Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013

(1)

T E S I S

Oleh TIAMRI 117032159/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THESIS

By TIAMRI 117032159/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIAMRI 117032159/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

PUSKESMAS SUKA MAKMUR

KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Tiamri

Nomor Induk Mahasiswa : 117032159

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M)

Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M

2. Drs.Eddy Syahrial, M.S 3. Dra. Syarifah, M.S


(6)

SIKAP IBU DALAM PERSALINAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BILAH BARAT PUSKESMAS SUKA MAKMUR

KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Tiamri 117032159/IKM


(7)

bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di Kecamatan Panai Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 186 ibu. Sampel berjumlah 62 orang terdiri dari 31 orang kelompok perlakuan dan 31 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan ujipair t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan simulasi dan terdapat perbedaan sikap ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah simulasi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar meningkatkan kesehatan ibu dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk mengaktifkan dan menghadiri program yang dibuat oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Posyandu. Peran aktif petugas kesehatan puskesmas khususnya pemegang program promosi kesehatan dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif semakin ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan-penyuluhan maupun kunjungan-kunjungan langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan jelas.

Kata Kunci : Metode Simulasi, Pengetahuan, Sikap, Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif


(8)

local socio-cultural environment so that they can rely on themselves in health. Health promotion is expected to improve childbirth aid by health workers and the giving of exclusive ASI (breast milk).

The type of the research was quasi experiment with non equivalent control group design. The population was 186 mothers who gave birth to babies in the working area of Suka Makmur Puskesmas, Panai Bilah Barat Subdistrict, Labuhan Batu District. The samples comprised 62 respondents; 31 respondents were in the treatment group, and the other 31 respondents were in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate analysis with pair t-test.

The result of the research showed that there was the disparity of mothers’ knowledge in the treatment group before and after the simulation was conducted, and there was the disparity of mothers’ attitude in the treatment group before and after the simulation was conducted. On the other hand, there was no disparity of mothers’ knowledge and attitude in childbirth and in giving exclusive ASI in the control group.

It is recommended that the Health Office in Labuhan Batu District utilize KIA (Mother and Child Health) program as one of promotional activities in community because it is evidence that simulation method is effective in improving knowledge and attitude in childbirth and giving exclusive ASI. It is also recommended that health workers at Suka Makmur Puskesmas use simulation method in giving health message to mothers because simulation method is more dynamic and makes the learners focused so that mothers will easily understand.

Keywords: Simulation Method, Knowledge, Attitude, Childbirth, Giving Exclusive ASI


(9)

rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Drs. Tukiman, M.K.M selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran


(10)

telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

5. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H.Tajuddin Pasaribu dan Ibunda Hj.Tiaman Ritonga serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

7. Teristimewa buat suami tercinta H.Zainal Hasibuan dan anak saya Septika Ajelina HSB,Desy Anzel Pratiwi HSB,Nahda P.HSB,Habib S.Syukur HSB berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhabbatu dan seketaris yang memberikan izin penelitian pada penulis.

9. Kepala Puskesmas Suka Makmur dan jajarannya yang membantu melaksanakan pelatihan dengan metode simulasi.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Minat Studi Promosi Kesehatan 2011 Universitas Sumatera Utara khususnya atas dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama ini.


(11)

dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

Tiamri 117032159


(12)

1971, anak ke-2 dari 9 bersaudara dan beragama islam . Pada saat ini bertempat tinggal di Rantau Prapat Kabupaten Labuhanbatu.

Memulai pendidikan di SD Inpres No.114376 Sigambal lulus tahun 1984 ,melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Sigambal tamat tahun 1987. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah di SMA Prima Rantauprapat lulus tahun 1990 Dan melanjutkan pendidikan DIII Keperawatan di Glugur Medan tamat tahun 1994 dan telah menyelesaikan pendidikan D IV Perawat Pendidik pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan Tamat Tahun 2001 ,penulis menikah pada tahun 1995, dan dikaruniai 4 orang anak dan penulis bekerja sebagai PNS pada Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu hingga saat ini.

Tahun 2011 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


(13)

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Efektifitas ... 10

2.1.1 Definisi Efektifitas ... 10

2.1.2 Cara Pengukuran Efektifitas ... 10

2.1.3 Pendekatan Efektifitas... 11

2.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektifitas... 12

2.2. Metode Simulasi ... 14

2.3. Teori Perubahan Perilaku ... 20

2.4. Penolong Persalinan ... 26

2.4.1 Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan... 27

2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pertolongan Persalinan pada pada Ibu Hamil... 30

2.5. ASI ... 33

2.5.1 ASI Eksklusif ... 33

2.5.2 Manfaat ASI ... 35

2.5.3 Nilai Nutrisi ASI ... 38

2.6. Landasan Teori... 40

2.7. Kerangka Konsep ... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN... 42

3.1. Jenis Penelitian... 42

3.2. Lokasi dan WaktuPenelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43


(14)

3.4.3. Prosedur Pengumpulan data ... 48

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 49

3.5.1. Variabel Penelitian ... 49

3.5.2. Defenisi Operasional... 50

3.6. Metode Pengukuran ... 50

3.7. Metode Analisis Data... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 52

4.2. Analisis Univariat... 52

4.2.1 Karakteristik responden ... 52

4.2.2 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Persalinan dan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (pre)... 54

