Peran Wali Kelas dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ruslan

NIM. 109018200003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Peran Wali kelas dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta disusun oleh RUSLAN, NIM. 109018200003, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Juni 2016

Yang mengesahkan, Pembimbing

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd 19650717 199403 1 0005


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Ruslan

NIM. 109018200003

Di Bawah Bimbingan, Pembimbing

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd 19650717 199403 1 0005

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Peran Wali Kelas dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta disusun oleh Ruslan, Nomor Induk Mahasiswa 109018200003, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 25 Juli 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, Agustus 2016

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd

NIP. 19661009 1993303 1 004 …………. ………

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Takiddin, M.Pd

NIP. 19831206 201101 1 005 …………. ………

Penguji I

Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd

NIP. 19671020 200112 2 001 …………. ………

Penguji II

Dr. Zahruddin. Lc.,M.Pd

NIP. 1973060 2200501 1 002 …………. ………

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA NIP. 19550421 198203 1 007


(5)

(6)

i ABSTRAK

Ruslan, NIM : (109018200003), Peran Wali Kelas dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran wali kelas dalam membina kedisiplinan siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta dengan melihat dari jawaban siswa terhadap kuisinoner yang diberikan serta hasil wawancara terhadap wali kelas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni mendeskripsikan peran wali kelas dalam membina kedisiplinan siswa melalui data yang didapatkan, baik berupa angka ataupun penjelasan wali kelas. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan pengisian kuisioner oleh siswa. Hasil penelitian ini mengungkapkan beberapa hal penting: pertama, peran wali kelas dalam memotivasi siswa untuk berdisiplin mengikuti proses belajar berjalan dengan baik. Kedua, peran wali kelas dalam hal mendampingi dan memantau kedisiplinan siswa kurang berjalan dengan optimal. Ketiga, rata-rata nilai yang didapat oleh wali kelas dalam membina kedisiplinan siswa yakni sebesar 70,611% dan termasuk kategori cukup.

Penelitian ini dimaksudkan untuk tujuan akademik dan sosial dengan harapan bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh elemen sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.


(7)

ii

Ruslan, NIM : (109018200003), Homeroom Teacher Assignment in Developing Discipline Students Madrasah Aliyah Al-Islamiyah PUI Jakarta. Thesis Program Strata One (S1) Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University Jakarta 2016.

This research aims to describe the homeroom teacher assignment in developing discipline students MA Al-Islamiyah PUI Jakarta with view of the students' answers to the cuisinoner given and the results of interviews with the homeroom teacher.

The method used in this research is qualitative descriptive, describing the homeroom teacher assignment in developing discipline of students through the data obtained, either numbers or explanations homeroom teacher. The data collection techniques using interviews and questionnaires by students.

The results of the research revealed some important things: first, the homeroom teacher assignment in motivating students to be disciplined to follow the learning process run properly. Second, the homeroom teacher assignment in terms accompany and monitor the students discipline less run optimally. Third, the average value obtained by homeroom teacher in developing student discipline which is equal to 70.611% and the category enough.

This study is intended for academic and social purposes in the hope that this research can be beneficial to all elements of the school in improving student discipline.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT dengan ridhoNya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Wali kelas dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta”. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf.

2. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

3. Bapak Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah sabar dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

4. Bapak Bahrullooh, S.Ag selaku kepala MA Al-Islamiyah PUI Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.

5. Dewan guru dan Staf Tata Usaha MA Al-Islamiyah PUI Jakarta yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian skripsi ini.

6. Ibu dan Bapak tercinta yang telah merawat dan mendidik dengan penuh cinta dan kasih sayang, memberikan motivasi terbaik kepada penulis dalam menjalani kehidupan ini.

7. Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi, Ustadz Isya, Helmi, Zulfikar, Widy, Dendi, Abdillah, Alfain, Ilham, Bang Hari, dan Rofiq.

8. Keluarga besar UKM LDK Syahid yang menjadi bagian cerita hidup penulis. Semoga semakin hebat dan Istiqomah menebar kebaikan.


(9)

iv

membantu atas terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi para pembaca untuk perbaikan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 28 Juni 2016


(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 5

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Ruang Lingkup Penelitian... 6

H. Penelitian Relevan ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Disiplin Siswa ... 8

1. Pengertian Disiplin Siswa ... 8

2. Tujuan Pembinaan Disiplin Siswa ... 10

3. Manfaat Disiplin Siswa ... 11

B. Pembinaan Disiplin Siswa ... 13

1. Pengertian dan Urgensi Pembinaan Disiplin Siswa ... 13

2. Sebab dan Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Tujuan Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28


(11)

vi

F. Populasi dan Sampel ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. Profil Sekolah... 32

1. Latar Belakang ... 32

2. Landasan Hukum ... 33

3. Pengembangan Kurikulum... 34

4. Tujuan MA Al-Islamiyah PUI Jakarta ... 34

5. Lingkungan Madrasah ... 35

6. Keadaan Madrasah ... 36

7. Tenaga Kepegawaian dan Kependidikan ... 36

8. Peserta Didik ... 37

9. Fasilitas ... 38

10.Kegiatan Ekstrakulikuler dan Ko-Ekstrakulikuler ... 39

11.Program Unggulan ... 39

B. Deskripsi, Analisis, dan Interpretasi Data... 39

1. Mendampingi Siswa dalam Menerapkan Disiplin di Sekolah ... 39

2. Memotivasis Siswa Untuk Berdisiplin dalam Mengikuti Proses Belajar... 43

3. Memantau Kedisiplinan Siswa ... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Alternatif jawaban positif... 30

Tabel 4.1 Status Kepegawaian, Jabatan, Golongan, dan Jenis kelamin, Kepala Madrasah dan Tenaga Kependidikan. ... 36

Tabel 4.2 Daftar Nama Kepala Madrasah MA Al-Islamiyah PUI Jakarta .. 37

Tabel 4.3 Tenaga Kependidikan ... 37

Tabel 4.4 Distribusi penyebaran Peserta Didik berdasarkan Jenis Kelamin 38 Tabel 4.5 Fasilitas dan Sarana ... 38

Tabel 4.6 Kesediaan mengayomi siswa ... 39

Tabel 4.7 Pemberian pengarahan tentang disiplin kepada siswa ... 40

Tabel 4.8 Menginspirasi siswa dalam berdisiplin ... 40

Tabel 4.9 Keteladanan dalam berdisiplin ... 41

Tabel 4.10 Kedekatan dengan siswa ... 41

Tabel 4.11 Kenyamanan siswa ketika berdiskusi tentang permasalahan belajar ... 42

Tabel 4.12 Kenyamanan siswa dalam menceritakan hal-hal pribadi kepada wali kelas ... 43

Tabel 4.13 Menasihati dalam disiplin berpakaian... 43

Tabel 4.14 Perhatian terhadap siswa yang melanggar disiplin berpakaian .... 44

Tabel 4.15 Pengingat terhadap disiplin dalam berpakaian... 45

Tabel 4.16 Teguran terhadap siswa yang melanggar disiplin berpakaian ... 45

Tabel 4.17 Pengaruh wali kelas terhadap disiplin berpakaian siswa ... 46

Tabel 4.18 Pemberian solusi yang bermanfaat dalam disiplin berpakaian .... 46

Tabel 4.19 Nasihat untuk disiplin dalam memanfaatkan waktu belajar ... 47

Tabel 4.20 Perhatian kepada siswa untuk memanfaatkan waktu belajar ... 47

Tabel 4.21 Teguran terhadap siswa yang tidak memanfaatkan waktu untuk belajar ... 48

Tabel 4.22 Bimbingan terhadap siswa yang menyalahi aturan dalam memanfaatkan waktu belajar ... 48


