Variasi Bunyi Landasan Teori

2.2.3 Variasi Bunyi

Perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut korespondensi, sedangkan perubahan bunyi yang muncul secara sporadis disebut variasi Mahsun, 1995:28. Variasi bunyi dapat berupa perubahan dari yang sama menjadi berbeda, dari yang berbeda menjadi sama, pelesapan atau penghilangan, penambahan, atau perubahan letak bunyi-bunyi yang terdapat dalam kata-kata bahasa yang berkerabat. Perubahan bunyi yang tergolong variasi adalah: 1. Asimilasi Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi ketika dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto mengalami perubahan menjadi fonem yang sama dalam bahasa sekarang atau proses perubahan satu segmen bunyi menjadi serupa dengan yang lainnya. Asimilasi ini ada yang disebut asimilasi total atau identik, dan ada yang disebut sebagai asimilasi parsial atau sebagian saja. Asimilasi total atau identik terjadi apabila perubahan terjadi secara total. atau seluruhnya, sedangkan asimilasi parsial terjadi apabila perubahan terjadi bila hanya sebagian cirri-ciri fonetis bunyi-bunyi tersebut yang disamakan. Dalam bahasa Batak banyak terjadi asimilasi bunyi. Contoh: dang kuboto  dakkuboto ‘tidak kutahu’ mambuka  mabbuka ‘membuka’ dll. 2. Disimilasi Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Jika asimilasi perubahan yang tidak sama menjadi sama, dalam disimilasi perubahan bunyi terjadi dari Universitas Sumatera Utara yang sama menjadi tidak sama. Dalam bahasa Proto Austronesia PAN dan Melayu, hal ini terjadi: Contoh: PAN Melayu t’ambut sambut ‘sambut’ t’akit sakit ‘sakit’ 3. Metatesis Metatesis merupakan perubahan bunyi yang berkaitan dengan perubahan letak bunyi-bunyi bahasa. Perubahan letak bunyi-bunyi ini akan menghasilkan kata-kata yang berbeda tetapi masih berada dalam lingkup makna yang sama. Contoh-contoh yang ada dalam bahasa Indonesia: lebat  tebal, lajur  jalur 4. Swarabakti Swarabakti ini disebut juga sebagai bunyi pelancar atau pelancar bunyi. Sering sekali bunyi-bunyi tertentu muncul ketika bunyi berupa gugus konsonan atau gugus vokal hadir. Sebenarnya, sebagian beranggapan bahwa swarabakti ini adalah bentuk penambahan bunyi seperti layaknya protesis, epentesis, dan paragoge. Akan tetapi, dalam swarabakti atau bunyi pelancar ini, bunyi yang muncul adalah bunyi-bunyi yang memang berfungsi untuk melancarkan bunyi. Misalnya, bunyi y hadir antara vokal ia, bunyi w hadir di antara vokal ua, dan bunyi e hadir di antara konsonan tr, dll. Contoh: siang siyang uang uwang putra putera, dll. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Leksikostatistik