4.2.3 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (pre) ... 56

4.2.4 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Persalinan dan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (post) ... 59

4.2.5 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (post) ... 61

4.2.6 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi(pre)………. 64

4.2.7 Gambaran Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi(pre)……… 68

4.2.8 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi(post)……… 72

4.2.9 Gambaran Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi(post)……….. 76

4.3. Uji Perbedaan ... 80

4.3.1. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah dalam Persalinan ... 80


(15)

dan Sesudah Pemberian ASI Eksklusif……….. 83

BAB 5. PEMBAHASAN... 84

5.1. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dalam Persalinan Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 84

5.2. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi... 87

5.3. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Sikap Ibu dalam Persalinan Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi ... 93

5.4. Efektifitas Metode Simulasi terhadap Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Simulasi ... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 97

6.1. Kesimpulan ... 97

6.2. Saran... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN


(16)

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan... 46 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap ... 47 4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 53 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan

dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 54 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 56 4.4 Distribusi Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 56 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 58 4.6 Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post)... 59 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Persalinan pada Kelompok

Perlakuan Setelah Metode Simulasi (Post) ... 60 4.8 Gambaran Pengtahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 61 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Pemberian ASI Eksklusif pada

Kelompok Perlakuan Setelah Metode Simulasi (Post) ... 63 4.10 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Sebelum Metode Simulasi(Pre)... 64 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan


(17)

4.14 Gambaran Sikap Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Setelah Metode Simulasi(Post)... 72 4.15 Distribusi Frkuensi Ibu dalam Persalinan pada Kelompok Perlakuan

dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 75 4.16 Gambaran Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 76 4.17 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 79 4.18 Perbedaan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam

Persalinan di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhanbatu ... 80 4.19 Perbedaan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam

Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka

Makmur Kabupaten Labuhanbatu ... 81 4.20 Perbedaan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam

Persalinan di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten

Labuhanbatu………. 82

4.21 Perbedaan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Metode Simulasi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhanbatu ... 83


(18)

2.1 Teori S-O-R... 40 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 41 3.1 Desain Penelitian... 42


(19)

1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 102

2 Surat Izin Penelitian ... 103

3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 104

4 Quesioner Penelitian ... 105

5 Jadwal Penelitian... 110

6 Master Data ... 111

7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113


(20)

bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di Kecamatan Panai Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 186 ibu. Sampel berjumlah 62 orang terdiri dari 31 orang kelompok perlakuan dan 31 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan ujipair t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan simulasi dan terdapat perbedaan sikap ibu pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah simulasi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu agar meningkatkan kesehatan ibu dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk mengaktifkan dan menghadiri program yang dibuat oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Posyandu. Peran aktif petugas kesehatan puskesmas khususnya pemegang program promosi kesehatan dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif semakin ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan-penyuluhan maupun kunjungan-kunjungan langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan jelas.

Kata Kunci : Metode Simulasi, Pengetahuan, Sikap, Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif


(21)

local socio-cultural environment so that they can rely on themselves in health. Health promotion is expected to improve childbirth aid by health workers and the giving of exclusive ASI (breast milk).

The type of the research was quasi experiment with non equivalent control group design. The population was 186 mothers who gave birth to babies in the working area of Suka Makmur Puskesmas, Panai Bilah Barat Subdistrict, Labuhan Batu District. The samples comprised 62 respondents; 31 respondents were in the treatment group, and the other 31 respondents were in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate analysis with pair t-test.

The result of the research showed that there was the disparity of mothers’ knowledge in the treatment group before and after the simulation was conducted, and there was the disparity of mothers’ attitude in the treatment group before and after the simulation was conducted. On the other hand, there was no disparity of mothers’ knowledge and attitude in childbirth and in giving exclusive ASI in the control group.

It is recommended that the Health Office in Labuhan Batu District utilize KIA (Mother and Child Health) program as one of promotional activities in community because it is evidence that simulation method is effective in improving knowledge and attitude in childbirth and giving exclusive ASI. It is also recommended that health workers at Suka Makmur Puskesmas use simulation method in giving health message to mothers because simulation method is more dynamic and makes the learners focused so that mothers will easily understand.

Keywords: Simulation Method, Knowledge, Attitude, Childbirth, Giving Exclusive ASI


(22)

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Indonesia antara lain meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik serta menjangkau semua kelompok sasaran, meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional secara berangsur, meningkatkan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan melaksanankan sistem rujukan serta meningkatkan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik. Tujuan akhir dari program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

Berdasarkan Rencana strategi (Renstra) Depkes RI 2005-2009 disebutkan bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia belum memuaskan, salah satu diantaranya ditinjau dari masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Berdasarkan SDKI 2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390/100.000 kelahiran hidup menjadi 334/100.000 kelahiran hidup). Selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2008). Meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun tarakhir akan tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat (Wilopo, 2010).


(23)

Di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 AKI 330 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 AKI 315 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Sumut, 2004). Sedangkan tahun 2009 AKI 280 per 100.000 kelahiran hidup (Saragih, 2010). Angka tersebut menunjukkan AKI cenderung menurun tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup diperkirakan tidak tercapai (Depkes RI, 2007).