(13)

viii

Tabel 4.25 Tawaran solusi bagi siswa untuk memanfaatkan

waktu belajar ... 50 Tabel 4.26 Tawaran solusi bagi siswa untuk memanfaatkan

waktu belajar ... 51 Tabel 4.27 Tawaran solusi bagi siswa untuk memanfaatkan

waktu belajar ... 51 Tabel 4.28 Dorongan untuk meningkatkan prestasi belajar ... 52 Tabel 4.29 Pengaruh bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar ... 52 Tabel 4.30 Tawaran solusi bagi siswa yang mengalami masalah

prestasi belajar ... 53 Tabel 4.31 Pemeriksaan kehadiran siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar ... 53 Tabel 4.32 Perasaan diawasi wali kelas ketika sedang mengikuti

kegiatan belajar ... 54 Tabel 4.33 Pemeriksaan kehadiran siswa dalam mengikuti

Kegiatan ekstrakulikuler ... 54 Tabel 4.34 Pengamatan terhadap siswa yang mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler ... 55 Tabel 4.35 Pemeriksaan kehadiran siswa dalam mengikuti

kegiatan kokulikuler ... 55 Tabel 4.36 Pengamatan terhadap siswa yang mengikuti

kegiatan bimbingan belajar ... 56 Tabel 4.37 Nilai Rata-rata Skor Penelitian Angket Siswa ... 57


(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 2 Pedoman Wawancara Wali Kelas Lampiran 3 Angket untuk Siswa


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan peserta didik serta tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberi bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab.1

Proses pembelajaran sangat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Jika proses pembelajaran dilakukan secara optimal dan baik maka output dari proses tersebut akan baik pula.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Pertama, siswa. Siswa merupakan komponen utama dalam setiap roses pembelajaran, karena siswa subjek dan bukan objek dari pengajaran. Pengajaran tanpa siswa tidak mungkin akan berjalan.2 Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pengajar dalam proses pembelajaran adalah minat, bakat, serta kesulitan-kesulitan dalam menerima pelajaran. Jika para pendidik mengabaikan suatu hal tersebut, maka proses pembelajaran tidak akan optimal.

Kedua, adalah guru. Guru sebagai sumber informasi. Guru mengelola kegiatan pembelajaran. Guru menjaga serta mengatur keserasian proses pembelajaran. Guru juga mengarahkan kegiatan, dan sebagai fasilitator. Guru juga dituntut menjadi contoh yang baik.3 Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Ketiga, sarana dan prasarana pendidikan (fasilitas serta infrastruktur), dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran haruslah memadai, karena ketika sarana dan

1

Zahara Idris, Dasar-Dasar Kapendidikan, (Padang : Angkasa Raya), Cet.10, h.10.

2

Djago tarigan , Proses belajar mengajar pragmatic, (Bandung: Angkasa, 1990), Cet. Ke-1, h. 40

3

Djago tarigan , Proses belajar mengajar pragmatic, (Bandung: Angkasa, 1990), Cet. Ke-1, h. 40


(16)

2

prasarana pendidikan kurang memadai, fasilitas-fasilitas di sekolah sangat terbatas, serta lokasi sekolah sangat berdekatan dengan keramaian, maka proses pembelajaran sangat terganggu.

Di era yang sarat dengan informasi dan teknologi, siswa ditantang untuk lebih memacu diri agar keberadaannya lebih berarti bagi kemajuan negara. Karena dengan disiplinlah kunci kesuksessan pendidikan dimasa yang akan datang. Dengan menerapkan sistem disiplin dengan baik di sebuah instansi pendidikan maka akan memacu peserta didik untuk lebih termotivasi dalam berlomba-lomba menuju pendidikan yang lebih baik.

Disadari atau tidak, sekolah dianggap tempat yang paling baik untuk mendidik anak dan menanamkan sikap (attitude) dan sifat (value) yang baik. Salah satunya yaitu, pendidikan kedisiplinan di sekolah. Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan.4 Disiplin adalah peraturan atau tata tertib yang diterapkan oleh sekolah, dan harus dipatuhi oleh semua individu yang berada di lingkungan sekolah dan salah satunya peserta didik, karena disiplin merupakan salah satu entitas yang sangat penting dalam kehidupan sekolah. Dengan disiplin, seseorang akan terbiasa untuk hidup secara teratur dan tertib.

Maka urgensi disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah setiap siswa akan tahu dan memahami urgensi dari hak dan kewajiban, hak dirinya dan kewajibannya terhadap orang lain. Disiplin juga dapat mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar dan dapat membantu mendorong siswa melakukan yang bermanfaat bagi dirinya dan umumnya bagi lingkungannya

Selanjutnya, ada pula akibat dari ketidakdisiplinan siswa antara lain tidak tercapainya target pembelajaran dan gagalnya penanaman nilai-nilai. Dalam target pembelajaran yang tidak tercapai, maka prestasi yang diharapkan pun tidak bisa didapat dan lebih buruk lagi, siswa tidak layak untuk dinaikkelaskan atau diluluskan.

Akibat ketidakdisiplinan lain yang sangat besar yaitu kenakalan remaja. BNN (Badan Narkotika Nasional) menemukan bahwa 50-60% pengguna narkoba

4


(17)

di Indonesia adalah kalangan remaja yakni kalangan pelajar dan mahasiswa, total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. (detikHealth, rabu 6/6/2012). 5

Pada tahun 2013, dari 37 jenis tindak kejahatan yang dihimpun Polresta Samarinda, 12 di antaranya dilakukan oleh remaja. Kejahatan tersebut meliputi pemerkosaan, perzinahan, cabul, penganiayaan ringan, berat, hingga pengeroyokan, termasuk tindak kejahatan seperti pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian kendaraan bermotor dan membawa lari anak perempuan. 6

Selanjutnya, sepanjang 2014 terdapat 135 anak di bawah umur yang tersangkut masalah hukum di wilayah Gunungkidul dan Bantul. Jumlah tersebut, 103 di antaranya berakhir di balik jeruji besi, sisanya 32 anak mendapatkan sanksi pembinaan.7

Kepala Badan Pemasyarakatan Kelas II Wonosari Anggraini Hidayat mengatakan lembaganya membawahi dua kabupaten, yakni Gunungkidul dan Bantul. Di tahun lalu ada 135 kasus pidana yang melibatkan anak. Kasus yang terjadi didominasi kasus asusila, disusul pencurian dan penganiayaan. Kasus-kasus remaja yang sedang marak diberitakan saat ini adalah perilaku remaja dalam geng motor. Menurut data Neta S Pane selaku ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) sepanjang tahun 2014 terdapat 38 kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor, yang mengakibatkan 28 orang tewas dan 24 orang mengalami luka-luka (Harian Terbit, 2014).8

Kenakalan remaja tersebut tentu saja dilakukan di luar sekolah. Jika mereka tercatat sebagai salah seorang siswa disebuah sekolah, maka kenakalan yang mereka lakukan berarti tanpa sepengetahuan guru. Hal ini berarti sekolah tidak mampu menanamkan sifat disiplin pada siswa.

Setiap lembaga pendidikan memiliki tata aturan dalam rangka menegakan disiplin baik bagi siswa, guru pegawai sekolah yang terus menerapkan kedisiplinan yaitu di MA Al-Islamiyah PUI.

5

http://www.syababindonesia.com/2012/11/kenakalan-remaja-di-negeri-ini-kian.html

6

http://www.kompasiana.com/lidwinaeka/dampak-pertumbuhan-penduduk-terhadap-peningkatan-kenakalan-remaja_54f38329745513972b6c7986

7

http://www.harianjogja.com/baca/2015/01/08/kenakalan-remaja-135-anak-tersandung-kasus-hukum-566123

8

http://psikologiforensik.com/2015/01/30/ada-apa-di-balik-kriminalitas-remaja-indonesia/


(18)

4

MA Al-Islamiyah PUI merupakan salah satu sekolah yang mengharapkan siswa-siswanya agar dapat menerapkan sikap disiplin dalam belajar karena disiplin merupakan kunci sukses belajar, akan tetapi pada kenyaataanya masih ada saja siswa yang sikap disiplin belajarnya masih rendah, masih ada siswa yang tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan (Alpa). Berdasarkan pada keterangan yang penulis dapat dari wali kelas bahwa tingkat kedisiplinan siswa secara keseluruhan belum dapat dikatakan tinggi.

Penyebab ketidakdisiplinan adalah kurangnya kesadaran siswa dan kurangnya kesadaran siswa ini disebabkan oleh kurang nya ketegasan dari pihak sekolah. Salah satu pembentuk dari karakter pada umumnya yaitu punishment dan reward. Maka pihak sekolah ketika menginginkan siswanya disiplin dan mengikuti aturan yang berlaku di sekolah harus menerapkan 2 hal pembentuk karakter tersebut.

Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Antara peraturan dan tata tertib merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mendisiplinkan siswa adalah dengan memberdayakan peran wali kelas. Setiap kelas pasti memiliki siswa di kelas dan biasanya walikelas inilah yang diharapkan jadi penghubung antara siswa dan pihak sekolah hingga kebanyakan siswa dekat dengan siswanya bahkan walikelas lebih ditakuti dibanding guru lain atau kepala sekolah. Namun demikian, fenomenanya makin banyak dijumpai wali kelas yang belum mampu menjalankan perannya secara baik, mereka lebih banyak menjalankan peran administratif dibanding peran pembinaan siswa. Hal ini disebabkan karena masih terdapat wali kelas yang merangkap tugas tambahan, baik sebagai guru di tempat lain maupun sebagai Pembina kegiatan ekstrakulikuler.

Realitas kedisiplinan siswa saat ini sangat variatif namun hanya sekolah-sekolah yang terklasifikasi unggulan yang memang bagus kedisiplinannya. Biasanya sekolah yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi mempunyai


(19)

input siswa yang memang sudah baik. Selain sekolah unggulan tersebut, mayoritas sekolah tidak mempunyai tingkat kedisiplinan siswa yang bagus. Dengan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Peran Wali Kelas Dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1. Kurangnya peran pembinaan oleh wali kelas berkaitan dengan kedisiplinan siswa di sekolah.

2. Penegakan peraturan yang tidak efisien berkaitan dengan kedisiplinan siswa di sekolah.

3. Wali Kelas kurang mengetahui tugas-tugas sebagai wali kelas.

4. Wali kelas tidak fokus dikarenakan tugas-tugas tambahan lainnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini memfokuskan pada:

1. Peran wali kelas.

2. Penguasaan konsep diri siswa di sekolah.

3. Tingkat kedisiplinan siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana peran wali kelas terhadap tingkat kedisiplinan siswa MA Al-Islamiyah PUI tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah terdapat pengaruh penguasaan konsep diri terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas MA Al-Islamiyah PUI tahun ajaran 2015/2016?


(20)

6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan Peran Wali Kelas dalam membina kedisiplinan siswa.

2. Pengaruh penguasaan konsep diri tingkat kedisiplinan siswa MA Al-Islamiyah PUI tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis bermanfaat untuk bahan referensi awal bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih dalam tentang disiplin siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan bagi wali kelas dalam upaya membina disiplin siswa di sekolah.

b. Bagi guru MA agar dapat mengerti bahwa masing-masing siswa memiliki konsep diri yang berbeda-beda, sehingga guru dapat menciptakan peraturan berupa tata tertib sekolah yang lebih baik lagi guna meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.

c. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, bahwa dengan penguasaan konsep diri yang baik pada siswa dan penegakan peraturan yang efektif akan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.

d. Siswa Penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan pemahaman tentang pengusaan konsep diri yang positif terhadap siswa.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian dimensi pendidikan nilai moral pancasila.

2. Ruang Lingkup Objek Objek penelitian ini adalah : Penguasaan konsep diri siswa di sekolah, peran pembinaan wali kelas, dan tingkat kedisiplinan siswa.


(21)

3. Ruang Lingkup Subjek Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa MA Al-Islamiyah PUI tahun ajaran 2015/2016

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di MA Al-Islamiyah PUI tahun ajaran 2015/2016

H. Penelitian Relevan

Peneliti mengkaji dua hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang

peneliti lakukan. Pertama, skripsi dengan judul “Efektifitas Kedisiplinan Siswa Dalam Pembelajaran Siswa SMP Islamiyah Ciputat” oleh Imaniyah jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Skripsi ini menggunakan teknik analisis statistic deskriptif (prosentase).

Hasil penelitian ini menggambarkan tentang nilai rata-rata efektivitas kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat berkategori Baik, hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Islamiyah Ciputat memiliki kedisiplinan yang baik dalam proses pembelajaran.

Kedua, skripsi dengan judul “Peranan Pendidikan Akhlaq Dalam Pembinaan Disiplin Belajar Siswa Kelas 2 Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah

Ciputat” oleh Aziz Rodiyansyah jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas

Islam Negeri Jakarta tahun 2010. Skripsi ini merupakan penelitian kuantitatif dengan dua variabel yaitu variabel peranan pendidikan akhlaq dan variabel pembinaan disiplin belajar siswa.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kontribusi yang ditimbulkan dari pendidikan akhlaq di Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah Ciputat ini menunjukan peranan positif dalam membantu membina disiplin belajar siswa.


(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Disiplin Siswa

1. Pengertian Disiplin Siswa

Disiplin sangat penting bagi kehidupan manusia, karena itulah harus ditanamkan terus menerus terhadap individu. Dengan penanaman yang terus menerus, maka disiplin akan menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang-orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

Menurut Sirinam S. Khalsa, disiplin mempunyai akar pada kata ”disciple”

dan berarti ”mengajar dan melatih”. Salah satu definisi adalah ”melatih

melalui pengajaran atau pelatihan”.9 Menurutnya, kita lebih cenderung sukses membantu siswa mengubah perilaku mereka yang tak terduga ketika kita menggunakan prosedur disiplin yang efektif. Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan. Dari pendapat ini, dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pelatihan bagi siswa untuk membentuk siswa yang taat pada peraturan atau tata tertib serta bertanggung jawab melalui pengajaran atau pelatihan dan disiplin tersebut merupakan bagian proses pembelajaran siswa. Secara terminologi, pengertian disiplin dari beberapa ahli berpendapat sebagai berikut:

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah disiplin dimaknai sebagai, tata tertib dan kepatuhan kepada peraturan.10 Selanjutnya menurut Chester Harris disiplin adalah:

”discipline refest fundamentally to the principle that each organisme lerns in some degree to control it self so as to con form to to the forces around it with

9

Sirinam S. Khalsa. Pengajaran Disiplin &Harga Diri, (Indonesia: PT. Indeks 2008) h. XIX.

10

Bambang Mujiharto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, ( Surabaya : Terbit Terang, 1999), h. 92.


(23)

wich it has expriences”11

Definisi tersebut mengandung makna berisi idee. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi tersebut:

a) Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.

b) Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.

c) Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan.

d) Penerimaan autoritas eksternal yang membawa seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.12

Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.13

Ahmad Rohani berpendapat: ”dalam arti luas disiplin adalah mencakup

setiap macam pengaturan yang ditujukan untuk membantu setiap peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan juga penting tentang penyelesaiannya tuntutan yang ini ditujukan kepada peserta didik terhadap lingkungannya.14

Disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah atau di kelas di mana mereka berada.15

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pokok dasar dari tiap-tiap organisasi (keluarga, sekolah, lingkungan, dan lain sebagainya) dalam mempelajari tanggung jawab secara terpaksa yang harus

11

Piet Sahertian. Dimensi-dimensi administrasi Di Sekolah, (surabaya: usaha nasional 1994), h. 123.

12

Piet Sahertian. Dimensi-dimensi Administrasi…., h. 123.

13

Conny Semiawan, penerapan pembelajaran pada anak, (PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. Ke-2 h. 27-28.

14

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. Ke-2, h. 133-134.

15

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) cet. Ke-1, h. 166


(24)

10

dijalankan dengan memberikan pengawasan untuk menyesuaikan diri agar memberikan pengalaman yang mengandung makna berisi moral, pengembangan ego, pertumbuhan kekuatan, dan penerimaan autoritas. Lembaga pendidikan khususnya pendidikan formal merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk mengembangkan sikap kedisiplinan yaitu dengan adanya pemberian hukuman dan hadiah. Kedisiplinan merupakan dasar pembinaan sikap dan jiwa setiap anak didik. Apabila sekolah mampu membina sikap dan jiwa positif terhadap anak didik (siswa) dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak tersebut menjadi anak yang bertanggung jawab, maka siswa tersebut telah mempunyai bekal dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi baik di dalam maupun di luar sekolah. Dan dapat di katakan bahwa disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan prilaku manusia. Jadi pada dasarnya disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan.

2. Tujuan Pembinaan Disiplin Siswa

Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Disekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang di kehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. Menurut Elsbree sebagaimana dikutip Piet, ada 2 tujuan disiplin, yaitu: 16

a) Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan kearah tidak ketergantungan.

16

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1 h. 126-127.


(25)

b) Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.

