BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait pertumbuhan ekonomi maupun disparitas pembangunan antar wilayah telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain;
Kuncoro 2004 penelitian terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas ketimpangan antarkecamatan di Kabupaten Banyumas, mengatakan bahwa pada
periode pengamatan 1993-2000, 1 Terjadi kecenderungan peningkatan disparitas ketimpangan baik dianalisis dengan indeks Williamson maupun dengan indeks
entropi Theil. Ketimpangan salah satunya disebabkan oleh konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial, 2 Hipotesis Kuznets mengenai ketimpangan yang
berbentuk U terbalik berlaku di Kabupaten Bayumas. Hal ini terbukti dari hasil analisis trend an korelasi Pearson. Hubungan antara pertumbuhan dengan indeks
ketimpangan Williamson dan entropi Theil . Penelitian Sirojuzilam 2007 menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan
ekonomi wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain investasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, transportasi, aglomerasi industri dan budaya
heterogenitas etnik. Perbedaan dari pertumbuhan ekonomi inilah yang kemudian menciptakan ketimpangan antar daerah atau wilayah. Bahwa adanya perbedaan
dan ketimpangan diantara Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara akibat adanya perbedaan potensi sumber daya wilayah, infrastruktur
transportasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, sumber daya manusia, kepadatan penduduk, investasi, heterogenitas etnik keberagaman suku, dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
sumber daya alam, maka tipe perencanaan dan kebijakan regional tidaklah harus
sama diantara berbagai wilayah.
Yakin 2009 meneliti tentang Analisis Ketimpangan Pembangunan Kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan, bahwa ketimpangan
pembangunan yang terjadi di kabupaten Nias lebih tinggi dari kabupaten Nias Selatan, tetapi ketimpangan pembangunan di kedua kabupaten ini tergolong
rendah IW 0,3. Berdasarkan analisis tipologi klassen, kedua kabupaten ini termasuk daerah relatif tertinggal Kuadran IV. Hipotesis Kuznets juga berlaku
untuk kedua kabupaten ini. Herwin 2010 meneliti tentang analisis ketimpangan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo, mengatakan bahwa secara vertikal pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dengan ketimpangan
pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam pola pergerakan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dibarengi dengan peningkatan nilai indeks Gini.
Baransano 2011 meneliti tentang Analisis Disparitas Pembangunan Wilayah di Papua Barat, mengatakan bahwa : 1 Hasil analisis dengan Indeks
Williamson dan Indeks Theil menunjukan disparitas pembangunan di Provinsi Papua Barat berangsur menurun convergence. Setelah didekomposisi dengan
Indeks Theil diketahui bahwa sumber disparitas pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat selama 2005-2008 lebih banyak dipengaruhi oleh disparitas dalam
wilayah pengembangan II yaitu Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Raja Ampat. 2 Secara simultan, ketimpangan
proporsional pada PDRB perkapita, Jumlah Penduduk, Alokasi Dana Perimbangan dan Indeks Pembangunan Manusia signifikan mempengaruhi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
disparitas pembangunan wilayah sedangkan secara parsial variabel Alokasi Dana Perimbangan tidak signifikan sebagai sumber disparitas pembangunan.
Yasokhi 2012 meneliti tentang ā€¯Desentralisasi Fiskal Kaitannya Dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Wilayah Kota Gunungsitoliā€¯. , bahwa
Indeks disparitas wilayah indeks williamson tahun 2010 0,14 mengalami penurunan atau semakin mendekati angka 0 nol dibandingkan dengan tahun
2009 0,19, hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan hasil penelitian deskriptif, pada tahun 2010 terjadi kecenderungan menurunnya disparitas
wilayahdistribusi pendapatan antar sub-wilayahkecamatan.
2.2. Konsep Pembangunan Wilayah