Salah satu faktor yang memengaruhi AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) adalah tenaga penolong Persalinan, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2005). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah risiko terjadinya kematian. Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) dari tahun 2000-2005, penolong Persalinan yang dilakukan oleh dukun mencapai 26,28% (BPS, 2006). Penolong Persalinan di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Bidan (58%) dan dukun bersalin (25,31%), sedangkan menurut tipe daerah di perkotaan maupun di pedesaan penolong Persalinan yang terbanyak dilakukan oleh bidan, masing-masing 65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2008), penolong kelahiran terakhir di pedesaan antara lain : ditolong bidan 46,34%, ditolong dukun bayi 42,75%, ditolong oleh dokter 6,11%, ditolong oleh famili 3,86%, ditolong Nakes lain 0,61% dan


(24)

lainnya sebesar 0,33%. Di pedesaan, bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu bersalin sebagai penolong persalinannya.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka penurunan AKI, seperti program

Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat serta setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI, 2005). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu cara paling efektif dalam upaya menurunkan kematian ibu, oleh karena itu sasaran dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (Bappenas, 2007).

Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Di negara berkembang, lebih dari 10 juta bayi meninggal dunia per tahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13% (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Pemberian ASI secara ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan ataupun minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Makanan atau


(25)

minuman lain yang dimaksud misalnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, ataupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Bahkan air putih pun tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Kodrat,2010).

Menurut Sentra Laktasi Indonesia (2007), pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Di Amerika, 400 bayi meninggal per tahun akibat muntah mencret. Sebanyak 300 bayi diantaranya adalah bayi yang tidak disusui. Kematian meningkat 23,5 kali pada bayi susu formula. Menurut Vic yang dikutip Roesli (2008), kemungkinan bayi akan mengalami mencret 17 kali lebih banyak pada bayi yang menggunakan susu formula. Data menunjukkan lebih kurang 1,5 juta anakmeninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi diseluruh dunia diberi ASI Eksklusif selama 4 bulan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai dan tidak aman bagi bayi (Depkes 2005).

Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller international di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan), menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di


(26)

perkotaan antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13% . Hanya 14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, hanya 3, 7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5%, pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4 % pada tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif (Tjipta, 2009).

Di Propinsi Sumatera Utara angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2007 sebesar 33% dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka cakupan tahun 2006 sebesar 36% (Dinkes Prop.Sumut, 2007). Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menggalakkan program pemberian ASI Esklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia (Depkes RI, 2005).


(27)

Berdasarkan data profil Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu tahun 2011, cakupan persalinan tenaga kesehatan berjumlah 82,67% (jumlah ibu bersalin 9195 dan ibu bersalin yang ditolong Nakes 7601) target 87,42%. Jumlah bayi 8757 yang meninggal 117 Bayi yang meninggal laki –laki 47 dan perempuan 70 AKB sebesar 16,22 per 1.000 KH, ASI eksklusif 3419 (39,04 % target 65%), jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2011 terdapat 16 kasus (kematian ibu maternal) dengan estimasi AKI sebesar 221/100.000 KH atau 2,21/1000 KH. Profil Puskesmas Suka Makmur ibu bersalin 186 ditolong tenaga kesehatan 130 (70,90%). Jumlah bayi 183 orang yang terdiri dari laki-laki 87 perempuan 96, ASI eksklusif laki-laki 33 perempuan 36 jumlah 69 (37,77%), bayi meninggal laki-laki 2 dan perempuan 1 jumlah 3.

Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Kesehatan RI membuat suatu program promosi kesehatan dan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan. Depkes RI (2006) mengemukakan bahwa promosi kesehatan bertujuan untuk (1) peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, dan (2) pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan untuk itu diperlukan peningkatan upaya promosi kesehatan.

Upaya promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. upaya promosi


(28)

kesehatan diharapkan dapat mewujudkan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian asi eksklusif.

Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah sesuai dengan visi MDGs dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2004 bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah pendekatan melalui individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.

Oleh karena itu dalam kegiatan peningkatan target pertolongan persalinan yag ditolong tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif ini perlu dikembangkan konsep pemberdayaan mkasyarakat, dimana dalam pengimplemantasinya harus sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan yang sering dilakukan misalnya penyuluhan atau ceramah, namun kenyataannya metode ini belum memberikan kontribusi pengetahuan yang memadai bagi guru dan cenderung membosankan, apalagi bagi remaja dan orang tua. Maka perlu dilakukan metode lain seperti simulasi, hal ini cenderung dinilai lebih bermuatan, karena sifatnya tidak monoton dan langsung berdasarkan analisis kasus, dan melibatkan objek secara menyeluruh dan aktif.

Menurut Syaefuddin (2002), metode simulasi dapat digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehatan reproduksi dalam bentuk sosiodrama, permainan dan dramatisasi. Metode ini bertujuan untuk melatih dan memahami


(29)

konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Dengan metode simulasi, hasil yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide yang ditemukannya dan dianggap benar.

