PERAN WALI KELAS DALAM PENYELENGGARAAN B (1)
PERAN WALI KELAS DALAM PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENANGANAN SISWA BERMASALAH DI KELAS BINAAN ( Studi di SMAN 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar) TESIS OLEH: MUHAMMAD FERDIANSYAH 1103658
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013
ABSTRACT
Muhammad Ferdiansyah. 2013. The Role of Homeroom Teacher on Maintenance Guidance and Counseling in School and the Impact on Dealing with Troubled Students in the Developed Class (Studied in High School 1 Pariangan ’ District Tanah Datar)
The Sensibility of Homeroom teacher to the students’ needs who require guidance and counseling services, will help the alleviated process of the students’ problems which have problems in school. Dealing with troubled students in school cannot be separated from the role and cooperation of various parties including pa rents, BK’s teachers, Subjects’ teachers, homeroom teachers, and the headmaster. Due to the limited parents knowledge on their children growth in school and the limited knowledge of subject s’ teachers to various characteristics of students in the school, then the homeroom teacher can be a primary relation of BK ’s teacher in dealing with troubled students, because they have full responsibilities in handling students’ problems in the class.
This study aimed to describe and answer the research question, the role of the homeroom teachers in the maintenance of guidance and counseling in school and its impact on the dealing with troubled students in the founded class. Therefore, this study can be produced models and troubled student program based education.
The design of this research was qualitative research. The approach used was a descriptive case study. The research was conducted in October 2012. Data collection technique used observation, interviews, and documentation. Data were obtained through homeroom teachers, counseling teachers, the headmaster, subject s’ teachers and the students. To ensure the validity of the data, researcher used standard validity data through, (1) Belief test (2) Exchange tes, (3) Defendibility test (4) Conformity test. Data were analyzed with analysis of dominant presented by Yin which consisted of analysis on pairing patterns, explanation and time series.
The results of this study showed that homeroom teacher’s role in the maintenance of guidance and counsling were still weakness. It was caused: (1) lack of understanding of the homeroom guidance and counseling, (2) lack of functional communication between counselor and homeroom teachers, (3) lack of guidance and counseling’s public services, (4) there were no effort of insentive constructing carried out the headmaster in improving the competence of the counselor, (5) no time classes given to counselor, and (6) there was reference of the “Regulation books in the School ” as a standard reference on dealing with troubled students. Consequently, dealing with troubled students held in school tended to use disciplined approach in an allivated effort.
ABSTRAK
Muhammad Ferdiansyah. 2013. Peran Wali Kelas Dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Serta Dampaknya Terhadap Penanganan Siswa Bermasalah di Kelas Binaan (Studi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar)
Kepekaan wali kelas akan kebutuhan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, akan yang membantu proses pengentasan permasalahan siswa yang mengalami masalah di sekolah. Penanganan siswa bermasalah di sekolah tidak lepas dari peran dan kerja sama berbagai pihak antara lain orangtua, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, dan kepala sekolah. Karena terbatasnya pengatahuan orangtua terhadap perkembangan anaknya di sekolah dan terbatasnya pengetahuan guru mata pelajaran terhadap berbagai karakteristik siswa di sekolah, maka wali kelas dapat menjadi relasi utama guru BK dalam penanganan siswa bermasalah, karena wali bertanggung jawab penuh dalam penanganan masalah siswa di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan dan menjawab pertanyaan penelitian, mengenai peran wali kelas dalam penyelengaraan bimbingan dan konseling di sekolah serta dampaknya terhadap penanganan siswa bermasalah di kelas binaan. Sehingga dari penelitian ini dapat dihasilkan model dan program penanganan siswa bermasalah yang berbasis pendidikan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data diperoleh melalui wali kelas, guru BK, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan siswa. Untuk menjamin keabsahan data, peneliti menggunakan standar keabsahan data keabsahan data melalui, (1) uji Kepercayaan (2) uji Keteralihan, (3) uji Defendibilitas (4) uji Konformitas. Data dianalisis dengan menggacu pada analisis dominan yang di kemukakan Yin yang terdiri dari analisis penjodohan pola, ananlisis penjelasan dan analisis deret waktu.
