Pembahasan 1. Deskripsi indeks disparitas wilayah

4.2. Pembahasan 4.2.1. Deskripsi indeks disparitas wilayah Untuk memberikan gambaran terhadap disparitas antar wilayah digunakan Indeks Williamson lazim digunakan dalam pengukuran disparitas pembangunan antarwilayah dan PDRB perkapita sebagai ketimpangan regional regional inequality sebagai data dasar. Alasanya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antarwilayah dan bukan tingkat distribusi pendapatan antarkelompok masyarakat Sjafrizal, 2012. Tabel 4.7 berikut ini menyajikan data PDRB perkapita kabupaten kota dibandingkan dengan rata-rata PDRB seKepulauan Nias. Table 4.7. Disparitas PDRB perkapita kabupaten kota Kepulauan Nias menurut ADHK 2000 Juta rupiah Tahun Kabupaten Kota PDRB perkapita Kabupaten Kota Yi PDRB perkapita rata- rata seKepulauan Nias Y Selisih Yi-Y Keterangan 2009 Nias 3,7 4,2 -0,5 Nias Selatan 4,1 4,2 -0.1 Nias Utara 3,6 4,2 -0.6 Nias Barat 2,9 4,2 -1,3 Terendah Gunungsitoli 6,5 4,2 2,3 Tertinggi 2010 Nias 3,9 4,4 -0,5 Nias Selatan 4,3 4,4 -0.1 Nias Utara 3,9 4,4 -0,5 Nias Barat 3,1 4,4 -1,3 Terendah Gunungsitoli 6,9 4,4 2.5 Tertinggi 2011 Nias 4,1 4,6 -0,5 Nias Selatan 4,4 4,6 -0,2 Nias Utara 4,1 4,6 -.0,5 Nias Barat 3,3 4,6 -1,3 Terendah Gunungsitoli 7,3 4,6 2,7 Tertinggi Sumber : Perhitungan IW tahun 2009,2010 dan 2011 data diolah Dari tabel 4.7 terlihat bahwa tahun 2009, 2010 dan 2011 selisih PDRB perkapita kabupaten kota dengan PDRB perkapita rata-rata seKepulauan Nias yang tertinggi terjadi di kota Gunungsitoli dan terendah di kabupaten Nias Barat UNIVERSITAS SUMATRA UTARA sedangkan tahun 2009 dan tahun 2010 selisih PDRB perkapita kabupaten Nias sebesar -0,5 , Nias Selatan sebesar -0.1 dan Nias Barat sebesar -1,3 tidak mengalami peningkatan. PDRB perkapita kota Gunungsitoli menunjukkan peningkatan cenderung cepat dibanding kabupaten lain di Kepulauan Nias. Hal ini di sebabkan oleh faktor anugrah awal sebagai pusat kota kabupaten Nias yang merupakan 1 konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, 2 Alokasi Investasi 3 Mobilitas faktor produksi atau central perdagangan sebelum pemekaran tahun 2003 dan 2008. Berdasarkan data pada tabel 4.1, gambar 4.3 dan lampiran 10 selanjutnya dilakukan perhitungan dan analisis indeks disparitas wilayah kabupaten kota Kepulauan Nias tahun 2009, 2010 dan 2011 dengan menggunakan formula Indeks Williamson dari Kuncoro 2004, yakni : �� = �∑�� − � 2 �� � � Dimana, Yi = PDRB perkapita masing-masing Kabupaten Kota Y = PDRB perkapita Kepulauan Nias fi = Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten Kota n = Jumlah penduduk Kabupaten Kota Kepulauan Nias Kriteria yang digunakan adalah jika koefisien Indeks Williamson semakin mendekati angka 0 nol menunjukkan bahwa disparitas ketimpangan regional antarkabupaten kota semakin rendah, dengan kata lain kecenderungan pembangunan wilayah atau pertumbuhan ekonomi terjadi secara merata sedangkan jika koefisien Indeks Williamson semakin mendekati angka 1 satu menunjukkan bahwa disparitas pembangunan antarkabupaten kota semakin tinggi, UNIVERSITAS SUMATRA UTARA dengan kata lain kecenderungan peningkatan pertumbuhan ekonomi terjadi secara tidak merata. Berdasarkan hasil perhitungan indeks williamson pada lampiran 9 yang digambarkan pada gambar 4.16 berikut ini terlihat bahwa ada kecenderungan kenaikan indeks williamson dalam periode 2009 hingga 2011di Kepulauan Nias. Berdasarkan hasil analisa terhadap data yang ada diperoleh indeks Williamson Kepulauan Nias selama tahun 2009 hingga tahun 2011, maka dapat terlihat indeks Williamson wilayah Kepulauan Nias periode tahun 2009 sebesar 0,2595, tahun 2010 sebesar 0,2631 dan tahun 2011 sebesar 0,2696. Peningkatan indeks Williamson tersebut sejalan dengan hipótesis Kuznet bahwa mula-mula ketika pembangunan dimulai, disparitas pembangunan antar wilayah semakin meningkat semakin tidak merata. Periode tahun 2009 