Dalam kaitan ini Piet Sahertian lebih lanjut mengatakan bahwa disiplin dalam sekolah modern adalah merupakan pertolongan kepada murid-murid supaya dapat berdiri sendiri (help for self help). Menolong dalam mengenal dirinya untuk menciptakan kondisi yang lebih baik maupun menegakkan disiplin diri yang timbul dari dalam diri anak untuk mencapai cita-cita hidup.17

Bagi siswa, kedisiplinan akan dapat mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan mereka setelah mereka keluar dari jenjang pendidikan dan disiplin tersebut akan tumbuh dan menjadi bekal untuk mereka dimasa yang akan datang. Dengan adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan terbentuk disiplin itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Ahmad Rohani; dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.18 Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan juga bahwa kedisiplinan digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.

3. Manfaat Disiplin Siswa

Fungsi utama dari disiplin adalah untuk belajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas.19

Fungsi disiplin tersebut di atas, apabila dikaji secara sepintas, maka akan memberikan kesan yang negatif. Belajar seolah-olah bertingkah laku untuk

17

Piet Sahertan, Dimensi-Dimensi Administras, Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. Ke-2,, h.127.

18

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. Ke-2,., h. 134

19

Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Pembimbing, (Jakarta : BBPK, Gedung Mulia, 2000), cet. IX, h. 138


(26)

12

menghormati dan mematuhi otoritas dan seringkali otoritas itu cenderung menggunakan kekuatan. Oleh karena itu perlu ditegaskan kembali, bahwa pengendalian diri dengan mudah bukanlah suatu hal yang langsung terjadi dalam diri seseorang, melainkan ia harus benar-benar berusaha untuk melatihnya, yang akhirnya timbul kesadaran untuk mematui dan mentaati peraturan tersebut.

Dengan demikian disiplin belajar tumbuh dalam diri siswa melalui proses latihan yang akhirnya timbul kesediaan dan ketaatan yang didasari dengan rasa tanggung jawab dan konsekwen yang tinggi.

Singgih D. Gunarsa, menyatakan bahwa disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah:

a) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hal milik orang lain.

b) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan.

c) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.

d) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa terancam oleh hukum.

e) Mengorbankan kesenangan diri sendiri.20

Kartini Kartono juga menerangkan bahwa : “Disiplin dalam belajar sangat diperlukan agar siswa dapat hidup dalam teratur dan mengerjakan semua tugas tepat pada waktunya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan apabila mengahadapi pelajaran dan tentamen-tentamen. Belajar yang efisien menuntut belajar secara teratur dan berdisiplin".21

Latihan disiplin telah menjadi milik umat Islam seluruh dunia adalah shalat, seperti yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 103 yang berbunyi:

20

Ibid, h. 137

21

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Rajawali, 1985), cet. I, h. 90.


(27)

 …          

Artinya: ”Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

Banyak firman Allah yang sejalan denga arti disiplin, sebagai “taat pada

aturan”. Di antara ayat secara tegas dan jelas menyuruh manusia untuk berdisiplin, adalah sebagaimana terdapat pada surat an-Nisa ayat 59.

…                  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Rasul-Nya dan ulil amri diantara kamu ….” Banyak prilaku dan perikehidupan Rasul saw dan para sahabatnya yang setia dalam mengamalkan al-Qur’an menjadi contoh untuk membina sikap disiplin. Oleh karena itu, pembinaan disiplin dalam Islam harus selalu bersumber pada ajaran-ajaran Ilahi dan sunnah Rasul.

Siswa yang sempat melatih diri berdisiplin dalam belajar khususnya dan dalam segala hal umumnya akan merasakan hasilnya, apabila kelak menjadi petugas yang tidak terlalu sering berbuat tidak benar, bahkan menghindarkan diri dari segala penyelewengan yang tentu akan merugikan diri sendiri.

Dengan memperhatikan fungsi disiplin dalam belajar, jelas disiplin itu harus dibina dan ditanamkan dalam diri seseorang, baik itu di sekolah, keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

Dengan demikian, disiplin dalam belajar mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa, membiasakan diri berdisiplin menjadikan seseorang itu akan lebih teratur dalam segala sesuatunya yang terutama dalam belajar.

B. Pembinaan Disiplin Siswa

1. Pengertian dan Urgensi Pembinaan Disiplin Siswa

Pembinaan berasal dari kata bina, artinya didik, latih atau mendidik secara terus menerus, melatih mengarahkan secara teratur. Pembinaan adalah suatu


(28)

14

proses hasil atau pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan evaluasi / berbagai kemungkinan atas sesuatu.22 Dalam kamus besar bahasa Indonesia,

“pembinaan diartikan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.23 Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Disiplin merupakan suatu keadaan tertib, ketika orang-orang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati.

Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang ada diselenggarakan disekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri

Suatu sikap disiplin sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun sekolah. Sikap disiplin penting karena dengan adanya disiplin siswa-siswi dapat dengan teratur menjalankan tata tertib sekolah dengan baik.

Disiplin adalah sebuah potret keberhasilan seseorang dalam mengolah lembaga atau sumber daya. Dalam dunia pendidikan, sikap disiplin sangat diperlukan sebagai salah satu sarana pendukung terciptanya efisiensi pendidikan, akrena dengan disiplin maka pembuangan waktu yang sia-sia akan terminimalisir. Tidak hanya dalam dunia pendidikan, sikap disiplin haruslah dimiliki oleh setiap komponen organisasi, dalam sekolah untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Disiplin sekolah bertujuan adalah agar teriptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong siswa untuk melakukan perilaku yang baik dan benar, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah dan upaya agar siswa dapat belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan

22

Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal : 139

23

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal:134


(29)

bermanfaat. Sehingga semua dapat terorganisir dengan teratur. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan kedisiplinan sekolah.Peran guru menumbuhkan disiplin siswa dapat dilakukan dengan cara membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk diri siswa itu sendiri, membantu siswa meningkatkan standar perilakunya dalam hal ini guru dapat menjadi pembimbing ataupun konselor, menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. Pentingnya disiplin adalah akan sangat membantu proses penerapan sistem di sekolah. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan merupakan kepentingan disiplin yang pertama karena patuh merupakan salah satu bukti yang sangat nyata orang tersebut mendisiplinkan dirinya sendiri. Kepentingan selanjutnya adalah upaya untuk menanamkan kerja sama, kebutuhan untuk berorganisasi (kebutuhan orang lain untuk memahami), rasa hormat terhadap orang lain, keinginan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan, memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin.

Karena disiplin merupakan slah satu hal yang menunjang keberhasilan sekolah. Untuk itu, setipa pihak-pihak yang terkait seperti guru, kepala sekolah harus membuat peraturan sekolah haruslah rinci dan jelas, agar siswa dapat dengan benar-benar patuh terhadap tata tertib sekolah dan bagi siswa yang melanggar harus diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Penerapan kedisiplinan ini harus diterapkan dengan bijaksana. Dengan memberikan sanksi yang sesuai tindakannya.

2. Sebab dan Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa dalam Proses Pembelajaran.

a. Sebab Pelanggaran Disiplin dalam Pembelajaran

Pada dasarnya kedisiplinan dibentuk karena adanya kebutuhan dari diri individu. Pengenalan terhadap kebutuhan seorang peserta didik secara baik merupakan andil yang paling besar bagi pengendalian disiplin. Maslow


(30)

16

1) Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya seperti makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya.

2) Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap masa depan yang dihadapi.

3) Kebutuhan akan cinta kasih, mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta kasih orang lain pada dirinya. 4) Kebutuhan akan penghargaan dan untuk dikenal oleh orang lain, merasa

berguna bai orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan sebagainya.

5) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil berbagai kputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya secara efektif. 6) Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yang merupakan

kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih korektif, toleran, dan spontan.24

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Bila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui cara-cara yang ada dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang kurang diterima masyarakat. Sama halnya dengan pelanggaran disiplin di sekolah yang bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri. Misalnya:

1) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik akan mengakibatkan peserta didik jadi submisif, apatis, atau sebaliknya agresif ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan tidak manusiawi yang mereka terima,

24


(31)

2) Kelompok besar anggota dikurangi hak-haknya sebagai peserta didik yang seharusnya menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru,

3) Tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas atau di bawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah,

4) Kurang dilibatkan dalam diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah, 5) Latar belakang kehidupan dalam keluarga yang kurang diperhatikan

dalam kehidupan sekolah,

6) Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua, dan antara keduanya juga saling melepaskan tanggung jawab.

Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin tersebut sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks, dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain dari sebab-sebab yang tampak. Walaupun demikian memang ada juga sebab-sebab yang bersifat umum , misalnya: 1) Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin.

Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan hanya itu saja. Harus diusahakan agar peserta didik tetap sibuk dengan kegiatan bervariasi sesuai dengan tarap perkembangannya,

2) Perasaan kecewa dan tertekan karena peserta didik dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja,

3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.25

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin pada diri peserta didik, hadir bukan hanya karena peraturan semata. Akan tetapi pelanggaran disiplin ada, karena adanya suatu kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara benar, melainkan kebutuhan yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dan tidak dapat diterima oleh lingkungan sekolah. Sejalan dengan penjelasan di atas, Prayitno dan Erman Amti dalam

25


(32)

18

bukunya Dasar-dasar Bimbingan dan konseling memberikan gambaran tentang sebab-sebab melanggar tata tertib adalah sebagai berikut:

1) Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya;

2) Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat,

3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif),

4) Ciri khusus perkembangan remaja yang agak ”sukar diatur” tetapi

”belum dapat mengatur diri sendiri”

5) Ketidaksukaan mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.26

Kedisiplinan juga dapat dilihat dari tingkah laku siswa itu sendiri. Tingkah laku anak didik amatlah bervariasi. Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebabnya adalah : 1) pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan

menjadi sumber negatif, penolakan, atau apatis.

2) karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya. 3) kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.

4) dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tenang atau cemas. Karena itu perilaku menyimpang seorang atau dua orang bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan.

26

H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 60.


(33)

5) dari organisasi kurikulum tentang tim teaching, misalnya anak didik pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain. Sehingga tenaga mereka dipakai berjalan, harus menyesuaikan diri berkali-kali, tidak ada kstabilan, dan harus menyesuaikan terhadap guru dan metode-metodenya. Pengembangan diri yang sesungguhnya bersumber dari hubungan sosial menjadi terhambat.27

Berdasarkan beberapa sebab-sebab pelanggaran disiplin yang telah disebutkan di atas dapat terlihat bahwa siswa yang dapat melanggar disiplin bukan karena siswa tersebut ingin melakukan pelanggaran disiplin itu sendiri melainkan siswa yang terpaksa melakukan suatu tata tertib yang tidak didiskusikan kepada siswa terlebih dahulu, sehingga siswa tersebut melakukan pelanggaran disiplin. Dari pelanggaran disiplin tersebut, dapat memungkinkan berakibat sebagai berikut:

1) Tingkah laku siswa makin tidak terkendali,

2) Terjadi kerenggangan hubungan antara guru dam murid, 3) Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, 4) Proses belajar-mengajar terganggu,

5) Kegiatan belajar siswa terganggu, 6) Nilai rendah,

7) Tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah.28

Dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa, sudah tentu ada sebab musababnya. Dengan demikian, siswa yang melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dapat menimbulkan akibat yang bukan hanya dirasakan oleh pihak sekolah tetapi dampaknya sangat besar terhadap siswa yang melakukan pelanggaran tersebut.

27

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., h. 195-196.

28


(34)

20

b. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa

Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat di sekolah merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai standar untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam bertingkah laku. Dalam disiplin terkandung pula ketaatan dan mematuhi segala peraturan dan tanggung jawab misalnya disiplin dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini sikap patuh siswa ditunjukkan pada peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan pembelajarannya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Menurut Kanisius dalam bukunya Pengelolaan Kelas yang Dinamis mengatakan; secara umum, siswa di kelas dari segi kedisiplinan dapat digolongkan menjadi dua kelompok.29 Kelompok pertama adalah siswa yang pada dasarnya baik, mau belajar, hormat pada guru, dan taat padanya. Tetapi hidup mereka tidak teratur. Kerja mereka acak-acakan. Tugas di kelas tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Atau bila selesai, selesainya pun asal selesai. Perhatian mereka belum terpusat pada pelajarandan mudah terpecah ke arah lain. Mereka cepat merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Kelompok kedua adalah murid yang memang mudah membuat masalah dan melanggar disiplin. Mereka nakal dan mudah berperilaku yang mengganggu kelas. Mereka mudah dan gemar membuat gaduh.mereka cenderung menolak tugas guru. Dalam mengerjakan tugas di kelas, mereka enggan untuk memulai. Entah bagaimana bentuknya, mereka mudah merusak sarana dan prasarana pendidikan di sekolah Dari kelompok manapun, perilaku yang tidak disiplin pada waktu proses belajar mengajar dan mengganggu proses belajar sangat membuat kita merasa prihatin, maka itulah dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung perlu adanya tata tertib.

29

Kanisius, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (yogyakarta: KANISIUS Anggota IKAPI 2007), Cet. Ke-1, h. 83.


(35)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar bentuk-bentuk pelanggaran disiplin dibedakan menjadi dua yaitu bersifat individual dan kelompok.30

1) Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual adalah sebagai berikut:

a) Tingkah laku untuk menarik perhatian orang lain, siswa yang bertingkah laku untuk menarik perhatian orang lain, adalah siswa yang mempunyai perasaan ingin diperhatikan, siswa tersebut biasanya berusaha mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan perbuatan yang dikiranya dapat menarik perhatian orang lain. Apabila perilaku tersebut tidak dapat menarik perhatian orang lain (temannya), maka ia bisa saja mencari cara lain yang brutal. Tingkah lau tersebut misalnya seperti ; membadut di kelas (aktif) atau berbuat serba lamban (pasif), sehingga siswa tersebut harus diberi bantuan ekstra.

b) Tingkah laku untuk menguasai orang lain, tingkah laku untuk menguasai orang lain adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa untuk menguasai orang lain. Tingkah laku tersebut dapat bersifat aktif dan ada juga yang bersifat pasif. Perilaku yang bersifat aktif misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional (marah-marah, menangis). Sedangkan tingkah laku yang bersifat pasif misalnya selalu lupa pada peraturan-peraturan yang sudah disepakati sebelumnya.

c) Perilaku yang membalas dendam, dan siswa yang berperilaku membalas dendam adalah siswa yang merasa dirinya lebih kuat, dan yang menjadi sasaran adalah orang yang lebih lemah. Tingkah laku seperti ini di antaranya mengatai, mengancam, mencubit, memukul, menendang, dan sebagainya.

d) Peragaan ketidakmampuan.

30


(36)

22

Peragaan ketidakmampuan disini maksunya adalah siswa yang tidak mau tahu (masa bodoh) terhadap pekerjaan apapun, misalnya menolak mentah-mentah untuk melakukan suatu pekerjaan, karena ia yakin akan menemui kegagalan. Kalaupun mau, ia melakukan tidak dengan sepenuh hati bahkan cenderung berusaha menyontek hasil pekerjaan teman yang ada di sampingnya.

2) Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat kelompok adalah sebagai berikut:

a) Kelas kurang kohesif (akrab), hubungan antarsiswa kurang harmonis yang dapat memunculkan kelompok yang tidak bersahabat. Persaingan yang tidak sehat di antara kelompok menimbulkan keonaran-keonaran yang dapat menyebabkan proses pembelajaran mengalami hambatan. Terjadi kurang kohesifan atau keakraban biasanya disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan atau kekeliruan dalam setiap kegiatan.

b) Kesebalan terhadap norma-norma yang telah disepakati sebelumnya, tingkah laku yang secara sengaja dilakukan oleh siswa untuk melanggar norma-norma yang disepakati sebelumnya, apabila berhasil, siswa yang melakukannya merasa senang, tidak perduli orang merasa terganggu karena perbuatannya itu.

c) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggota,

d) Menyokong anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, e) Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru karena

dianggap tugas yang di berikannya kurang wajar.

f) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Sejalan dengan pembahasan di atas, Aunurrahman lebih jelas mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:


(37)

a) belajar tidak teratur b) daya tahan belajar rendah

c) belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian d) tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap e) tidak terbiasa membuat ringkasan

f) tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

g) senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas

h) sering datang terlambat

i) melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok).31

3) Strategi Pembinaan Siswa

Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas yaitu sebagai berikut:

a) Perencanaan

Ini meliputi membuat aturan dan prosedur dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.

b) Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan

Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukan bahwa minggu pertam dalam kelas adalah masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

c) Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul

Contoh, apa yang akan kita lakukan ketika siswa menantang kita secara terbuka di muka kelas ketika siswa menanyakan kita bagaimana menyelesaikan masalah yang sulit, ketika kita

31

Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. Ke-4, h. 185.


(38)

24

menangkap seorang siswa yang menyontek ketika seorang siswa hilang dan tidak mau berpartisipasi. 32

Selain itu ada tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas yaitu: a) Teknik inner control

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina disiplin siswa. Teknik ini menumbuhkan kepekaan akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin harus tumbuh dari peserta didik itu sediri.

b) Teknik eksternal control

Teknik ini yaitu mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengawasan.

c) Teknik cooperative control

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerjasama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas kearah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran disiplin.33

4) Peran Wali Kelas

Wali kelas merupakan wakil dari pihak sekolah yang senantiasa diharapkan dapat mendampingi, memotivasi dan memantau kegiatan siswa baik kegiatan KBM di kelas maupun kegiatan ekstra yang diselenggarakan di sekolah.

Wali kelas merupakan tugas tambahan yang diberikan kepala sekolah selain sebagai tenaga pendidik dan juga merupakan pengganti orang tua (wali murid) saat-saat siswa di sekolah. Seorang wali kelas sudah seharusnya memantau bagaimana perkembangan kelas dan siswa serta memahami bagaimana karakter siswa. Seorang wali kelas

32

Eka prihatin, Mnajemen Peserta Didik, Alfabeta, Bandung 2011, hal. 95

33


(39)

mempunyai peranan yang besar dalam setiap diri siswa, wali kelas yang baik akan membantu siswa yang sulit dalam menghadapi ketinggalan dalam belajar dikelas. Adapun tugas-tugas dari wali kelas yaitu: 34 a) Membuat denah tempat duduk

b) Mengatur daftar piket kelas c) Merekap absensi siswa

d) Mengontrol buku kegiatan pembelajaran/buku jurnalis e) Mengontrol tata tertib kelas

f) Mengisi daftar nilai siswa (legger)

g) Membimbing pelaksanaan 5K bagi kelasnya h) Menyusun catatan khusus tentang siswa

i) Mengisi buku legger dan laporan hasil belajar (rapor)

j) Membagi buku LHBS (rapor) secara langsung kepada orang tua siswa dengan tepat waktu

k) Dan seterusnya.

Sebagai seorang wali kelas, ia menjadi figure orang tua bagi murid-murid di kelasnya, tempat mengadu, berkeluh kesah, tempat mencurahkan dirinya, teman bahkan orang tuanya di rumah. Ciri-ciri wali kelas yang berhasil menjadi figure bagi siswa-siswinya di kelas adalah: 35

a) Ada keterbukaan infomasi antara siswa dan wali kelas

b) Terciptanya suasana kelas yang harmonis saling menghargai dan tolong menolong

c) Siswa segan untuk berbuat sesuatu yang membuat sesuatu yang merusak nama baik kelas dan wali kelas

d) Siswa dapat bergaul dengan sesamanya tanpa memandang suku, agama, rasa tau golongan\motivasi belajar akan meningkat seiring dengan kondisi dalam kelas yang menyenangkan

34

Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran, PT Indeks, Jakarta 2013, hal.231

35


(40)

26

e) Sedapat mungkin, siswa akan tinggal di kelasnya lebih lama, dari pada di kelas lain atau kantin.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) akan berjalan lancar dan kondusif, apabila situasi di dalam kelas mendukung, yaitu:36

a) Sarana belajar berupa bangku siswa harus dalam keadaan baik dan bagus sehingga siswa menjadi nyaman dalam proses belajar.

b) Situasi kelas dalam keadaan bersih, tenang, damai dan jauh dari kebisingan.

c) Ketersediaan alat peraga sebagai pendukung proses belajar mengajar, seperti penggaris panjang, penggaris segitiga, busur dan jangka.

d) Ketersediaan papan tulis (white broad) dalam keadaan baik tanpa cacat dan dapat dipergunakan dalam proses belajar serta spidol dan penghapus.

e) Ketersediaan perlengkapan kebersihan untuk menunjang proses belajar mengajar berjalan lancar.

f) Ketersediaan papan data siswa dan kondisinya dalam keadaan baik dan sudah terisi.

g) Ketersediaan denah bangku siswa.

h) Ketersediaan gambar-gambar yang menunjang proses belajar mengajar, seperti gambar presiden, gambar wakil presiden, gambar pahlawan.

i) Ketersediaan jurnal kelas.

j) 10) Ketersediaan jam dinding dan lemari penyimpan.

Untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar dengan prestasi yang memuaskan, semua pihak memiliki kontribusi. Maka dengan itu pihak sekolah bersama-sama dengan komite sekolah hendaknya bertindak mencari solusi semua permasalahan yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan KBM yang berupa pengadaan sarana dan prasarana kelas.

36


(41)

Berdasarkan dari teori yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa peran wali kelas terkait upaya membina disiplin siswa meliputi: Melakukan pendampingan terhadap siswa dalam pembelajaran, memotivasi siswa agar disiplin, memantau kedisiplinan siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memantau kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah.

Peran tersebut tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Diantaranya dibutuhkan suatu kerja keras bukan hanya dari wali kelas tetapi dari semua pihak yang terkait, yaitu orang tua (wali murid, guru mata pelajaran, BK dan Kepala sekolah. Keinginan/harapan dari wali kelas adalah peserta didikannya yang berbudi pekerti luhur, mampu menghormati orang tua, guru dan sesama peserta didik dan juga memiliki wawasan luas dalam segala bidang melalui teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan penguasaan berbahasa asing sebagai bekal dalam bersaing dalam persaingan pasar global.


(42)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran wali kelas. Peran tersebut meliputi:

1. Mendampingi siswa. 2. Memotivasi siswa.

3. Memantau kedisiplinan siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Al-Islamiyah PUI Jakarta yang beralamatkan di Jalan Pancoran Barat XI Pancoran Jakarta Selatan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai bulan April 2016.

C. Sumber Data

Sumber data atau key information dalam penelitian ini adalah wali kelas dan siswa MA Al-Islamiyah PUI Jakarta.

D. Metode Penelitian

Adapun dalam penulisan penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian yaitu menghimpun data dan fakta dari objek yang diteliti.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.37 Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable peran wali kelas merupakan variable X sebagai variable bebas dan variable membina kedisiplinan siswa merupakan variable Y sebagai variable terikat.

37

Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998) hal. 205


(43)

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian. Populasi yang akan menjadi penelitian yaitu keseluruhan kelas X MA Al-Islamiyah PUI Jakarta.

Sampel penelitian adalah sebagian populasi agar cukup mewakili sifat dan karakter yang mewakili sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya. Untuk itu, yang diambil dan dijadikan sampel peneliti yaitu siswa kelas X yang berjumlah 20 siswa dari 45 siswa dan siswa kelas XI yang berjumlah 20 siswa dari 32 siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Interview (Wawancara).

Wawancara adalah proses Tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.38 Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu, sehingga lebih meyakinkan data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya.

2. Angket/kuesioner

Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.39 Instrument ini disusun sebagai bentuk pernyataan positif mengenai efektifitas pembinaan disiplin siswa oleh wali kelas, sedangkan model datanya adalah:

38

Ibid, h.83.

39


(44)

30

Tabel 3.1

Alternatif Jawaban Positif

No. Alternatif Jawaban Nilai

1 Selalu 4

2 Sering 3

3 Kadang-Kadang 2

4 Pernah 1

5 Tidak Pernah 0

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner

Fokus Penelitian Dimensi Indikator Butir

Soal

Peran Wali Kelas dalam Membina Kedisiplinan Siswa

1. Mendampingi siswa dalam menerapkan disiplin sekolah

1. Menjadi figur orang tua bagi siswa

2. Menjadi teman bagi siswa

1, 2, 3, 4

5, 6, 7 2. Memotivasi siswa

untuk berdisiplin dalam mengikuti proses belajar

1. Memotivasi siswa agar disiplin berpakaian

2. Memotivasi siswa agar memanfaatkan waktu belajar 3. Memotivasi siswa

agar berprestasi di sekolah 8, 9, 10, 11, 12, 13 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24,25


(45)

3. Memantau

kedisiplinan siswa di sekolah

1. Memantau siswa dalam kegiatan belajar

2. Memantau siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler 3. Memantau siswa

dalam mengikuti kegiatan

koekstrakulikuler

26, 27

28, 29

30,31

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data.40 Tujuannya untuk merapihkan data agar bersih dan rapih sehingga dapat mengadakan pengolahan lebih lanjut.

b. Scoring

Yaitu pemberian score terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket, dengan memperhatikan jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi score.