Hasil penelitian Veronica (2009) telah membuktikan dengan metode simulasi memberi perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap guru tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja di Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan. Sejalan dengan penelitian Afniwati (2012) bahwa metode simulasi lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kesehatan jiwa di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Sejalan dengan penelitian Burhanuddin (2011) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap tokoh masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Wilayah Puskesmas Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Untuk mengetahui implementasi pemberdayaan masyarakat dalam suatu promosi kesehatan untuk peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian asi eksklusif tersebut sesuai dengan kondisi serta karakteristik desa

pantai, maka penting dilakukan penelitian tentang “efektifitas metode simulasi

terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun


(30)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Bilah Barat Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam membuat program kebijakan kesehatan untuk persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

2. Masukan untuk Puskesmas dalam memilih metode yang baik dan efektif dalam persalinan dan pemberian ASI eksklusif.

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan pengembangan pengetahuan tentang persalinan dan pemberian ASI eksklusif. 4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian


(31)

2.1 Efektifitas

2.1.1 Definisi Efektifitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektifitas adalah keberhasilan suatu aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka aktifitas itu dikatakan tidak efektif.

2.1.2 Cara Pengukuran Efektifitas

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagai berikut :


(32)

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel dalam Starawaji, 2009)

2.1.3 Pendekatan Efektifitas

Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektifitas yaitu:

1. Pendekatan sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Selain tercapainya tujuan, efektifitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektifitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif.

2. Pendekatan sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan


(33)

yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan out put yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya.

3. Pendekatan proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektifitas

Efektifitas selalu diukur berdasarkan prestasi dengan hasil produktivitas dan laba dilapangan. Pengukuran efektifitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan memberikan hasil dari pada pengukuran efektifitas berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :

1. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran efektifitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya. Efektifitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau efektifitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektifitas


(34)

yang rendah pada sasaran lainnya. Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektifitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektifitas pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektifitas seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam pengukuran efektifitas adalah :

a. Adaptabilitas dan fleksibilitas b. Produktivitas

c. Keberhasilan memperoleh sumber d. Keterbukaan dalam komunikasi e. Keberhasilan pencapaian program

f. Pengembangan program (Steers dalam Starawaji, 2009) 2. Subjektivitas dalam adanya penilaian

Pengukuran efektifitas dengan menggunakan pendekatan sasaranseringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaranyang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau perlumasuk kedalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatulembaga untuk melihat program yang berorientasi ke luar atau masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh subjektifitas .Untuk sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif, unsur subjektif itutidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan


(35)

secarakuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung padasubjektifitas dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukungoleh pendapat R.M Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual berpengaruh terhadap informasi lembaga danmenentukan tercapai tidaknya sasaran yang hendak dicapai. Karena ituperbedaan karakteristik faktor-faktor kontekstual ini perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur efektifitas program yang terdapat pada lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektifitas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan (Steers dalam Starawaji, 2009).

2.2 Metode Simulasi

Metode simulasi adalah pembelajaran yang memerikan kesempatan kepada pembelajar untuk meniru suatu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau berkaitan dengan tanggung jawabnya.

Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan akselerasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar, kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya.


(36)

2. Menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan. 3. Menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi.

4. Memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin tertentu.

5. Menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati

6. Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya.

Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan:

1) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian;

2) Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada pembelajar secara langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya;

3) Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara ktif dalam proses pembelajaran;

4) Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu; 5) Dapat meningkatkan motivasi pembelajar;


(37)

6) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai;

7) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata;

8) Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul;

9) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian. B. Kekurangan:

1) Kurang efektif menyampaikan informasi umum;

2) Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif bila dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil;

3) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

4) Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya; 5) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan

situasi sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya;

6) Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002).

Dalam pelatihan metode simulasi dapat diterapkan dalam beberapa teknik sebagai berikut: (Smeru,2006)

1. Ceramah Bergambar adalah ceramah dengan kombinasi teknik yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai


(38)

pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2. Diskusi Umum (Diskusi Kelas) bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pnkok-pokok pikiran (gagasaî, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakata. tersebut, para peserta dapet saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemu$ian ditulis sebaGai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan `asi penerapan berbagai teknik la)nnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskush kelompok, permainan, dan lamn-lain.

3. Curah Pendapat (Brainstorming) adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan Diskusi, dimana gagasan dari seseorang fapau ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, ataõ tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan teknio curah pendapat pe~dapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendaðat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sam` ataU bgrbeda. Hasilnya kemu`ian


(39)

dijadikan peta$informasi, peta pengalaman, atau$peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

4. Diskusi Kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Teknik ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan teknik ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

5. Bermain Peran (Role-Play)merupakan teknik untuk ‘menghadirkan’ peran-peran

yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam

kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap peran tersebut. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Teknik ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan

bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

6. Sandiwara, teknik ini seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai


(40)

ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

7. Demonstrasi adalah teknik yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada ranah keterampilan.

8. Praktek Lapangan, teknik ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang

diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari teknik ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat teknik praktek adalah pengembangan keterampilan.


(41)

9. Permainan (Games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah

‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi

kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Teknik ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.

Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami

sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.

2.3 Teori Perubahan Perilaku

Mengubah perilaku seseorang agar dapat mengikuti keinginan yang disampaikan tidaklah mudah. Batasan perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah aktivitas dari manusia


(42)

itu sendiri. Untuk kepentingan analisis perilaku perlu diketahui apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Sarwono (1993) dan Notoatmodjo (2003), perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsang yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakanovert behavior.

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.

Berdasarkan batasan ini, Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan, yaitu : a. Perilaku pemeliharaan kesehatan(health maintenance), yaitu perilaku atau usaha–

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Perilaku ini mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan tradisional maupun modern.


