Bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun yang sama tentulah memiliki kekerabatan. Akan tetapi, tingkat kekerabatan bahasa-bahasa yang
berada dalam satu rumpun ini kemungkinan tidaklah sama. Sejauh mana tingkat keeratan hubungan bahasa yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari
kemiripan atau perbedaan dari bahasa-bahasa yang dibandingkan. Semakin mirip kedua bahasa, semakin eratlah hubungan kekerabatannya. Semakin berbeda
kedua bahasa, semakin rengganglah hubungan kekerabatannya.
2.1.2 Bahasa Melayu
Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan di Sumatera Utara yang berfungsi dan berkedudukan sebagai alat komunikasi,
pendukung kebudayaan, dan lambang identitas masyarakat Melayu. Selama berabad-abad, bahasa Melayu berperan sebagai lingua franca di berbagai belahan
bumi. Bahasa Melayu digunakan dan dimanfaatkan untuk kelancaran komunikasi dalam pergaulan, perdagangan, dan lainnya. Fungsi dan kedudukan bahasa terkait
erat dengan masyarakat penutur dan pemakai bahasa. Demikian pula dengan kawasan tempat bahasa itu digunakan, dimanfaatkan, dan diperlukan.
Penggunaan bahasa Melayu tidak mengenal batas negara, bangsa, maupun suku bangsa. Sekalipun dikenal rumusan bahwa orang Melayu adalah orang yang
berbahasa, berbudaya, dan bertempat tinggal di pemukiman masyarakat Melayu, namun “kawasan penggunaan bahasa Melayu” dan “masyarakat pengguna bahasa
Melayu” tidaklah sempit. Selanjutnya, sekalipun yang dikenal sebagai budaya Melayu adalah budaya yang berlandaskan ajaran agama Islam dengan pilar
Universitas Sumatera Utara
utamanya adat bersendikan syaraq, syaraq bersendikan qitabullah, namun penutur dan pemakai bahasa Melayu tidaklah terbatas hanya pada pemeluk agama
Islam Ridwan, 2005:208. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu, khususnya yang berada di
Nusantara berkembang menjadi dialek-dialek atau bahkan terpecah menjadi bahasa yang berdiri sendiri. Di Sumatera utara saja, dikenal bahasa Melayu
Langkat, bahasa Melayu Deli, bahasa Melayu Serdang, bahasa Melayu Bedagai, bahasa Melayu Batubara, bahasa Melayu Asahan, bahasa Melayu Bilah, bahasa
Melayu Kotapinang, bahasa Melayu Panai, dan bahasa Melayu Kualoh. Bahasa Melayu yang dijadikan objek penelitian adalah bahasa Melayu
Deli karena bahasa Melayu Deli dianggap yang paling dapat mewakili bahasa Melayu secara keseluruhan dan karena bahasa Melayu Deli digunakan oleh
masyarakat Melayu yang tinggal di Medan.
2.1.2 Bahasa Batak
Dalam Kamus Linguistiknya, Kridalaksana menyebut bahasa Batak dengan sebutan “Dialek-Dialek Batak”, yang menyiratkan bahwa bahasa Batak
memiliki banyak variasi yang masih tergolong dalam dialek. Terdiri atas bahasa Batak dialek KaroAlaspakpak, bahasa Batak dialek Toba, bahasa Batak
dialek Simalungun, bahasa Batak dialek Angkola Mandailing. Hal ini kemudian didukung oleh temuan Balai Bahasa Medan dalam kegiatan pemetaan
bahasa-bahasa di seluruh Nusantara dengan perhitungan dialektologi yang masih mengategorikan bahasa batak dan varian-variannya dalam bentuk dialek-dialek,
Universitas Sumatera Utara
bukan bahasa-bahasa yang berdiri sendiri. Perlu dicatat bahwa data yang digunakan dalam kegiatan itu adalah data bahasa yang diperoleh pada tahun 1990.
Dengan kemungkinan adanya perubahan dalam kurun waktu setiap 10 tahun, kenyaataan yang ada saat ini bisa jadi tidak lagi sama.
Sementara itu, Panggabean dalam tesisnya pada tahun 1994 menyebut “Bahasa-Bahasa Batak” yang dimaknai bahwa variasi-variasi yang ada dalam
kelompok bahasa Batak sudah berdiri sebagai bahasa. Ini ditopang dengan kenyataan bahwa masing-masing masyarakat Batak akan menganggap sukunya
sebagai suku yang berbeda dan berdiri sendiri. Masyarakat Batak MandailingAngkola bertahan bahwa mereka adalah masyarakat yang berbeda,
bukan bagian dari Batak. Saat ini, hal itu berkembang lagi dengan kenyataan bahwa Mandailing dengan Angkola pun tidak mau disamakan lagi. Begitu juga
yang terjadi dengan Simalungun, Karo, PakpakDairi. Walaupun begitu, hal itu bukanlah sesuatu yang terlalu penting mengingat dalam penelitian ini
perbandingan akan dilakukan dalam bahasa-bahasa yang jelas berbeda, bukan dalam ranah bahasa Batak dan varian-variannya. Bahasa Batak yang akan
digunakan sebagai bahan kajian adalah bahasa Batak Toba.
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang dipergunakan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, termasuk Pulau Samosir, Sumatera
Utara. http:id.wikipedia.orgwikiBahasa_Batak_Toba. Diperkirakan, penutur bahasa Batak Toba dewasa ini sekitar 2 juta jiwa dengan perincian 1,5 juta
bermukin di daerah Batak Toba dan selebihnya berada di perantauan seperti
Universitas Sumatera Utara
Medan, Jakarta, dan di kota-kota besar lainnya, bahkan sampai Papua karena “Orang Batak” terkenal dengan sifatnya yang keras dan memiliki semangat hidup
yang tinggi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
2.1.3 Bahasa Nias