hujan yang tinggi dan kecepatan angin menyebabkan Kepulauan Nias menerima hujan hampir sepanjang tahun dan sering kali di ikuti dengan badai besar.
Table 4.2. Iklim dan topografi Kabupaten Kota Kepulauan Nias
Kabupaten Kota
Iklim Topografi
Curah Hujan
mm bln
Suhu
o
c Kelem
baban Diatas
permukaan laut m
Dat.rendah hingga
Bergelom bang
Bergelom bang
hingga Berbukit
Berbukit hingga
Pegunung an
Nias 298,24
21,6-31,2 73,5
0 – 800 20
28,8 51,2
N.Selatan 298,60
21,7-31,3 88,5
0 – 800 20
28,8 51,2
N.Utara 298,20
21,6-31,2 87-92
0 – 478 -
- -
N.Barat 298,24
21,6-31,2 73,5
0 – 800 48
35 16
G.Sitoli 298,60
21,7-31,3 88-91
0 - 600 -
- -
Sumber : Nias DA, Nias Selatan DA, Nias Utara DA, Nias Barat DA dan G.Sitoli DA tahun 2012.
Keadaan tanah dan pemanfaatannya mempengaruhi karakteritik pertanian di Kepulauan Nias. Sebagian besar masyarakat Kepulauan Nias bertani tanaman
perkebunan rakyat karet, kakao dan kelapa, ladang dan Nelayan Pulau Nias adalah suatu kawasan yang memiliki potensi pariwisata yang
sangat besar antara lain : wisata alam, wisata bahari dan wisata budaya peninggalan sejarah merupakan objek petualangan dan suasana yang sulit untuk
dilupakan. Disamping itu terdapat objek wisata yang spektakuler, diantaranya rumah adat dan perkampungan tradisional, surfing, batu megalith, hombo batu
dan budaya yang unik.
4.1.2. Kondisi administratif Kepulauan Nias .
Pengembangan wilayah atau pemekaran wilayah kabupaten Nias dalam erah desentralisasi terjadi 2 kali yang pertama berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 9 tahun 2003 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Selatan dan pada tahap kedua berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 45 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara, Nomor 46
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
tahun 2008 tentang Kabupaten Nias Barat dan Nomor 47 tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli yang merupakan rekonstruksi pemerintahan
lokal di Kepulauan Nias untuk memacu mengejar ketertinggalan dalam pembangunan wilayah.
4.1.3. Deskripsi Perekonomian
Produk domestik regional bruto PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan atau pengembangan suatu
wilayah. Perkembangan dan distribusi PDRB per kapita serta laju pertumbuhan ekonomi kabupaten kota Kepulauan Nias sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan, secara berturut-turut disajikan pada gambar 4.3 berikut ini :
7,5 7
7,9 6,2
14,3
8,7 7,8
8,9 7,2
15,5
9,8 8,4
10,1 8,2
18,5
5 10
15 20
Nias N. Selatan
N. Utara N.Barat
G.Sitoli
Nias N. Selatan
N. Utara N.Barat
G.Sitoli Th. 2011
9,8 8,4
10,1 8,2
18,5 Th. 2010
8,7 7,8
8,9 7,2
15,5 Th. 2009
7,5 7
7,9 6,2
14,3
Gambar 4.3. Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Kota menurut ADHB Periode 2009-2011 Jutaan rupiah
Sumber : BPS Kabupaten Kota Kepulauan Nias Tahun 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Berdasarkan gambar. 4.3 terlihat bahwa perkembangan PDRB perkapita kabupaten kota di Kepulauan Nias mengalami kenaikan dari tahun ke tahun baik
atas dasar harga berlaku ADHB. Kota Gunungsitoli mengalami perkembangan PDRB per kapita tertinggi sedangkan kabupaten Nias Barat perkembangan PDRB
per kapita terkecil. Sedangkan gambar 4.4 terlihat bahwa tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi kota Gunungsitoli yang tertinggi 7,84 dibanding
kabupaten lain dan terendah kabupaten Nias Selatan 4,08. Pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi kota Gunungsitoli mengalami penurunan karena
aktivitas program kegiatan rehabilitas Kepulauan Nias dari Negara donor telah selesai pelaksanaannya dan tahun 2011 kembali naik laju pertumbuhan
ekonominya, sedangkan tahun 2011 kabupaten Nias Utara mengalami perubahan tertinggi 6,88 dan Nias Selatan tetap terendah 4,46.
Nias N. Selatan
N.Utara N. Barat
G. Sitoli Th. 2009
6,62 4,08
6,59 5,72
7,84 Th. 2010
6,75 4,12
6,75 6,3
6,14 Th. 2011
6,81 4,46
6,88 6,76
6,55 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Th. 2009 Th. 2010
Th. 2011
Gambar 4.4. Laju pertumbuhan ekonomi se Kepulauan Nias menurut ADHK 2000 Periode 2009-2011 persen
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4.1.4. Karakteristik responden