(43)

c. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat.

d. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu(internal)berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh – pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

Perilaku merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan, persepsi atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk–bentuk perilaku kedalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilahknowledge, attitude, practice(Sarwono, 2004).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya


(44)

pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, foster majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: 1) tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu .tahu. merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan mendefinisikan; 2) memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari; 3) aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan


(45)

sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain; 4) analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada; 6) evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungannya ada bermacam-macam hal yang dialami individu itu melalui penerimaan panca inderanya, serta alat penerimaan atau reseptor. Hal-hal yang dialaminya tersebut masuk ke dalam sel-sel otaknya sehingga terjadi bermacam-macam proses seperti proses fisik, fisiologi dan psikolog, kemudian dipancarkan dan diproyeksikan individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang


(46)

dikutip oleh Notoatmojo (1997), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi: a) sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma -norma yang berlaku di mana individu itu beda; b) sikap negatif, yaitu: menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berbeda.

Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilakku tertentu, yaitu : (a). Faktor pemungkin ( predisposing factor), adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di dalamnya keterampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap masyarakat, (b). Faktor – faktor pemudah (reinforcing factor), adalah faktor pemicu yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang, dan (c). Faktor penguat (enabling factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat. Ketiga faktor ini dipengaruhi oleh faktor penyuluhan (regulation) serta organisasi (organization). Semua faktor – faktor tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan (Green, 1980).

Anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah system nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat ini terdiri atas dua kategori, yaitu tokoh masyarakat


(47)

yang formal dan tokoh masyarakat yang informal. Tokoh masyarakat formal adalah orang yang memiliki posisi menentukan dalam sistem pemerintahan (disebut juga penentu kebijakan), seperti gubernur, bupati/walikota, anggota dewan perwakilan rakyat, dan lain – lain. Adapun tokoh masyarakat informal ada berbagai jenis, misalnya tokoh atau pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian, dan lain – lain. Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang memiliki kelebihan di antara kelompoknya. Ia akan menjadi panutan bagi kelompoknya atau bagi masyarakat karena ia merupakan figur yang menonjol. Di samping itu, ia dapat mengubah sistem nilai dan norma masyarakat secara bertahap, dengan terlebih dulu mengubah sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya (Depkes RI, 2006).

Kemampuan penting yang harus dikuasai dalam upaya mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, adalah : ketrampilan untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan (McKenzie, 2007).

2.4 Penolong Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atu tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2004). Pertolongan persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan obstetric esensial dan


(48)

darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong Persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009).

2.4.1 Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat yaitu:

1. Dokter Spesialis Kandungan

Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis kandungan. Pendidikan yang mereka jalani difokuskan untuk mendeteksi dan menangani penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan proses melahirkan. Seperti halnya dokter ahli bedah (Gaskin, 2003) Dokter spesialis kandungan dilatih untuk mendeteksi patologi. Ketika mereka mendeteksinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan memfokuskan tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis kandungan menangani wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil yang sakit dan beresiko tinggi. Ketika mereka menangani wanita hamil yang sehat, mereka sering melakukan intervensi medis yang seharusnya hanya dilakukan pada wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis. Disebagian besar Negara di dunia, tugas dokter kandungan adalah untuk menangani wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis (Gaskin, 2003). Baik dokter spesialis kandungan maupun bidan bekerja lebih higienis dengan ruang lingkup hampir mencakup seluruh golongan masyarakat. Umumnya, mereka hanya dapat menanggulangi kasus-kasus fisiologis saja, walaupun dokter spesialis secara teoritis telah dipersiapkan untuk


(49)

menghadapi kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera merujuk selama pasien masih dalam keadaan cukup baik (Syafrudin, 2009).

Walaupun mereka dapat menanggulangi semua kasus, tetapi hanya sebagian kecil saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan karena biaya yang terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan penyebaran yang tidak merata. Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas kegunaannya. Namun, sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan bertindak sebagai konseptor program obstetri yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan (Syafrudin, 2009).

2. Dokter Umum

Dokter umum adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir dokter umum.

3. Bidan

Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, menyebutkan bahwa bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku. Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi, menyebutkan bahwa bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Pengertian bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relatif sangat muda dan pengalaman mereka juga belum banyak dan masih kurang dewasa,


(50)

sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan masih diterima oleh masyarakat.

Fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah:

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan KB dan pengayoman medis kontrasepsi, b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader kesehatan serta dukun bayi.

d. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan,

e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan daruratharus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian

kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan.

Pada prinsipnya penolong persalinan baik yang dilakukan di rumah klien maupun di sarana kesehatan seperti bidan praktik swasta, klinik, puskesmas dan sarana kesehatan lain harus tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a Sterilitas/pencegahan infeksi.


(51)

c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih tinggi.

Penempatan bidan di desa memungkinkan penanganan dan rujukan hamil berisiko sejak dini, serta identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko kehamilan yang disandangnya. Bidan yang ditempatkan di desa diharapkan secara bertahap mampu meningkatkan jangkauan persalinan. Diharapkan pula supaya masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman (Meilani, dkk, 2009).

