Konsep Pembangunan Wilayah Disparitas Pembangunan Antarwilayah

disparitas pembangunan wilayah sedangkan secara parsial variabel Alokasi Dana Perimbangan tidak signifikan sebagai sumber disparitas pembangunan. Yasokhi 2012 meneliti tentang ”Desentralisasi Fiskal Kaitannya Dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Wilayah Kota Gunungsitoli”. , bahwa Indeks disparitas wilayah indeks williamson tahun 2010 0,14 mengalami penurunan atau semakin mendekati angka 0 nol dibandingkan dengan tahun 2009 0,19, hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan hasil penelitian deskriptif, pada tahun 2010 terjadi kecenderungan menurunnya disparitas wilayahdistribusi pendapatan antar sub-wilayahkecamatan.

2.2. Konsep Pembangunan Wilayah

Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI gross national income. Indeks ekonomi lainnya yang juga sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita income per capita atau GNI per kapita Todaro Smith, 2006 Rodinelli dalam Sirojuzilam 2005 mengemukakan bahwa dalam pembangunan kebijakan pemerintah ditunjukkan untuk mengubah cara berpikir, selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang. Pengertian wilayah sangat penting untuk diperhatikan apabila berbicara tentang program-program pembangunan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA yang terkait dengan pengembangan wilayah dan pengembangan kawasan. Pengembagan kawasan terkait dengan pengembangan fungsi tertentu dari suatu unit wilayah, mencakup fungsi sosial, ekonomi, budaya, politik maupun pertahanan dan keamanan. Pengembangan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada dan memberikan kontribusi pada pembangunan suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya dengan penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antardaerah, antarsektor serta pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah.

2.3. Disparitas Pembangunan Antarwilayah

Disparitas ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini padaa awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing- masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana setiap daerah biasanya terdapat wilayah relative maju developed region dan wilayah relative terbelakang underdeveloped region Terjadinya disparitas pembangunan antarwilayah ini selanjutnya membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Biasanya implikasi yang ditimbulkan adalah dalam bentuk kecemburuan dan ketidakpuasan masyarakat yang dapat pula berlanjut dengan implikasi politik dan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA ketentraman masyarakat. Karena itu, aspek disparitas pembangunan ekonomi antarwilayah ini perlu ditanggulangi melalui formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Sjafrizal, 2012 Emilia dan Imelia 2006 mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab disparitas ketimpangan pembangunan ekonomi adalah: 1. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung tumbuh pesat dibandingkan daerah yang tingkat konsentrasi ekonomi rendah cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. 2. Alokasi Investasi Berdasarkan teori Pertumbuhan Ekonomi dari Harrod Domar menerangkan bahwa adanya korelasi positip antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya rendahnya investasi disuatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan kegiatan ekonomi yang produktif. 3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah Antarwilayah Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapital antarwilayah merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hubungan antara faktor produksi dan disparitas pembangunan atau pertumbuhan antarwilayah dapat di jelaskan dengan pendekatan mekanisme pasar. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan perbedaan pendapatan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA perkapita antarwilayah dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output atau input bebas. 4. Perbedaan Sumber Daya Alam SDA Antarwilayah Menurut kaum klassik pembangunan ekonomi di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin SDA. Dalam arti SDA dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan selain itu diperlukan fakor-faktor lain yang sangat penting yaitu teknologi dan SDM. 5. Perbedaan Kondisi Demografi Antarwilayah Disparitas ketimpangan Ekonomi Regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis antarwilayah. Terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, etos kerja tinggi merupakan aset penting bagi produksi. 6. Kurang Lancarnya Perdagangan antarwilayah Kurang lancarnya perdagangan antardaerah intra-trade merupakan unsur menciptakan ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya Intra-trade disebabkan : Keterbatasan transportasi dan komunikasi. Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah melalui sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi permintaan : kelangkaan akan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi UNIVERSITAS SUMATRA UTARA permintaan pasar terhadap kegiatan ekonomi lokal yang sifatnya komplementer dengan barang jasa tersebut. Sisi penawaran, sulitnya mendapat barang modal, input antara, bahan baku atau material lain yang dapat menyebabkan kegiatan ekonomi suatu wilayah akan lumpuh dan tidak beroperasi optimal. Disparitas ketimpangan pembangunan ekonomi wilayah juga dikarenakan masing-masing daerah mempunyai tingkat aktivitas ekonomi yang berbeda-beda, misalnya dilihat dari tingkat sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan jumlah investasi. Tidak semua daerah mempunyai hal tersebut yang dapat mendorong percepatan kemajuan pembangunan ekonomi. Kuncoro 2002 mengemukakan disparitas mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Sebab disparitas kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugrah awal endowment factor. Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda- beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut Sukirno,2003. Syafrizal 2012 mengemukakan bahwa menurut Hipotesa Neo-klasik, pada permulaan proses pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antarwilayah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut akan menurun. Dengan kata lain, kurva ketimpangan pembangunan antarwilayah adalah berbentuk huruf U terbalik reverse U shape curva. Di Negara sedang berkembang pada waktu proses pembangunan baru dimulai kesempatan dan peluang pembangunan yang ada umumnya dimanfaatkan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA oleh daerah-daerah yang kondisi pembangunan sudah lebih baik. Sedangkan daerah-daerah yang masih sangat terbelakang tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan prasaran dan sarana serta rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hambatan ini tidak saja disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor sosial-budaya sehingga akibatnya ketimpangan pembangunan antarwilayah cenderung meningkat karena pertumbuhan ekonomi cenderung lebih cepat di daerah dengan kondisinya lebih baik, sedang daerah yang terbelakang tidak banyak mengalami kemajuan Sjafrizal, 2012. Disparitas pada kenyataannya tidak dapat di hilangkan dalam pembangunan suatu daerah. Adanya disparitas, akan memberikan dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauh tertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain itu daerah- daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif. Akan tetapi ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya disparitas ketimpangan antar wilayah. Dampak negatif tersebut berupa inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya di pandang tidak adil Todaro dan Smith, 2006.

2.4 Ukuran Disparitas Pembangunan Antarwilayah