Penerapan Maslahah MASLAHAH DALAM PANDANGAN Al-SY

36 penelitian, bahwasanya hukum-hukum syariah Islamiyah didasari dengan penjagaanpemeliharaan kemaslahatan para mukallaf. 53

B. Penerapan Maslahah

Penerapan maslahah dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting, karena segala aspek kehidupan manusia selalu mengandung segi kemaslahatan yang harus diwujudkan agar dapat menjalani kehidupan yang baik sesuai ketentuan-ketentuan syariah Islam. Di sini penulis mengambil sebuah contoh realita mengenai penerapan maslahah, yaitu mengenai pencatatan perkawinan yang tertera dalam Kompilasi Hukum Islam pada bab II dasar-dasar perkawinan Pasal 2 yang berbunyi “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mîtsâqon gholîzon untuk mentaati perintah Allah d an melaksanakannya merupakan ibadah”. 54 Dan perkawinan juga sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat 1 Undang- undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Lalu pada pasal 5 poin pertama mengenai agar terjaminnya ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. 55 Pencacatan perkawinan meskipun secara harfiyah tidak diatur dalam nas syâ ri’ dan tidak ada pula dijumpai nas yang melarangnya, tetapi ketentuan itu memberikan dampak yang positif bagi umat manusia. Ini jelas, keharusan mencatatkan nikah itu tidak bertentangan dengan tujuan umum 53 . Yusuf al-Qardawî, Mudkhâl li al-Dirâsah al-Syarî ’ah al-Islâmiyah, T.tp., Maktabah Wahbah, 1997, Cet. Ketiga, h. 57. 54 . Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokusmedia, 2004, Cet. Pertama, h.7. 55 . Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: CV Akademika Pressindo, 2007, Cet. Kelima, h. 114. 37 pembentukan hukum, yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Oleh karena ketentuan dalam pasal-pasal tersebut tidak didasarkan pada nash-nash tertentu, maka dasarnya adalah maslahah. Demikian juga pada Pasal 15 1 kompilasi hukum Islam tentang batasan umur kawin. Bunyi pasal ini adalah “Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-sekurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang- kurangnya berumur 16 tahun” 56 , seperti halnya pencatatan nikah, Islam juga tidak mengatur secara harfiyah batasan umur untuk boleh melakukan pernikahan, namun demi kemaslahatan sebuah keluarga rumah tangga, boleh dilakukannya perkawinan bagi orang-orang yang sudah berumur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk yang sudah matang jiwa dan raganya. Ini merupakan sebuah kemaslahatan bagi manusia. Contoh lain dari penerapan maslahah yaitu dalam masalah hak asasi manusia, seperti yang tertera dalam Undang-undang 1945 setelah diamandemen pada bab X A hak asasi manusia pasal 28 A yang berbunyi : “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya” dan pasal 28C 1 “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas 56 . Ibid, h. 10. 38 hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. 57 Dalam pasal ini, setiap orang berhak mempertahankan kehidupannya agar terwujudnya sebuah kemaslahatan. Dengan mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas hidup, manusia akan lebih mudah dalam mewujudkan kemaslahatan dunia maupun akhiratnya.

C. Maslahah bagi al-Syâthibî