2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pertolongan Persalinan oleh Ibu Hamil

Beberapa faktor yang memengaruhi permintaan pertolongan persalinan oleh ibu hamil adalah:

1. Tingkat pendidikan

Penelitian Umami dan Puspitasari (2007) membuktikan adanya hubungan bermakna antara pendidikan suami dengan peran suami selama proses kehamilan samapai saat nifas istri. Peran suami tersebut salah satunya mengambil keputusan yang tepat terhadap pemilihan penolong persalinan dengan melibat kondisi istrinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan sehingga akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

2. Sosial ekonomi

Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kondisi sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator indikator sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggunann dalam keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat. Faktor sosialekonomi cenderung berpengaruh


(52)

terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan memilih pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya pendapatan keluarga, dimana masyarakat tidak punya uang yang cukup untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas.

Menurut Sunaryo (2003) kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak reproduksinya serta tidak mempunyai hak untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian Suprapto (2002) tentang determinasi sosial ekonomi pertolongan persalinan di Indonesia dijumpai bahwa target persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan utamanya di daerah pedesaan lebih rendah dari target nasional yang berkisar antara 40-80%

3. Kebiasaan keluarga

Berdasarkan pendapat Yultera yang dikutip Harnani (2004), lebih dari 60-80% peristiwa persalinan ditangani oleh dukun di Provinsi Sumatera selatan dan Jawa Timur. Hal ini disebabkan adanya fektor budaya yang berhubungan dengan kebiasaan dan masyarakat, faktor sosial meliputi jarak rumah yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan dan keterbatasan sarana transportasi sehingga lebih mudah menghubungi dukun serta faktor ekonomi yang menyatakan bahwa biaya jasa dukun lebih murah dibanding dengan tenaga kesehatan kainnya.

4. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan persalinan

Mengetahui perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu sendiri. Berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih ditemukan ibu-ibu yang menganggap kehamilan


(53)

sebagai hal yang biasa, alamiah, kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.

5. Keterjangkuan pelayanan kesehatan

Depkes RI dan UNFP (2002) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau, tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses budaya).

6. Pengambil keputusan dalam keluarga

Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tak dapat dielakan kehamilan menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psiologis, dalam aspek psiologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kelahiran si bayi. Semua itu akan mewarnai interaksi antara anggota dalam keluarga. Sikap dan reaksi seorang ayah pada fase kehamilan berbeda pada setiap suku, bangsa dan lebih tergantung pada adat dan kebudayaan setempat, (Dkk Demak, 2007).

Pembuat keputusan menurut Terry (1999) yang dikutip Juliwanto (2009) selalu dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik Keluarga memberikan kontribusi dalam menentukan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti memberikan informasi mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan atau mengembangkan sistem perawatan dalam keluarga (Smith, 2003). Keluarga juga


(54)

merupakan sumber pemberi dukungan yang Memengaruhi individu dalam memperoleh atau menggunakan pelayanan kesehatan. Keluarga disini meliputi orang tua, pasangan, ataupun saudara.

2.5 ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004). Air Susu Ibu atau ASI adalah konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. ASI adalah salah satu sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir karena memiliki begitu banyak zat penting yang bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Air Susu Ibu atau ASI adalah makanan yang paling baik untuk setiap bayi (Shelov, 2005).

Pemberian ASI memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya merupakan makanan yang paling cocok untuk kemapuan disgetif bayi, karena bayi dapat menyerap dengan baik, tidak pernah sembelit, dan merasa puas. ASI juga terbebas dari kuman pada kenyataannya ASI mengandung antbodi sehingga bayi yang mendapat ASI umumnya jarang sakit dan jarang menderita alaergi jika dibanding dengan bayi mendapat susu formula (Roesli, 2000).

2.5.1 ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan


(55)

dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004). ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001). Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang papaya bubur susu, biskuit, bubur, nasi, dan tim (Rusli, 2007). Secara keseluruhan, pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Hanya ASI sampai umur 6 bulan.

2. Segera setelah bayi lahir, ia dilap kecuali kedua tangannya dan dipotong tali pusarnya, bayi langsung direbahkan di dada ibunya dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya. Kulit bayi dibiarkan tetap bersentuhan dengan kulit ibu selama satu jam agar menyusu sendiri (Inisiasi Menyusu Dini). Selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan, biasanya untuk penimbangan.

3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada bayi baru lahir.

4. Menyusu sesuai kebutuhan bayi (on demand).

5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama, yang bernilai gizi tinggi) kepada bayi.

7. Cairan lain yang diperbolehkan hanya vitamin/ mineral dan obat dalam bentuk drop/tetes atau sirup.


(56)

2.5.2 Manfaat ASI

Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari pemberian ASI, yaitu ASI dapat bermanfaat bagi bayi, perkembangan kesehatan ibu, sosial ekonomi, lingkungan keluarga dan masyarakat.

1. Bagi bayi

ASI mengandung zat protektif seperti lactobacillus protektus yang berfungsi mengubah asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti shigella, jamur serta E.Coli yang sering mengakibatkan diare. Selain itu di dalam ASI terdapat laktoferin yang berfungsi dalam menghambat pertumbuhan kandida. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi :

a. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan

b. Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat antibodi/ kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernapasan

c. Melindungi anak dari serangan alergi

d. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif potensial lebih pandai

e. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara f. Membantu pembentukan rahang yang bagus


(57)

g. Mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung

h. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan

i. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik (Soetjiningsih, 1997).

