Penelitian yang Relevan KAJIAN TEORI
investasi jangka pendek, piutang dagang, dan persediaan yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
Perusahaan dengan posisi tersebut seringkali tidak terganggu likuiditasnya, sehingga investor lebih menyukai untuk membeli saham-saham perusahaan
dengan nilai Current Asset yang tinggi dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai Current Asset yang rendah. Berdasarkan penjelasan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio CR berpengaruh positif terhadap Return Saham.
3. Pengaruh Faktor Fundamental yang diproksikan dengan Long Term Debt to Equity Ratio
LTDER terhadap Return Saham Long Term Debt to Equity Ratio
LTDER menunjukkan persentase modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang yang
dihitung dengan membandingkan antara utang jangka panjang dengan besarnya modal sendiri. Semakin tinggi nilai LTDER menunjukkan
komposisi total utang jangka panjang semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri. Tingginya nilai LTDER juga menandakan bahwa kinerja
perusahaan buruk, dimana perusahaan lebih memanfaatkan utang jangka panjang sebagai pendanaan usahanya. Hal ini mengakibatkan semakin
tingginya risiko yang harus ditanggung oleh investor dan semakin tinggi beban perusahaan terhadap pihak luar kreditur. Tingginya tingkat risiko dan
beban dari perusahaan tersebut menyebabkan menurunnya minat investor
dalam menanamkan modal terhadap perusahaan. Menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga saham yang berakibat pula pada
menurunnya Return Saham. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Long Term Debt to Equity Ratio LTDER berpengaruh
negatif terhadap Return Saham. 4.
Pengaruh Faktor Fundamental yang diproksikan dengan Working Capital Turnover
WCT terhadap Return Saham Working Capital Turnover
WCT merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancarnya serta
menunjukkan banyaknya penjualan dalam Rupiah yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap Rupiah modal kerja. Modal kerja dibutuhkan oleh
setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari. Misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji
pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat
melalui hasil penjualan produksinya. Perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi modal kerjanya sehingga dicapai tujuan yang
diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal. Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal
kerjanya. Apabila perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat pula dana atau kas yang diinvestasikan dalam
modal kerja kembali menjadi