1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang demikian pesat telah menyebabkan jumlah waktu yang tersedia semakin terbatas.
Kemajuan tekonologi menyebabkan siswa perlu dibekali dengan keterampilan- keterampilan khusus yang dapat digunakan dan mampu menampakkan dirinya, mengatur
serta mengarahkan dirinya untuk belajar secara mandiri sepanjang hayat. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas Manusia Indonesia melalui upaya peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan yang memungkinkan warganya mengembangkan diri
sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan Sain IPTEKS. Perkembangan IPTEKS saat ini telah memudahkan orang untuk berkomunikasi
dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini, diperlukan
kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama
secara efektif. Sikap dan cara berpikir ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika. Karena, matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang
kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang menpelajarinya terampil berpikir rasional. Seperti yang di ungkapkan oleh Ansari 2009:1 bahwa :
2
“Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama lainnya serta pola pikir yang bersifat diduktif. Selain itu, matematika merupakan
alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika
serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.” Matematika juga merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi yang sipatnya abstrak menjadi kongkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi untuk memundahkan pemecahan
masalah. Santoso dalam noraidah, 2009 mengungkapkan : “Matematika adalah satu jalan untuk menuju pemikiran yang jelas, tepat dan teliti yang melandasi semua ilmu
pengetahuan dan filsafat. Bahkan keberhasilan suatu Negara tergantung dari kemajuan matematikanya”.
Namun, Kenyataannya kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator hasil belajar, antara lain dalam ujian
Nasionan UN, temuan sejumlah penelitian dan kontes internasional matematika. Hasil penelitian PISA Programe for International Student Asessment yang dilakukan tahun
2006 kualitas pembelajaran Indonesia dalam bidang matematika berada pada peringkat 50 dari 57 negara. Sedangkan hasil penelitian TIMMS Trends In International Matematics
and Scienc Study tahun 2007 kualitas pembelajaran Indonesia dalam bidang Matematika berada
pada pringkat
36 dari
48 Negara.
http:www.sampoernafoundation.orgidfactsfakta-dan-statistic.html Rendahnya kualitas pendidikan matematika tersebut disebabkan oleh be rbagai
faktor yang meliputi siswa itu sendiri, guru, metode pembelajaran maupun lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Rohani 2004:20 mengatakan bahwa :
“Guru bisa merupakan faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar”.
3
Rendahnya prestasi belajar matematika juga dipengaruhi oleh kurangnya partisipasi siswa dikelas. Hal ini sangat menghambat siswa untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Partisipasi ini berhubungan erat dengan kemampuan komunikasi siswa. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika megakibatkan siswa sulit untuk
memahami dan mencerna soal-soal yang diberikan sehingga mereka tidak bisa memecahkan masalah tersebut. Seorang siswa yang memeliki kemampuan komunikasi
yang baik akan dapat dengan mudah mengambil langkah- langkah untuk menyelesaikan sebuah persoalan matematika. Haryaningsi, 2008:2.
Senada dengan hal di atas Bruner dalam Lubis, 2005:431 mengatakan bahwa ; “Pengajaran dan belajar dilakukan dengan memakai bahasa sebagai sarana
utama. Selain sarana bagi guru untuk memberikan informasi kepada siswa. Bahasa juga perlu untuk merumuskan secara lengkap semua konsep-konsep dan
dalil-dalil matematika. Dalam kelas matematika, sarana utama bagi murid untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan pemahaman ide matematika adalah
bahasa.” Banyak masalah yang dihadapi guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Terutama untuk soal-soal cerita seperti penerapan persamaan kuadrat, fungsi kuadrat, dan pertidaksamaan kuadrat. Siswa sering tidak memahami apa informasi yang terkandung
dalam soal cerita tersebut, sehingga mereka sulit untuk menyusun langkah-langkah penyelesaiannya. Hal ini karena mereka mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan
ide-ide matematika dari apa yang dibacanya. Pernyataan diatas menyatakan bahwa salah satu kesulitan mempelajari
matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, model pembelajaran matematika di kelas perlu direformasi.
Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas
4
seperti berkomunikasi dalam matematika. Sollyvan dalam Ansari,2009:3 mengatakan: “salah satu tugas guru saat ini adalah memberi kebebasan berkomunikasi untuk
menjelaskan idenya dan mendengarkan ide temannya”. Komunikasi dalam pembelajaran matematika menjadi sesuatu yang diperlukan seperti yang di ungkapkan oleh Lindquis
dalam http:www.mellyizal.blogspot.comkomunikasi- matematika.html Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa
tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengakses
matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi, ide dapat dicerminkan, diperbaiki,
didiskusikan dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan mempermanenkan ide.
Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan
dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal- hal yang kurang dalm jaringan gagasan siswa. Hal senada juga disampaikan Barudi dalam Ansari, 2009:4 :
“Sedikitnya ada dua alas an penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan didalam kalangan siswa. Pertama, mathematic as
languace, artinya matematik tidak hanya sekedar alat bantu berpikir a tool to aid thingking. Alat untuk menentukan pola, menyelesaikan masalah atau
mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas tepat dan cermat. Kedua,
mathematic learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar
siswa dan juga komunikasi antar guru dan siswa.” Proses pembelajaran matematika perlu membiasakan siswa memberikan
argument atas setiap jawabannya dan memberikan tanggapan kepada jawaban temannya sebagai bentuk aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika.
Pendapat tentang pentingnya komunikasi matematika juga diusulkan NCTM dalam
http:www.mellyizal.blogspot.comkomunikasi- matematika.html Menyatakan
5
bahwa : Program pembelajaran matematika sekolah harus memberikan kesempata n kepada siswa untuk :
a Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking, mereka melalu komunikasi
b mengkomunikasikan mathemathical thingkin mereka secara logis dan jelas kepada
teman-temannya guru dan orang lain. c
menganalis dan menilai mathematical thingking dan strategi yang dipakai orang lain
d menggunakan bahsa metematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara
benar Peningkatan kemampuan komunikasi siswa tersebut membutuhkan strategi
pembelajaran yang lelbih tepat, efektif dan menarik sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. salahsatu ciri pembelajaran efektif menurut suitno dalam
Inayah,2007 ;4 adalah guru menerapkan pola kooperatif, interaktiv termasuk cara belajar kelompok.
Pola belajar kooperatif mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan
antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesame siswa. Pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan yang dapat membantu
siswa untuk mengasah kemampuan komunikasi. Sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa mampu meningkatkan kemampuan komunikasinya terutama dalam soal
cerita dengan langkah- langkah yang tepat. Model pembelajaran coperatif tipe bertukar pasangan memadukan antara
kemampuan siswa membaca dan menuliskan kembali dengan susuanan yang tepat. Membaca dalam hal ini bukan sekedar melafalkan kata demi kata tetapi harus mampu
6
memahami ide, mengamati data yang tersirat, megaitkan informasi dan menalarkan masalah yang ada. Hal ini sangat sesuai dengan aspek komunikasi yang di dalamnya
termasuk kemampuan membaca dan menulis dalam matematika bertukar pasangan juga member kesempatan bagi siswa untuk dapat mengkomunikasikan ide matematikanya
dalam kelompok baik secara lisan maupun tulisan. Materi lingkaran dipilih karena banyak dalam kehidupan sehari-hari sering
dijumpai kejadian yang berhubungan dengan materi tersebut misalnya jari-jari ban sepeda,luas permukaan sumur, volume benda ruang yang beralaskan lingkaran, dan lain-
lain. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: Peningkatan Hasil Belajar Sis wa kelas VIII A SMP Negeri 1 Wih Pesam Melalui Model Pe mbelajaran Kooperatif Tipe Bertukar Pasangan Pada
Pokok Bahasan Lingkaran Se mester Ganjil Tahun pelajaran 2013 -2014.
1.2. Indentifikasi masalah