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin Lysozyme, Complemen C

3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).

2. Manfaat ASI untuk ibu

a. Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan ( hisapan pada puting susu merangsang dikeluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim).


(58)

b. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih / turun berat badan yang bertambah selama kehamilan.

c. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil ( kadar prolaktin yang tinggi akan menekan hormon FSH danovulasi)

d. Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada buah hatinya.

3. Manfaat bagi keluarga

a. Dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. b. Penghematan biaya bagi keluarga.

c. Aspek kemudahan. 4. Manfaat bagi masyarakat

a. Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.

b. Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu). c. Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan. 5. Manfaat bagi negara

a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. b. Mengurangi subsidi untuk membeli susu formula. c. Dapat meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.


(59)

2.5.3 Nilai Nutrisi ASI

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral

1. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kalilipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula.

2. Protein

Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut yang sesuai dengan ukuran ginjal bayi yang belum matang (Christine,2006). Dibandingakan dengan komposisi protein ASI paling rendah, berkisar 1,3g/ml pada bulan pertama dengan rata- rata 1,15g/ 100ml di hitung berdasarkan nitrogen x 6,25. ASI mengandung whey proteindancasein. Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lebut atau mudah dicerna oleh usus bayi. Meskipun kedua susu tersebut sama- sama mengandungwhey proteinyang baik untuk pencernaan.


(60)

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI juga mengandung asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

4. Karnitin

Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula 5. Vitamin

Vitamin terdiri dari :

a. Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah terjadinya perdarahan.

b. Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi. Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari.

c. Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah.


(61)

d. Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan.

6. Mineral

Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yan terdapat di dalam susu formula (IDAI, 2008)

2.6 Landasan Teori

Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R”

(stimulus-organisme-respons).

TEORI S-O-R

Gambar 2.1 Teori S-O-R

STIMULUS ORGANISME

RESPONS TERTUTUP Pengetehuan Sikap

RESPONS TERBUKA Praktik Tindakan


(1)

7. Sikap Persalinan (post)

Sikap 1 (tanpa perlakuan post)

4 12,9 12,9 12,9

14 45,2 45,2 58,1

10 32,3 32,3 90,3

3 9,7 9,7 100,0

31 100,0 100,0

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 2 (tanpa perlakuan post)

2 6,5 6,5 6,5

11 35,5 35,5 41,9

11 35,5 35,5 77,4

7 22,6 22,6 100,0

31 100,0 100,0 Setuju

netral tidak setuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 3 (tanpa perlakuan post)

4 12,9 12,9 12,9

6 19,4 19,4 32,3

12 38,7 38,7 71,0

9 29,0 29,0 100,0

31 100,0 100,0 Tidak setuju

Netral setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 4(tanpa perlakuan post)

6 19,4 19,4 19,4

10 32,3 32,3 51,6

12 38,7 38,7 90,3

3 9,7 9,7 100,0

31 100,0 100,0 Setuju

Netral tidak setuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 5 (tanpa perlakuan post)

7 22,6 22,6 22,6

9 29,0 29,0 51,6

11 35,5 35,5 87,1

4 12,9 12,9 100,0

31 100,0 100,0 Tidak setuju

Netral setuju sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 6 (tanpa perlakuan post)


(2)

Sikap 7 (tanpa perlakuan post)

2 6,5 6,5 6,5

2 6,5 6,5 12,9

7 22,6 22,6 35,5

10 32,3 32,3 67,7

10 32,3 32,3 100,0

31 100,0 100,0 Sangat tidak setuju

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 8 (tanpa perlakuan post)

2 6,5 6,5 6,5

5 16,1 16,1 22,6

5 16,1 16,1 38,7

15 48,4 48,4 87,1

4 12,9 12,9 100,0

31 100,0 100,0 Sangat tidak setuju

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 9 (tanpa perlakuan post)

5 16,1 16,1 16,1

9 29,0 29,0 45,2

14 45,2 45,2 90,3

3 9,7 9,7 100,0

31 100,0 100,0

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 10 (tanpa perlakuan post)

1 3,2 3,2 3,2

4 12,9 12,9 16,1

16 51,6 51,6 67,7

8 25,8 25,8 93,5

2 6,5 6,5 100,0

31 100,0 100,0 Sangat tidak setuju

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

sikap persalinan (post)

28 90,3 90,3 90,3

3 9,7 9,7 100,0

31 100,0 100,0

baik tidak Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

8.