Temuan penelitian ini menunjukan bahwa, peran wali kelas dalam penyelenggaraan BK masih terdapat kelemahan. Lemahnya penyelenggaraan bimbingan dan konseling disebabkan karena; (1) kurangnya pemahaman wali kelas mengenai BK, (2) lemahnya komunikasi fungsional antara guru BK dan wali kelas, (3) kurangnya pemasyarakatan pelayanan bimbingan dan konseling, 4) belum adanya upaya pembinaan yang intensif dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru BK dan, (5) tidak ada jam masuk kelas bagi guru BK, (6) dan adanya acuan ”Kitab Undang-undang Hukum Pidana Sekolah” sebagai acuan standar penanganan siswa bermasalah. Akibatnya penanganan siswa bermasalah yang dilaksanakan di sekolah cenderung menggunakan pendekatan disiplin dalam usaha pengentasannya.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah Penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hida yah Nya penyusunan tesis yang berjudul ”Peran Wali Kelas Dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Serta Dampaknya Terhadap Penanganan Siswa Bermasalah (Studi di SMAN 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar) dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama menyelesaikan banyak mendapat dorongan, bimbingan, dan kerja sama dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui lembar pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan, yaitu:
1. Prof.Dr. A. Muri Yusuf. M.Pd, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan arahan sehingga penyusunan tesis ini terselesaikan.
2. Dr. Dahanis. M.Pd. Kons, selaku Pembimbing II dan ketua program studi yang telah menyediakan waktu dalam membimbing, memberikan arahan, dan dorongan agar penyusunan tesis ini selesai tepat waktu.
3. Prof. Dr. Firman.M.S. Kons selaku dosen penguji sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang yang telah memberikan masukan, saran, dan dukungan untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Mudjiran.M.S. Kons selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan dukungan untuk menyelesaikan tesis ini.
5. Prof. Dr. Sufyarma.M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan dukungan untuk memyelesaikan tesis ini.
6. Kepala SMAN 1 Pariangan dan seluruh personel sekolah yang telah memberikan data dan kemudahan kepada peneliti dalam rang penyusunan tesis ini.
7. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, beserta Pembantu Dekan I,II, dan III beserta segenap karyawan yang telah memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi penelitian.
vi
8. Bapak/IbuDosen Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pendidkan Universitas Negeri Padang dan Program Pendidikan Profesi Konselor Universitas Negeri Padang yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada proses perkuliahan dan membantu peneliti.
9. Rektor Universitas Sriwijaya beserta Pembantu Rektor I, II dan III. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beserta Pembantu Dekan I,II dan III, beserta Ketua Jurusan, Ketua Prodi dan semua dosen Program Studi Bimbingan dan konseling Universitas Sriwijaya yang telah memberikan kemudahan peneliti dalam menempuh pendidikan pascasarjana.
10. Untuk kedua orangtua-ku tersayang, nenek, saudara-saudaraku dan semua keponakanku yang telah memberikan dukungan moril, materil untuk meraih keberhasilanku.
11. Untuk rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pascasarjana dan rekan- rekan Program Pendidikan Profesi Konselor Universitas Negeri Padang, Angkatan XII Tahun 2011 yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
12. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dan dukungannya, yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan, dorongan, bimbingan, simpati, dan kerjasama yang telah diberikan semua pihak, diterima oleh Allah SWT, sebagai amal ibadah, Amin.
Padang, April 2013
Peneliti
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Masa Kerja Guru SMAN 1 Pariangan Padang .................................... 61
2. Sarana Penunjang Proses Pembelajaran .............................................. 64
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ................................................................................ 40
2. Data Display Diagram Tulang Ikan ( Fish Bone ) ................................. 105
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto-foto sekolah selama peneliti di lapangan ..................................... 136
2. Catatan Lapangan dan Transkrip Wawancara...................................... 138
3. Program dan Model Penaganan siswa bermasalah .............................. 110
4. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Sekolah ..................................
5. Profil SMAN 1 Pariangan ...................................................................
6. Surat Izin Penelitian Program Pascasarjana FIP UNP .........................
7. Surat Izin Penelitian Pemerintah Kabupaten Tanah Datar (KESBANGPOL) .................................................................................
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian pada SMAN 1 Pariangan ..............................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketentuan perundang-undangan tentang perlunya pendidik sebagai tenaga professional, mengisyaratkan bahwa pekerjaan pendidikan tidak boleh diselenggarakan dengan cara apa adanya, dalam suasana asal jadi, dan dengan hasil apapun yang diperoleh, melainkan suatu upaya atau kegiatan dengan cara-cara profesional, dalam suasana profesional, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara profesional, yaitu pengembangan peserta didik secara optimal untuk kehidupan yang menghidupkan, mensejahterakan dan membahagiakan (Prayitno, 2010: 8). