor tambahan yang mempengaruhi karakteristik yang sedang dipelajari. 7Kekeliruan ini diusahakan sekecil-kecilnya, yakni antara lain dengan jalan menggunakan bahan eksperimen yang homogen. Menggunakan informasi yang sebaik-baiknya tentang variabel yang telah ditentukan dengan tepat, melakuan eksperimen seteliti mungkin dan menggunakan disain eksperimen yang lebih efisien.

3.3. Efek dan Intereksi

Dalam banyak penelitian kita sering terlibat dari suatu macam variabel bebas yang memberikan efek, pengaruh atau akibat pada variabel tak bebas atau variabel respon yang hasilnya ingin diketahui. Mungkin juga kita berhadapan dengan variabel respon yang nilainya berubah-ubah. Untuk keperluan disain, variabel bebas akan dinamakan faktor dan nilai-nilai atau klasifikasi-klasifikasi dari sebuah faktor dinamakan taraf faktor. Faktor-faktor biasanya dinyatakan dengan huruf besar (A,B,C, D....), sedangkan taraf faktor yang dinyatakan dengan huruf kecil (a, b, c,....) yang dituliskan sebagai indeks untuk faktor yang bersangkutan .

Antara faktor-faktor yang memberikan efek pada variabel respon mungkin bebas atau independen satu sama lain atau interdependen sehingga terjadi


(74)

menentukan efek utama dari apa faktor-faktor dan juga efek interaksi antara faktor-faktor.

8

Adapun langkah-langkah untuk membuat disain eksperimen secara umum adalah :

1. Pernyataan mengenai masalah atau persoalan yang akan dibahas 2. Perumusan hipotesis

3. Penentuan teknik dan desain eksperimen yang diperlukan.

4. Pemeriksaan semua hasil yang mungkin dan latar belakang atau alasan-alasan eksperimen yang mungkin memberikan informasi yang diperlukan. 5. Mempertimbangkan semua hasil yang mungkin ditinjau dari posedur

statistika yang diharapkan banyak berlaku untuk percobaan, untuk menjamin terpenuhi syarat-syarat yang diperlukan dalam prosedur yang telah ditentukan.

6. Melakukan eksperimen

7. Pengguna teknik statistik terhadap hasil ekperimen

8. Mengambil keputusan dengan jalan menggunakan atau mempertimbangkan derajat kepercayaan yang wajar mengenai satu-satu yang dinilai

9. Penilaian seluruh penelitian, dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain mengenai masalah yang sama.

9


(75)

3.4. Jenis-Jenis Rancangan

Dalam rancangan percobaan terdapat beberapa jenis rancangan, tetapi secara umum yang sering digunakan dalam suatu percobaan ada 3 (tiga) jenis yaitu :

1. Rancangan Acak Lengkap (RAL) 9

Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana dan merupakan dasar dari rancangan yang lain. Pada rancangan acak lengkap, peletakan perlakuan diacak pada seluruh materi percobaan. Hal ini berarti seluruh unit percobaan mempunyai peluang yang sama besar untuk menerima perlakuan sedangkan pada kedua rancangan dasar yang lain dijumpai adanya pembatasan pengacakan.

Rancangan Acak Lengkap (RAL) sangat sesuai bila digunakan pada percobaan yang memiliki karakteristik:

a. Materi percobaan dan faktor lingkungan relatif homogen sehingga keragaman galat kecil.

b. Materi percobaannya muda hancur atau gagal memberikan respon

c. Jumlah perlakuan dan ulangannya sedikit, sehingga dengan penggunaan rancangan yang lain akan menyebabkan derajat bebas (db) galat tidak maksimum dan tetrlalu kecil.

d. Materi percobaanya terbatas karena setiap perlakuan tidak perlu mendapat ulangan yang sama.


