Tujuan Pemilihan Umum Pemilihan Umum

21 prinsip-prinsip demokrasi, dengan cara memilih wakil-wakil rakyat di Badan Perwakilan Rakyat. 26 Karena luasnya wilayah daerah dan banyaknya penduduk yang hidup di dalamnya, maka demokrasi secara langsung tidak mungkin dilaksanakan lagi. Yang ada hanya demokrasi yang diwakilkan atau demokrasi tidak langsung. 27 Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying, dan sebagainya. 28 Kenyataannya, apapun alasannya hanya pemerintahan yang representatiflah yang dianggap memiliki legitimasi dari rakyat untuk memimpin dan mengatur pemerintahan. Sehingga dengan melalui pemilu, klaim jajaran elit pemerintahan bekerja untuk dan atas nama kepentingan rakyat menjadi dapat diakui. 29 Sebagaimana hasil wawancara, syarat-syarat yang ideal bagi seorang pemimpin menurut pandangan MUI ialah dari segi kapabilitas, kompetensi, keahlian, dan mampu dalam kapasitasnya. 30

2. Tujuan Pemilihan Umum

Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang dibingkai dengan norma- norma konstitusi UUD Pasal 1 ayat 2. Oleh karena itu, agar derap demokrasi dapat berputar sesuai sumbu konstitusi, maka demokrasi itu harus dijaga. 26 . B. Hestu Cipto Handoyono, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan Hak Asassi Manusia, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2003, Cet. Pertama, h. 207. 27 . Moh. Kusnardi, Harmaly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, hal. 129- 130. 28 . Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 461. 29 . Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 249. 30 . Wawancara pribadi dengan Hasanudin AF, di MUI Pusat, Jakarta, Selasa 9 September 2015. 22 Pelaksanaan demokrasi konstitusi terlihat dalam kegiatan pemilihan umum, pembentukan aturan dan pelaksanaan kewenangan lembaga negara. Salah satu ciri negara demokrasi yaitu adanya pelaksanaan pemilihan umum di negara tersebut, untuk Republik Indonesia paling tidak ada tiga macam tujuan pemilihan umum itu. Ketiga macam tujuan pemilihan umum itu adalah: 31 1. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib; 2. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat; dan 3. Dalam rangka melaksanakan hak-hak azasi warga negara. Kemampuan seseorang ada batasnya. Karena itu adalah suatu hal yang sangat wajar kalau selalu terjadi pergantian pemerintahan. Pergantian pemerintahan di negara-negara totaliter berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara demokrasi. Di negara-negara totaliter pergantian pemerintahan itu ditentukan oleh sekelompok orang. Tidak demikian halnya dalam negara demokrasi. Di negara ini pergantian pemerintahan itu ditentukan oleh rakyat caranya adalah mengadakan pemilihan umum. Karena itu pemilihan umum disebutkan bertujuan untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan. Kata memungkinkan di sini tidak berarti bahwa setiap kali dilaksanakan pemilihan umum harus ada pergantian pemerintahan, sebab mungkin saja terjadi suatu partai politik dalam sistem pemerintahan parlementer pemerintahan untuk dua, tiga, atau empat kali, atau seorang menjadi Presiden di Amerika Serikat untuk dua kali masa jabatan. Yang 31 . Moh. Kusnardi, Harmaly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, h. 330 23 dimaksudkan dengan kata memungkinkan di sini adalah bahwa pemilihan umum itu harus membuka kesempatan sama untuk menang bagi tiap peserta. Pemilihan umum yang demikian itu hanya mungkin terjadi apabila dilaksanakan dengan jujur. Di samping itu masih diperlukan syarat lain untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan itu, yaitu adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang susunan anggotanya sesuai dengan kehendak Undang-Undang Dasar 1945. Sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam Pembukaan dan pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, maka Republik Indonesia menganut azas kedaulatan rakyat. Bahwa kedaulatan yang dipunyai oleh rakyat itu antara lain tercermin dengan dilaksanakannya pemilihan umum dalam waktu-waktu tertentu. Karena itu adalah dalam rangka untuk memberikan kesempatan kepada warga negara untuk melaksanakan haknya. Sejak lahir ke dunia seseorang telah mempunyai hak. Orang itu mungkin warga negara dari suatu negara atau berstatus orang asing di negara tempat dia berdomisili. Sebagai warga negara maka salah satu hakya dalam bidang politik yang terpenting adalah hak untuk memilih siapakah wakilnya itulah yang akan menjalankan kedaulatan yang dipunyainya. Di samping itu terbuka pula baginya kesempatan untuk duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat sebagai wakil yang dipercayakan oleh para pemilihnya untuk menjalankan kedaulatan yang dipunyai oleh rakyat. Dilihat dari sudut kelompok warga negara yang tergabung dalam suatu organisasi partai politik, maka pemilihan umum itu sangat besar artinya bagi suatu partai politik, karena dengan pemilihan umum itu mereka dapat mengetahui 24 seberapa besar sesungguhnya para pendukung. Apabila terbuka bagi mereka untuk menang, maka pemilihan umum itu adalah suatu media untuk menjalankan programnya. Karena itu tidak berlebihan kalau dikatakan, apabila suatu pemerintahan telah memutuskan untuk tidak melaksanakan pemilihan umum, maka orang akan mengatakan demokrasi di negara itu telah mulai sirna. Dari uraian di muka dapat diambil kesimpulan bahwa pemilihan umum tidak saja penting untuk warganegara, partai politik, tapi juga pemerintah sendiri. Bagi pemerintah yang dihasilkan dari suatu pemilihan umum yang jujur berarti bahwa pemerintahan itu mendapat dukungan yang sebenarnya dari rakyat. Sebaliknya kalau pemeritahan yang dibentuk dari hasil pemilihan yang tidak atau kurang jujur maka dukungan rakyat itu hanya bersifat semu. Dilihat dari sudut pemilihan umum, maka ketiga tujuan itu baru dapat tercapai kalau pelaksanaan pemilihan umum benar-benar jujur, sehingga setiap warga negara yang berhak memilih memberikan pilihannya sesuai dengan hati nuraninya. Dan, adanya ketentuan mengenai pemilihan umum dalam UUD 1945 dimaksudkan untuk memberi landasan hukum yang lebih kuat bagi pemilu sebagai salah satu wahana pelaksanaan kedaulatan rakyat. 32 32 . Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, h. 268 25

3. Sekilas tentang Sistem Pemilihan Umum