Hipertensi OBESITAS Kadar Trigliserida

Rasio kolesterol total : HDL kolesterol sebaiknya 4,5 pada laki-laki dan 4.0 pada perempuan. Semakin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol semakin meningkat pula risiko PJK.

e. Kadar Trigliserida

Trigliserida didalam yang terdiri dari tiga jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak tunggal dan lemak jenuh ganda. Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK. Tabel 2.4. Kadar Trigliserida Kadar Trigliserid Normal Agak tinggi Tinggi Sangat Tinggi 150 mgdl 150-250 mgdl 250-500 mgdl 500mgdl Kadar trigliserida perlu diperiksa pada keadaan sbb: bila kadar kolesterol 200 mgdl, PJK, ada keluarga menderita PJK 55 tahun, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserida yang tinggi, ada penyakit DM pancreas. Djohan, 2004

2.5.3. Hipertensi

Di Indonesia belum ada penelitian nasional multisenter yang menggambarkan preevalensi secara tepat. Boedhi Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,8-28,6 penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah pasien hipertensi. Pada umumnya prevalensi hipertensi berkisar antara 8,6-10. Terlihat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan, seperti pada penelitian Susalit E laporan yang mendapatkan angka 14,2 pada masyarakat di pinggiran kota Jakarta. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.Yusuf, 2008 Table 2.5. Klasifikasi Tekan Darah untuk Dewasa berdasarkan JNC-7 2003 Klasifikasi tekanan darah TDSmmHg TDDmmHg Normal 120 dan 80 Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99 Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau 100 Risiko PJK secara langsung berhubungan dengan tekanan darah: untuk setiap penurunan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg risiko PJK berkurang sekitar 16. Houn et al.,2005. Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri faktor miokard. Keadaan ini tergantung berat dan lamanya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner yang dapat menyebabkan angina pektoris. Penelitian Framingham menunjukkan penderita hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar daripada penderita yang normotensi dengan miokard infark. Djohan, 2004

2.5.4 OBESITAS

Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau syndrome resistensi insulin. Pengukuran kadar lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai penggantinya dipakai Body Mass Index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT untuk menentukan berat badan lebih atau obesitas pada orang dewasa. Mortalitas yang berkaitan denagan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolic merupakan suatu wkelompok kelainan metabolic yang selain obesitas meliputi, resistensi insulin, gangguan toleransi-glukosa, abnormalitas trigliserida, difungsi endotel, dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersam-sama merupakan faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner PJK dan stroke.Sudoyo et al., 2006 Tabel 2.6. Klasifikasi IMT WHO dalam The Asia –Pacific Perspective;2000. Klasifikasi IMT Kgm2 BB kurang underweight 18,5 Normal 18,5-23,9 BB lebih overweight ≥23 Obesitas, kelas I 23-24,9 Obesitas, kelas II 25,0-29,9 Obesitas ekstrim, kelas III ≥30

2.5.5. Diabetes Melitus