(76)

Rancangan Acak Lengkap (RAL) mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan. Adapun keuntungan dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut:

1. Tata letak sederhana

2. Derajat bebas dari galat maksimum

3. Jumlah ulangan tidak harus sama untuk setiap perlakuan

4. Analisanya tetap sederhan meskipun jumlah ulangan tidak sama untuk setiap perlakuan, sehingga masalah data hilang atau unit percobaan gagal tidak menjadi penghalang.

5. Jumlah ulangan dan jumlah perlakuan hanya dibatasi oleh tersedianya materi percobaan

Sedangkan kelemahan dari pengguna Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut :

a. hanya dapat digunakan untuk materi percobaan dan faktor lingkungan relatif homogen

b. Pengacakan tanpa pembatasan akan menyebabkan semua sumber ragam selain perlakuan masuk keragam galat

c. Jika perlakuan terlalu banyak, homogenitas materi percobaan sulit untuk dipertahankan, karena diperlukan materi percobaan dalam jumlah besar sehingga ragam galat menjadi besar

10


(77)

2. Rancangan Acak Kelompok (RAK)

10

Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah suatu rancangan dasar yang menggunakan pengawasan setempat dengan pembatasan pengacakan. Pada Rancangan Acak Kelompok (RAK), materi percobaan dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan homogenitas materi percobaan dan masing-masing kelompok merupakan ulangan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengalokasikan unit-unit percobaan kedalam kelompok-kelompok sedemikian rupa sehingga unit-unit percobaan di dalam satu kelompok yang sama relatif homogen.

Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah sebagai berikut :

a. Untuk banyak tipe percobaan, dengan pengelompokan akan diperoleh hasil yang lebih tepat dari pada Rancangan Acak Kelompok (RAK), karena dengan mengeluarkan jumlah kuadrat kelompok dari jumlah kuadrat galat akan menyebabkan kuadrat tengah galat akan lebih kecil b. Jumlah perlakuan dan ulangan tidak dibatasi

c. Analisis data relatif mudah. Apabila ada data untuk perlakuan tertentu yang hilang, telah tersedia cara menghitung nilai dugaan untuk data tersebut. Ragam galat untuk perbandingan perlakuan tertentu dapat diisolasi, terutama bila ragam antara perlakuan tidak homogen. Bila ada


(78)

perlakuan tertentu yang datanya tidak dapat dihilangkan tanpa mempersulit analisisnya.

Selain keuntungan, Rancangan Acak Kelompok (RAK) juga mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan dari Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu bila perlakuannya banyak maka luas kelompok percobaanya juga bertambah besar, sehingga ragam dalam kelompok menjadi besar dan nilai F menjadi kurang peka.

3. Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 11

Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) pengelompokan dilakukan kedua arah yaitu lajur dan baris sehingga ragam antara lajur dan antara baris dapat dikeluarkan dari galat acak. Dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), berarti dapat dieliminasi dua sumber ragam, selain ragam yang diakibatkan oleh perlakuan .

Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) pada umumnya digunakan bila dalam percobaan yang ingin dilakukan terdapat dua sumber ragam lain selain ragam yang diakibatkan oleh perlakuan. Rancangan ini banyak digunakan dibidang pertanian di lapangan, industri, pendidikan, pemasaran, kedoteran, dan sosiologi.

Pada pengguna Rancangan Bujur Sangkar Latin perlu diperhatikan apakah pengurangan derajat bebas galat akibat pengelompokan dapat diimbangi oleh pengurangan jumlah kuadratnya. Adapun keuntungan dari pengguna Rancangan


(79)

Bujur Sangkar Latin bila dibandingkan dengan menggunakan rancangan lain adalah:

a. Dengan Elminasi dua sumber ragam yang ada dalam percobaan ketepatan percobaan dapat dipertinggi, karena kuadrat tengah (KT) galat dapat direduksi.

b. Analisis tetap sederhana, meskipun ada nilai pengamatan yang hilang. Satu atau lebih perlakuan atau ulangan dapat dihilangkan tanpa mempersulit perhitungan

Sedangkan beberapa kelemahan dari pengguna Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) adalah :

a. Jumlah perlakuan harus sama dengan jumlah baris dan lajur.

b. Bila jumlah perlakuan kurang dari lima, derajat bebas galat acak terlalu kecil, bila jumlah perlakuan lebih dari 12 maka tidak efisien, sebab ulangnya juga harus banyak. Bila jumlah perlakuan terlalu kecil dapat digunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL). Diulang agar derajat bebas galat acak tidak terlalu kecil.

3.5. Eksperimen Faktorial

Apabila tiap faktor terdiri dari atas beberapa taraf, maka kombinasi tertentu dari taraf tiap faktor menentukan sebuah kombinasi perlakuan. Hampir semua kombinasi antara taraf setiap faktor diperhatikan, maka dinamakan


(80)

tertentu dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada .

Berdasarkan banyaknya taraf dalam tiap faktor, eksperimen inisering diberi nama dengan menambah perkalian antara banyak taraf faktor yang satu dengan banyak taraf faktor atau faktor-faktor yang lainnya. Apabila dalam eksperimen digunakan dua buah faktor, terdisi atas empat taraf dan terdisi atas tiga taraf, maka diperoleh eksperimen faktorial 4 x 3 sehingga itu akan diperlukan 12 kondisi eksperimen (kombinasi Perlakuan).

Adapun beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan percobaan faktorial adalah :

a. Semua unit percobaan digunakan dalam mengevaluasi efek dari masing-masing faktor. Pada percobaan bukan faktorial hampir sebagian unit percobaan yang digunakan umtuk mengevaluasi suatu efek, karena setiap taraf dari suatu faktor dicoba pada semua taraf dari faktor lain, hal ini sering dikatakan sebagai ulangan tersembunyi.

b. Intraksi antar faktor dapat diduga. Ini berarti dapat diketahui apakah masing-masing faktor bekerja sendiri-sendiri atau ada kerja sama antar faktor. Sedangkan pada percobaan bukan faktorial hal ini tidak dapat diketahui.

c. Ruang lingkup kesimpulan dapat diperluas dengan cara menambah faktor yang diteliti. Dengan demikian efek suatu faktor dapat direkomendasikan pada beberapa kondisi yang sesuai.


(1)

6. Faktor AB (Lamanya waktu pemurnian dan Kecepatan Putaran pada tangki pengendapan)

Ho diterima dimana FHitung 0,113 < FTabel 4,35

Dari Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa hanya interaksi Lama waktu pemurnian yang lebih besar dari FTabel , yang menyatakan bahwa Faktor A (Lama

waktu Pemurnian) sangat nyata berpengaruh terhadap pemurnian nira. Sedangkan untuk Interaksi lain seperti Kecepatan Putaran nira dalam tangki pengendapan FHitung dibawah FTabel (FHitung < FTabel) yang

menyatakan tidak ada pengaruh nyata terhadap kecepatan putaran nira dalam tangki pengendapan, maupun intraksi antara Lamanya waktu pemurnian dan Kecepatan Putaran pada tangki pengendapan

Dimana hasil pengolahan data dengan metode ANAVA maka faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira adalah Lamanya waktu pemurnian.

6.2. Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Pemurnian Nira Waktu atau lama Pemurnian

Faktor waktu atau lama pemurnian berpengaruh nyata terhadap pemurnian nira dalam tangki pengendapan, dimana semakin tinggi waktu pemurnian nira maka kadar nira dalam tangki pengendapan akan mengalami kerusakan dan apabila waktu makin rendah maka mikoorganisme dalam nira masih ada dalam nira tersebut sehingga gula mengalami kerusakan. Maka dari itu, diharapkan oprator dapat memperhatikan pengaturan waktu atau lama pemurnian nira sesuai


(2)

dengan aturan yang telah ditentukan pada saat proses pemurnian nira dalam tangki pengandapan.

