3. Pengaruh Long Term Debt to Equity Ratio LTDER terhadap Return
Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Rumusan hipotesis alternatif ketiga adalah “Faktor fundamental yang
diproksikan dengan Long Term Debt to Equity Ratio LTDER berpengaruh positif terhadap return saham
”. Hasil uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari toleransi kesalahan
=0,05 dan koefisien regresi bernilai negatif sebesar -0,356.
Long Term Debt to Equity Ratio LTDER menunjukkan persentase
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang yang dihitung dengan membandingkan antara utang jangka panjang dengan
besarnya modal sendiri. Semakin tinggi nilai LTDER menunjukkan komposisi total utang jangka panjang semakin besar dibandingkan dengan
total modal sendiri. Tingginya nilai LTDER juga menandakan bahwa kinerja perusahaan buruk, dimana perusahaan lebih memanfaatkan utang
jangka panjang sebagai pendanaan usahanya. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya risiko yang harus ditanggung oleh investor dan semakin
tinggi beban perusahaan terhadap pihak luar kreditur. Tingginya tingkat risiko dan beban dari perusahaan tersebut menyebabkan menurunnya minat
investor dalam menanamkan modal terhadap perusahaan. Menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga saham yang berakibat pula
pada menurunnya Return Saham. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Long Term Debt to Equity Ratio LTDER berpengaruh
negatif terhadap Return Saham.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulaksono dan Syahrizal 2012 melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio DPR dan Struktur Modal terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan yang
Terdaftar di BEI ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Long Term Debt to
Equity Ratio LTDER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return
Saham.
4. Pengaruh Working Capital Turnover WCT terhadap Return Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Rumusan hipotesis alternatif keempat adalah “Faktor fundamental
yang diproksikan dengan Working Capital Turnover WCT berpengaruh positif terhadap return saham
”. Hasil uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari toleransi kesalahan
=0,05 dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,010.
Working Capital Turnover WCT merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancarnya serta menunjukkan banyaknya penjualan dalam Rupiah yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap Rupiah modal kerja. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari. Misalnya
untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut
diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Perusahaan dituntut untuk
selalu meningkatkan efisiensi modal kerjanya sehingga dicapai tujuan yang