Sikap ASI (post)

Sikap 11 (tanpa perlakuan post)

3 9,7 9,7 9,7

13 41,9 41,9 51,6

11 35,5 35,5 87,1

4 12,9 12,9 100,0

31 100,0 100,0 Setuju

Netral tidak setuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 12 (tanpa perlakuan post)

3 9,7 9,7 9,7

8 25,8 25,8 35,5

15 48,4 48,4 83,9

5 16,1 16,1 100,0

31 100,0 100,0

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 13 (tanpa perlakuan post)

3 9,7 9,7 9,7

12 38,7 38,7 48,4

14 45,2 45,2 93,5

2 6,5 6,5 100,0

31 100,0 100,0

Sangat setuju Setuju Netral tidak setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 14 (tanpa perlakuan post)

3 9,7 9,7 9,7

6 19,4 19,4 29,0

20 64,5 64,5 93,5

2 6,5 6,5 100,0

31 100,0 100,0

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 15 ((tanpa perlakuan post)

2 6,5 6,5 6,5

12 38,7 38,7 45,2

14 45,2 45,2 90,3

3 9,7 9,7 100,0

31 100,0 100,0

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Sikap 16 ((tanpa perlakuan post)

3 9,7 9,7 9,7

9 29,0 29,0 38,7

11 35,5 35,5 74,2

8 25,8 25,8 100,0

31 100,0 100,0 Tidak setuju

Netral setuju sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 17 ((tanpa perlakuan post)

2 6,5 6,5 6,5

9 29,0 29,0 35,5

6 19,4 19,4 54,8

10 32,3 32,3 87,1

4 12,9 12,9 100,0

31 100,0 100,0 Sangat tidak setuju

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 18 ((tanpa perlakuan post)

6 19,4 19,4 19,4

16 51,6 51,6 71,0

8 25,8 25,8 96,8

1 3,2 3,2 100,0

31 100,0 100,0 Tidak setuju

Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 19 ((tanpa perlakuan post)

1 3,2 3,2 3,2

3 9,7 9,7 12,9

14 45,2 45,2 58,1

12 38,7 38,7 96,8

1 3,2 3,2 100,0

31 100,0 100,0 Sangat tidak setuju

Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sikap 20 ((tanpa perlakuan post)

8 25,8 25,8 25,8

14 45,2 45,2 71,0

7 22,6 22,6 93,5

2 6,5 6,5 100,0

31 100,0 100,0

Tidak setuju Netral setuju sangat setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

sikap ASI (post)


(5)

III. Uji Perbedaan (Paired T-Test)

T-Test

Paired Samples Statistics

,19 31 ,402 ,072 ,00 31 ,000 ,000 ,26 31 ,445 ,080 ,00 31 ,000 ,000 ,13 31 ,341 ,061 ,00 31 ,000 ,000 ,16 31 ,374 ,067 ,00 31 ,000 ,000 ,26 31 ,445 ,080 ,13 31 ,341 ,061 ,42 31 ,502 ,090 ,26 31 ,445 ,080 ,13 31 ,341 ,061 ,10 31 ,301 ,054 ,23 31 ,425 ,076 ,16 31 ,374 ,067 pengetahuan

persalinan (pre) pengetahuan persalinan (post) Pair

1

pengetahuan ASI (pre) pengetahuan ASI (post) Pair

2

sikap persalinan (pre) sikap persalinan (post) Pair

3

Sikap ASI (pre) sikap ASI (post) Pair

4

pengetahuan persalinan (pre) pengetahuan persalinan (post) Pair

5

Pengetahuan ASI (pre) pengetahuan ASI (post) Pair

6

sikap persalinan (pre) sikap persalinan (post) Pair

7

sikap ASI (pre) sikap ASI (post) Pair

8

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

31 . .

31 . .

31 . .

31 . .

31 ,213 ,250

31 ,246 ,183

31 -,126 ,499

31 ,602 ,000 pengetahuan persalinan

(pre) & pengetahuan persalinan (post) Pair

1

pengetahuan ASI (pre) & pengetahuan ASI (post) Pair

2

sikap persalinan (pre) & sikap persalinan (post) Pair

3

Sikap ASI (pre) & sikap ASI (post)

Pair 4

pengetahuan persalinan (pre) & pengetahuan persalinan (post) Pair

5

Pengetahuan ASI (pre) & pengetahuan ASI (post) Pair

6

sikap persalinan (pre) & sikap persalinan (post) Pair

7

sikap ASI (pre) & sikap ASI (post)

Pair 8


(6)

Paired Samples Test

,194 ,402 ,072 ,046 ,341 2,683 30 ,012

,258 ,445 ,080 ,095 ,421 3,230 30 ,003 ,129 ,341 ,061 ,004 ,254 2,108 30 ,043 ,161 ,374 ,067 ,024 ,298 2,402 30 ,023

,129 ,499 ,090 -,054 ,312 1,438 30 ,161

,161 ,583 ,105 -,053 ,375 1,541 30 ,134 ,032 ,482 ,087 -,145 ,209 ,373 30 ,712 ,065 ,359 ,065 -,067 ,196 1,000 30 ,325 pengetahuan persalinan

(pre) - pengetahuan persalinan (post) Pair

1

pengetahuan ASI (pre) -pengetahuan ASI (post) Pair

2

sikap persalinan (pre) -sikap persalinan (post) Pair

3

Sikap ASI (pre) - sikap ASI (post)

Pair 4

pengetahuan persalinan (pre) - pengetahuan persalinan (post) Pair

5

Pengetahuan ASI (pre) -pengetahuan ASI (post) Pair

6

sikap persalinan (pre) -sikap persalinan (post) Pair

7

sikap ASI (pre) - sikap ASI (post)

Pair 8

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Paired Differences


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 3 121

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 7

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 29

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 3 3

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016

0 0 33

Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DLAM PERSALINAN DAN PEMBERIAN ASI EKLUSIF DI KECAMATAN BILAH BARAT PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2013

0 0 45

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PERSALINAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BILAH BARAT PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2013 TESIS

0 0 19