21
Model pembelajaran kooperatif memiliki cirri-ciri yang berbeda dengan model lainnya. Arends, 1997 dalam Trianto, 2007;47 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1.
Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi ajar;
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang
dan rendah; 3.
Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam;
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan
Pembelajaran koperatif tipe bertukar pasangan termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran
kooperatif terpadu membaca dan menulis Suyatno, 2009;68. Model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan merupakan sebuah program komprehensif atau
luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi dan Sekolah Dasar. Namun Perkembangannya bukan hanya dipakai pada pelajaran
bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Stavin dalam Sharan, 2009;45 mengatakan bahwa mengadaptasi struktur dalam model
pembelajaran bertukar pasangan memungkinkan untuk memajukan kefektifan dan kepraktisan pengajaran matematika sesuai dengan kebutuhan individu.
Dalam model pembelajaran bertukar pasangan, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dalam hal jenis kelamin, sukubangsa, atau tingkat
kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing- masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembe lajaran
22
kooperatif diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
2.1.7. Komponen-komponen dalam pembelajaran bertukar pasangan
Model pembelajaran bertukar pasangan menurut Slavin dalam Inayah, 2007;4 memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain : 1 Teams, yaitu
pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;2 Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai
rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu.3 Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya; 4 Team Study, yaitu tahapa tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru
memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; 5 Team Scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhail dalam menyelesaikan tugas; 6 Teaching group, yakni
memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; 7 Facts test, yaitu pelaksanaan tes atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; 8 Whole-
class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran. Adapun langkah- langkah kegiatan pokok model pembelajaran bertukar pasangan
Suyatno, 2009;128 adalah: 1.Setiap siswa mendapat satu pasangan guru biasa menunjukan pasangan nya
atau siswa menunjukan pasangannya 2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangannya bergabung dengan satu pasangan yang lain
23
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing- masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula
6.Pasangan semula mempresentasikan hasil diskusi yang telah dikukuhkan 7.Guru memberikan tugas latihan individu
8. Guru mengarahkan siswa memberikan kesimpulan 9.Guru memberikan peng hargaan pada pasangan yg terbaik
10. Penutup
Dari setiap langkah di atas dapat kita perhatikan dengan jelas 3 fase dalam proses pembelajaran koperaif tipe bertukar pasangan sebagai berikut : http:s1pgsd.blogspot.com
a Fase pertama,
Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemua selama eksplorasi. Pengenalan bias di
dapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya. b
Fase kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap
pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan
terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya tujuan fase ini untuk
membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama
proses ini siswa belajar melalui tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam
24
situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c Fase ke tiga,
Publikasi. Pada fase ini siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat
bersipat sebagai suatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk
diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argument.
2.1.8.Penerapan Model Pembelajaran Bertukar Pasangan Untuk Meningkatkan komunikasi sis wa.
Model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan adalah model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan membaca dan kemudian menuangkan ide-ide pokok dari
apa yang dibaca ke dalam tulisan. Model bertukar pasangan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena model bertukar pasangan dapat
memfasilitasi aspek-aspek komunikasi matematika seperti membaca dan menulis. Agar dapat mewujudkan pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan
kemampuan komunikasi matematika siswa maka guru membuat Lembar Aktivitas Siswa LAS untuk memicu keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun langkah- langkah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe bertukar pasangan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa adalah sebagai berikut :
1. Guru menerangkan secara garis besar pokok bahasan persamaan kuadrat kepada
siswa. Pada penelitian ini digunakan LAS yang berisi materi dan soal yang akan diajarkan pada setiap pertemuan.
25
2. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa melalui
penerapan model bertukar pasangan 3.
Guru membentuk pasangan pasangan belajar siswa yang heterogen yang beranggotakan 2 orang
4. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan
bersama yang spesifik 5.
Setiap anggota pasangan bekerja dan berkolaborasi berdasarkan kegiatan pokok Bertukar Pasangan
6. Guru mengawasi kerja pasangan dan memberikan bantuan kepada kelompok yang
kurang memahami 7.
Guru meminta kepada perwakilan pasangan untuk menyajikan hasil kerja pasangan nya sementara guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator
8. Guru memberikan tugasPR secara individual
9. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
10. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal, sekaligus
bersama dengan siswa membuat rangkuman materi.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan
Secara umum Saifullah, 2003 dalam http:slpgsd.blogspot.com mengungkapkan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif Bertukar Pasangan sebagai berikut :
1 Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak 2
Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak
3 Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak
didik akan dapat bertahan lebih lama 4
Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak 5
Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis bermamfaat sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak
26
6 Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke arah belajar
yang dinamis, optimal dan tepat guna 7
menumbuh kembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain
2.1.9.
Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya. Matematika berfungsi dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggambarkan bilangan-bilangan dengan symbol- simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memberikan kejelasan dan menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi jelas bahwa matematika sangat berperan dalam kehidupan siswa sehingga siswa dapat berfikir untuk menemukan konsep yang
merupakan inti dari matematika. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku dimanapun dan kapanpun.
Adapun tujuan khusus pengajaran matematika di SMP menurut Depdiknas 2004 : 6 adalah :
a. Untuk melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyidikan, eksplorasi, ekperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsisten.
b. Untuk mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengn mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin ta hu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
27
d. Untuk
mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi
atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik,
peta, diagram, dalam menjelaskan kegiatan.
Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa tujuan mempelajari matematika di sekolah adalah untuk merangsang peserta didik agar mampu berpikir logis, analisis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah. Mengingat pentingnya matematika dalam berbagai bidang kehidupan, maka
perlu diperhatikan metode, strategi dan mutu pengajaran bidang studi matematika.
2.1.10. Pembelajaran Berdasarkan Instruksional Pada Materi Lingkaran