40

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) h. 153.


(46)

32

c. Tabulasi

Pekerjaan tabulasi adalah pekerja membuat tabel. Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.41 Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai kolom dalam setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan yang lain.

2. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik deskriptif prosentase sebagai berikut:

P: Persentase F: Frekuensi

N: Number of case (Banyaknya responden)

41

Ibid, h.155.

P = F x 100 N


(47)

32

A. Profil Sekolah 1. Latar Belakang

Persatuan umat islam (PUI) lahir pada tanggal 5 April 1952 bertepatan dengan 9 Rajab 1371 H di Bogor, sebagai hasil fusi antara dua organisasi besar di Jawa Barat yaitu antara Persikatan Ummat Islam (PUI) yang berpusat di Majalengka dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) yang berpusat di Sukabumi. Sebagai salah satu organisasi pergerakan islam, PUI bergerak dan beramal di bidang Pendidikan, Sosial, dan Kesehatan Masyarakat, Ekonomi dan Dakwah.

Pada tahun 1982 para tokoh Persatuan Ummat Islam (PUI) DKI Jakarta bersama masyarakat bersepakat untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam tingkat SLTA, maka didirikanlah Madrasah Aliyah dengan nama Madrasah Aliyah Al-Islamiyah PUI yang berupaya tampil menjadi lembaga pengkaderan generasi muda Muslim Robbani, yang dapat menegakkan kembali nilai-nilai Islam `ditengah-tengah masyarakat yang sedang dilanda krisis multi dimensi serta menyiapkan dan membekali siswa agar dapat menguasai ilmu pengetahuan yang luas dan memiliki keterampilan sehingga dapat hidup mandiri kreatif dan produktif.

Dalam peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mewajibkan tiap sekolah/madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuyan Pendidikan (KTSP) secara mandiri. KTSP dapat diartikan sebagai kurikulum oprasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP merupakan salah satu bentuk realisasi kebijakan disentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik di sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan kepentingan lokal, nasional, dan tuntutan global. Sejalan dengan semangat Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, maka MA Al-Islamiyah PUI Jakarta mengembangkan


(48)

33

Kurikulum MA Al-Islamiyah PUI Jakarta yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di MA Al-Islamiyah PUI Jakarta.

Kebijakan pemerintah tentang otonomi sekolah yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengelola kurikulumnya sendiri, memberi motivasi bagi MA Al-Islamiyah PUI untuk mewarnai kurikulumnya dengan ciri khas dengan mengembangkan mata pelajaran agama islam, bahasa Arab

dan Tahfizul Qur’an dengan lebih optimal.

Dalam mengembangkan KTSP MA Al-Islamiyah PUI mengacu pada prinsip-prinsip:

i.Berpusat pada potensi peserta didik untuk dikembangkan dan dibina menjadi insan kamil.

ii.Tanggap terhadapperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. iii.Relevan dengan kebutuhan hidup yang terus berkembang.

iv.Menyeluruh, berkesinambungan dan istiqomah. v.Belajar sepanjang hayat.

vi.Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat.

2. Landasan Hukum

Pengembangan KTSP di MA Al-Islamiyah PUI mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terditi dari: Syandar Isi, proses kompetensi lulusan, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan MA Al-Islamiyah PUI dalam pengembangan kurikulumnya mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Isi (SI) serta berlandaskan pada:

 UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.  PP. No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasinoal Pendidikan.  Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI).

 Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).


(49)

 Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

 Peraturan Mendiknas No. 6 tentang perubahan peraturan Menteri Pendidikan nasional No. 24 tahun 2006.

 Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2008 tentang Standar isi Mata Pelajaran Agama dan Bahasa Arab.

 Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta nomor: KW.09.4/1/HK.00.5/5740/2012 tentang Kalender Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan RA, MI, MTs, dan MA Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan Kurikulum MA Al-Islamiyah PUI Jakarta bertujuan agar MA Al-Islamiyah PUI Jakarta memiliki pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan madrasah. Kurikulum MA Al-Islamiyah PUI Jakarta diharapkan pula dapat mengatur dan mengarahkan prosaes pembelajaran yang berlangsung beserta semua pihak yang ikut dalam proses ini untuk kepentingan bersama.

4. Tujuan MA Al-Islamiyah PUI Jakarta a. Visi MA Al-Islamiyah PUI

Tebentuknya insan yang bertaqwa, mandiri, kreatif, berpengetahuan dan berakhlaqul karimah.

b. Misi MA Al-Islamiyah PUI

 Membentuk peserta didik yang bertaqwa.

 Membentuk kepribadian yang berakhlaqul karimah.  Membentuk peserta didik yang kreatif dan terampil.  Membentuk kepribadian yang mandiri.

 Membentuk peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.


(50)

35

c. Tujuan MA Al-Islamiyah PUI  Mewujudkan insan yang bertaqwa.

 Mewujudkan insan yang berakhlaqul karimah.

 Menjadikan lulusan Madrasah Aliyah yang kreatif dan terampil.  Menjadikan lulusan Madrasah Aliyah yang mandiri.

 Menjadikan lulusan Madrasah Aliyah yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan jenjang yang lebih tinggi.

 Meningkat dan melatih kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama islam.

5. Lingkungan Madrasah

a. Lokasi MA Al-Islamiyah PUI terletak di wilayah Jakarta Selatan yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara: Madrasah Ibtidaiyah & Madrasah Tsanawiyah Al-Islamiyah

Sebelah selatan: Kawasan Rumah Penduduk

Sebelah Timur: Jalan Pancoran Barat & Kantor PP PUI Sebelah Barat: Kawasan Rumah Penduduk

Sekitar +-50m sebelah utara terdapat Jalan Gatot Subroto b. Kondisi Lingkungan Madrasah

Berdasarkan jenis-jenis bangunan yang mengelilingi Madrsah Aliyah Al-Islamiyah PUI Jakrta, yang sebagian besar adalah Rumah penduduk. Maka kondisi lingkungan MA Al-Islamiyah PUI Jakarta cukup kondusif sebagai fasilitas pendidikan karena jauh dari kemungkinan pencemaran suara dan kecil lemungkinan adanya pengaruh negative dari tata pergaulan lingkungan luar.


(51)

6. Keadaan Madrasah.

a. Nama : Madrasah Aliyah Al-islamiyah PUI

b. Alamat : Jl. Pancoran Barat XI-A Rt.004/003 Pancoran c. Nomor Statistik : 131231740013

d. Tahun beroprasi : 1982

e. Status Tanah : Hibah / Wakaf

f. Luas Tanah : 182 m2 (belum bersertifikat)

g. Fasilitas : Kelas, Laboratorium, Asrama, Masjid, Perpustakaan, Lapangan Olahraga.

7. Tenaga Kepegawaian dan Kependidikan

a. Tenaga Kepegawaian

Tabel 4.1

Status Kpegawaian, Jabatan, Golongan, dan Jenis kelamin, Kepala Madrasah dan Tenaga Kependidikan.

Status

Kepegawaian Jabatan

Kepala Madrasah dan Guru Tetap

GTT Sub

Jml

Jumlah Gol.

III Gol.IV

BPNS PNS

Kepala Madrasah

dan Guru

L P L P L P L P L P L+P

Tetap

Kepala

Madrasah 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 2

Guru

PNS 11 5 0 1 11 5 0 0 22 11 33

Tidak Tetap

Guru Tidak Tetap

0 0 0 0 0 0 6 3 6 3 9


(52)

37

b. Tenaga Kepedidikan 1) Kepala Madrah

Tabel 4.2

Daftar Nama Kepala Madrasah MA Al-Islamiyah PUI Jakarta

No. Nama Masa Tugas

1 RO. Mahmud, BA 1982-1992

2 KH. Cholid Fadullah 1991-1994

3 Prof. Dr. H. Hasan Mu'arif

Ambari 1994-1995

4 Drs. H.M.U. Zaenudin Kori 1995-2005

5 Jaenal Arifin, S.Ag. 2005-2010

6 Baharulloh, S.Ag.

2010-Sekarang

2) Tenaga Kependidikan

Tabel 4.3 Tenaga Kependidikan

No. Nama Tugas Status

Kepegawaian

1 Zulafhmi, S.Ag.

MA Al-Islamiyah PUI

Karyawan Tetap

2

Ridwan Abdullah

MA Al-Islamiyah PUI

Karyawan Tetap

8. Peserta Didik

a. Jumlah Peserta Didik

Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2015/2016 seluruhnya berjumlah 108 orang. Kelas X berjumlah 45 orang terbagi dalam dua rombongan belajar. Kelas XI berjumlah 32 orang yang terkumpul dalam satu rombongan belajar. Demikian pula Kelas XII yang terdiri atas 31


(53)

orang dan terbagi dalam dua rombongan belajar. Berikut adalah table distribusi penyebaran peserta didik berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.4

Distribusi penyebaran Peserta Didik berdasarkan Jenis Kelamin

KELAS

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

X-A 9 14 23

X-B 8 14 22

XA 14 18 32

XII-A 5 11 16

XII-B 6 9 15

JUMLAH 42 66 108

9. Fasilitas

Tabel 4.5 Fasilitas dan Sarana

Item Jumlah

Ruang kelas 5

Perpustrakaan 1

Lab komputer 1

Asrama Putra 1

Asrama putri 1

Lapangan 1

Masjid 1

Wifi Unlimited

Koperasi Sekolah 1

Sarana dan Prasarana

olahraga Lengkap


(54)

39

10.Kegiatan Ekstrakulikuler dan Ko-Ekstrakulikuler

a. Beladiri b. Bahasa c. Teater d. Pramuka

e. PMR

f. Mentoring g. Tahsin quran

11.Program Unggulan

a. Tahfidz dan Tahsin b. Bahasa Inggris c. Bahasa Arab d. Akuntansi

B. Deskripsi, Analisa, dan Interpretasi Data

Data diperoleh melalui wawancara dengan guru dan penyebaran angket kepada anak didik, berisi 31 pertanyaan yang dijawab oleh 40 responden. Setelah data terkumpul hasil dari wawancara dan angket yang penulis bagikan kepada anak didik, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus prosentase yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel berikut ini:

1. Mendampingi Siswa dalam Menerapkan Disiplin di Sekolah Tabel 4.6

Kesediaan mengayomi siswa

No Alternatif Jawaban S P%

1

a. Sangat Sering b. Sering

c. Kadang-kadang d. Pernah

e. Tidak Pernah

15 18 4 3 -

37,5 % 45 % 10 % 7,5 %

-


(55)

Diantara peran wali kelas yaitu mengayomi siswa, sehingga siswa merasa nyaman dan terbimbing di sekolah. Hal ini pula yang dapat meningkatan kedisiplinan siswa. Presentasi pilihan jawaban sangat sering dan sering yaitu sebesar 37,5 % dan 45 %. Hal ini menggambarkan bahwa wali kelas menjalankan tugas nya yakni mengayomi siswa berjalan dengan baik.

Tabel 4.7

Pemberian pengarahan tentang disiplin kepada siswa

No Alternatif Jawaban S P%

2

a. Sangat Sering b. Sering

c. Kadang-kadang d. Pernah

e. Tidak Pernah

28 10 - 2 - 70 % 25 % - 5 % -

Jumlah 40 100 %

Melalui pengarahan, wali kelas dapat membentuk kedisiplinan siswa. Pilihan jawaban yang diberikan oleh siswa sangat baik mengenai pengarahan yang diberikan oleh wali kelas tentang kedisiplinan. Hal ini tercermin dari presentasi pilihan jawaban sangat sering dan sering yaitu sebesar 70 % dan 25 %.

Tabel 4.8

Menginspirasi siswa dalam berdisiplin

No Alternatif Jawaban S P%

3

a. Sangat Sering b. Sering

c. Kadang-kadang d. Pernah

e. Tidak Pernah

17 18 2 1 - 42,5 % 45 % 5 % 2,5 % -


(56)

41

Tidak hanya melalui pengarahan, pribadi wali kelas pun dapat menjadi inspirasi bagi siswa dalam berdisiplin di sekolah. Pilihan jawaban yang dipilih siswa cukup menggambarkan bahwa wali kelas menjadi seseorang yang menginspirasi bagi siswa dalam berdisiplin di sekolah. Sebesar 42,5 % untuk jawaban sangat sering dan 45 % untuk jawaban sering.

Tabel 4.9

Keteladanan dalam berdisiplin

No Alternatif Jawaban S P%

4

a. Sangat Sering b. Sering

c. Kadang-kadang d. Pernah

e. Tidak Pernah

18 20 1 1 - 45 % 50 % 2,5 % 2,5 % -

Jumlah 40 100 %

Menjadi figur utama di sekolah menjadikan sosok wali kelas sebagai contoh teladan bagi siswa. Begitu pula contoh keteladanan dalam hal berdisiplin di sekolah. Presentasi jawaban yang dipilih siswa yakni sebesar 45 % untuk jawaban sangat sering dan 50 % untuk jawaban sering cukup menggambarkan bahwa wali kelas benar-benar menjadi panutan dalam berdisiplin di sekolah.

Tabel 4.10 Kedekatan dengan siswa

No Alternatif Jawaban S P%

5

a. Sangat Sering b. Sering

c. Kadang-kadang d. Pernah

e. Tidak Pernah

5 20 14 1 - 12,5 % 50 % 35 % 2,5 % -


(1)

10.

Menurut bapak/ibu, mengapa kedisiplinan harus ditanamkan secara baik pada diri siswa?

………

………

11.

Menurut bapak/ibu, kapan seharusnya kedisiplinan itu ditanamkan pada diri siswa?

………

………

………

12.

Menurut bapak/ibu, selain di sekolah dimanakah kedisiplinan harus diajarkan kepada

siswa?

………

………

………

13.

Apa hambatan yang bapak/ibu alami dalam menegakkan kedisiplinan siswa di sekolah?

………

………

………

14.

Solusi apa saja yang bapak/ibu gunakan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa?

………

………

15.

Apa kesan wali kelas terhadap kedisiplinan siswa?

………

………

………


(2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

R1 4 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4

R2 4 3 4 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0

R3 4 4 3 3 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 0 0 0 4

R4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 0 0 2 2

R5 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 0 0 2 0

R6 3 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 0 0 2 2

R7 3 3 3 4 2 2 0 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 0 0 4 4

R8 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 0 0 2 4

R9 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3

R10 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 4

R11 4 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4

R12 4 4 4 4 2 3 0 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4

R13 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2 2 2

R14 4 4 3 4 3 1 0 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 0 0 3 4

R15 4 4 3 4 2 3 0 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 0 0 0 3

R16 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4

R17 4 4 3 3 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 0 0 3 3

R18 1 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2

R19 4 4 4 4 3 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

R20 1 4 1 3 3 2 0 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 2

R21 2 4 4 2 3 4 2 0 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 2 4 2

R22 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 2 4 3 1 1 1 2

R23 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 1 2 1 2

R24 3 3 4 4 3 1 0 1 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1

R25 2 4 4 4 2 1 0 4 4 4 4 0 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 1 2 3 1 2 2 1 1

R26 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 3

R27 3 4 2 4 2 2 2 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 2

R28 2 4 3 3 2 3 0 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 0 2

R29 3 3 3 3 3 3 0 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 1

R30 3 3 3 3 3 3 0 2 3 2 2 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 1

R31 3 4 3 3 1 0 0 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 4 4 0 0 2 3

R32 3 4 3 3 2 1 0 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 1 0 3

R33 4 1 4 1 3 4 1 4 1 3 4 1 4 1 1 4 3 3 4 1 1 1 1 3 4 3 2 3 3 3 1

R34 1 4 4 4 3 1 0 4 1 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1 2 2

R35 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3

R36 3 3 4 4 2 3 0 1 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 2 2 2 2 3

R37 3 3 3 3 2 3 0 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 2 1 0 3 1

R38 3 3 3 3 2 2 0 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 0 0 0 3

R39 3 4 3 3 2 2 0 0 2 2 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1

R40 3 4 4 4 3 2 2 0 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 2

125 147 134 135 109 100 46 127 135 133 144 122 135 142 140 131 130 140 138 125 137 141 137 134 128 136 116 58 56 81 98

796 2419 545

Mendampingi Memotivasi Memantau

Total

Butir Soal Responden


(3)

(4)

(5)

(6)