Dari hasil perhitungan diketahui maka faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira adalah waktu, dimana waktu yang diperoleh dari pabrik adalah 20 menit, setelah dianalisa maka hasil yang diperoleh lamanya waktu yang optimum pemurnian nira adalah 19,3 menit. Dengan penentuan kondisi optimal tesebut maka nira yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu dapat dicapai.


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hsail pengolahan data dari analisis yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor yang diuji adalah lama waktu pengendapan 5-20 menit dan kecepatan pengadukan antara 2-4 rpm pada pemurnian nira dalam tangki pengendapan dengan menggunakan metode ANAVA

2. Dari uji normalitas maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa pengolahan data yang diperoleh adalah Xhitung = 1,26 dan Xtabel yang dilihat pada tabel

Chi kuadrat adalah 0,05 (Xtabel = 3,841).

3. Dari pengolahan data uji normalitas maka Xtabel 3,841 > Xhitung 1,26 data

yang dihitung dikatakan berdistribusi normal.

4. Metode analisis yang digunakan adalah ANAVA dengan metode Yates yang maka diperoleh dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemurnian nira adalah

 Faktor A (Lamanya waktu pemurnian ) Ho ditolak dimana FHitung

4,46 > FTabel 4,35

 Faktor B ( Kecepatan Putaran pada tangki pengendapan) Ho diterima


(4)

 Faktor AB (Lamanya waktu pemurnian dan Kecepatan Putaran pada tangki pengendapan) Ho diterima dimana FHitung 0,113 < FTabel 4,35

5. Dari hasil pengolahan data yang dianalisis yang dilakukan maka faktor yang paling berpengaruh terhadap pemurnian nira dalam tangki pengendapan adalah Lama waktu pemurnian Ho ditolak dimana FHitung

4,46 > FTabel 4,35

6. Dari analisis yang dilakukan maka tidak terdapat pengaruh terhadap kecepatan pengendapat dalam tangki pengendapan,

7. Dari Hasil pengolahan data dengan dasar optimisasi maka lama pemurnian yang optimum adalah 19,3 menit, dimana waktu yang dari pabrik yang digunakan adalah 20 menit

7.2. Saran

Adapun saran-saran yang hendak dikemukakan kepada PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu adalah sebagai berikut :

1. Agar PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu untuk tetap menjaga kualitas produksi dan mengatur sistem control dalam pengaturan waktu pada proses pemurnian dalam tangki pengendapan maka PTP. Nusantara II dapat meningkatkan kualitas produksi

2. Pada bagian produksi, khususnya pada bagian pemurnian nira hendaknya melakukan penelitian sebaik mungkin, sehingga tidak merugikan bagi


(5)

perusahaan dan tidak menghambat proses produksi demi menjaga kepercayaan konsumen terhadap pihak pabrik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Hartono, M.Pd. Statistik Untuk Penelitian Penerbit Lembaga Studi Filsafat 2004 Pekan Baru

2. Dr.Sedarmayanti,M.PD. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi

Penerbit Mandara Maju 2000 Bandung

3. Eugene L. grant Richard S. Leavenworth Pengendalian Mutu Statistik

Edisi ke-6 Penerbit Erlangga Jakarta 1991

4. Sudjana, M. A, Msc, Dr. Desain Dan Analisa Eksperimen, Edisi ke-3, Bandung, Trsito, 1980.

5. Soerjardi, Ilmu Toknologi Gula, Lembaga Pendidikan Perkebunan Yokyakarta 1983

6. Sudjana, M. A, Msc, Metode Statistik Penerbit Bandung, Trsito, 2002.

7. Supranto j, M. A. Pengantar Matriks, Edisi Lima, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1974

8. Yitnosumarto.suntoyo, Percobaan Perancangan Analisa dan Interprestasi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,1993

9. Walpole E, Ronald, Pengantar Statistik, Edisi ke-3, Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama 19955