hingga 2011 pembangunan kabupaten kota di Kepulauan Nias masih merupakan proses awal pembangunan sebagai akibat bencana alam 28 Maret 2005 yang banyak menimbulkan korban maupun kerusakan berbagai fasilitas hampir merata di seluruh wilayah Kepulauan Nias dan juga sebagai daerah otonomi baru. Faseperiode tahun 2009 hingga 2011 Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 IW 0,2595 0,2631 0,2696 0,2595 0,2631 0,2696 0,254 0,256 0,258 0,26 0,262 0,264 0,266 0,268 0,27 0,272 IW Gambar 4.16 Rekapitulasi indeks Williamson Kepulauan Nias 2009-2011 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA pembangunan antarkabupaten kota di Kepulauan Nias masih belum mencapai titik puncak kurva Kuznet. 4.2.2. Pengaruh disparitas pembangunan antarkabupaten kota terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias. Hipotesis yang dikaji adalah pengaruh disparitas pembangunan antarkabupaten kota terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di Kepulauan Nias. Sebelum dilakukan pengujian hipótesis tersebut, telah dilakukan perhitungan análisis regresi berganda mengenai pengaruh disparitas pembangunan fisik X 1 , ekonomi X 2 dan sosial X 3 antarkabupaten kota dengan mennggunkan SPSS versi 19.00 yang hasilnya tertuang pada tabel 4.6. Dari hasil regresi diatas antara variabel dependen pertumbuhan ekonomi wilayah dengan variabel independen yakni disparitas pembangunan fisik, ekonomi dan sosial antarkabupaten kota diperoleh angka R koefisien korelasi sebesar 0,764. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya dan hubungan ini adalah kuat. Koefisien determinasi R 2 ditampilkan angka 0,583. Ini berarti bahwa variasi pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias dapat dijelaskan oleh variasi disparitas pembangunan fisik, ekonomi dan sosial sebesar 58,3 persen atau variabel disparitas pembangunan fisik, ekonomi dan sosial antarkabupaten kota mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias sebesar 58,3 persen dan selebihnya 41,7 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan pada model ini. Selanjutnya ketiga variabel yang dianggap secara bersama-sama memengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias dimasukkan kedalam fungsi persamaan regresi berganda sebagai berikut : UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Y PEW = 1,020 + 0,181X 1 + 0,254X 2 + 0,350X 3 4.1 Dari persamaan garis regresi berganda tersebut diperoleh nilai masing- masing koefisien regresi yang menunjukkan besarnya perubahan variabel Y PEW yang diakibatkan oleh adanya perubahan variabel independen yang masuk dalam model. Berikutnya harga koefisen untuk masing-masing variabel independen harus diuji satu persatu untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari masing- msing variabel dimaksud dengan menggunakan harga koefisien t hitung atau signifikansi t. Adapun kriteria uji adalah akan menerima Ha dan menolak Ho bila nilai t hitung t tabel atau signifikansi t hitung alpha. Dari tabel diatas diketahui bahwa ketiga variabel independen memiliki nilai t hitung t tabel dan demikian dengan nilai signifikansi t memiliki nilai signifikansi 0,5. Variabel disparitas pembangunan fisik DPF antarkabupaten kota memiliki nilai signifikansi 0,034 lebih kecil dari 0,05 dan arah koefisien regresi bernilai positif 0,181, hal ini menggambarkan terjadi hubungan positif antara variabel independen X 1 dengan variabel dependen Y, artinya semakin tinggi Disparitas Pembangunan Fisik antarkabupaten kota maka secara parsial akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah. Dan Variabel disparitas pembangunan ekonomi DPE antarkabupaten kota memiliki nilai signifikan 0,039 lebih kecil dari 0,05 dan arah koefisien regresi bernilai positif 0,254, hal menggambarkan variabel disparitas pembangunan ekonomi memilik pengaruh positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias atau semakin tinggi disparitas pembangunan ekonomi antarkabupaten kota, maka akan semakin meningkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Sedangkan Variabel disparitas pembangunan sosial DPS antarkabupaten kota dengan nilai signifikan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA paling kecil diantar ketiga variabel memiliki nilai signifikan sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05, dan arah koefisien positif maka disimpulkan variabel disparitas pembangunan sosial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa disparitas pembangunan Fisik DPF dengan nilai koefisien regresi 0,181 berarti jika disparitas pembangunan fisik antarkabupaten kota naik sebesar satu satuan, maka pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias meningkat sebesar 0,181 satuan, disparitas pembangunan Ekonomi DPE dengan nilai koefisien regresi 0,254 berarti jika disparitas pembangunan ekonomi antarkabupaten kota meningkat sebesar satu satuan, maka pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias meningkat sebesar 0,254 satuan, sedangkan disparitas pembangunan Sosial DPS dengan nilai koefisien regresi 0,350 berarti jika disparitas pembangunan sosial antarkabupaten kota meningkat satu satuan, maka pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias meningkat sebesar 0,350 satuan dan variabel disparitas pembangunan sosial ini merupakan variabel yang memiliki variasi tertinggi atau dalam arti variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kepaulauan Nias. Disparitas pembangunan Sosial ini perlu mendapat perhatian khusus dalam membangunan pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten kota di Kepulauan Nias. Kabupaten Nias Selatan salah satu daerah yang telah melaksanakan peningkatan IPM sebagai salah satu indikator disparitas pembangunan sosial dengan membebaskan biaya pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitain Sirojuzilam 2007 bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain UNIVERSITAS SUMATRA UTARA investasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, transportasi dan budaya. Hasil penelitian Herwin 2010 mengatakan bahwa secara vertikal pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dengan ketimpangan pembangunan. Demikian juga penelitian yang pernah dilaksanakan di Kepulauan Nias seperti Yakin 2009 mengatakan bahwa ketimpangan pembangunan yang terjadi di Kabupaten Nias lebih tinggi dari Kabupaten Nias selatan sedangkan Yasokhi 2012 mengatakan terjadi kecenderungan menurunnya disparitas wilayah antar sub-wilayahkecamatan di Kotaa Gunungsitoli. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Disparitas pembangunan antarkabupaten kota Kepulauan Nias periode tahun 2009 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan. Dilihat dari indeks Williamson disparitas pembangunan antarkabupaten kota tahun 2009 hingga 2011 masing-masing sebesar 0,2595, 0,2631 dan 0,2696. 2. Disparitas pembangunan Fisik, Ekonomi dan Sosial antarkabupaten kota berpengaruh positif dan signifikan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Nias.

5.2. Saran

Beberapa saran terkait dengan disparitas pembangunan antarkabupaten kota Kepulauan Nias ke depan dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Perlu perhatian khusus pemerintahan kabupaten kota di Kepulauan Nias dalam pembangunan Sosial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. 2. Meningkatkan peran perencana dalam pengembangan wilayah kabupaten kota di Kepulauan Nias sebagai vahan masukan dalam mengambil keputusan kebijakan pembangunan wilayah daerah masing-masing untuk meminimalkan disparitas pembangunan antarkabupaten kota di Kepulauan Nias. 3. Meningkatkan peran dan fungsi wadah Nias Island Regional Management sebagai perekat kerjasama pembanguan antardaerah untuk terwujudnya sinkronisasi pembangunan yang merata di Kepulauan Nias. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA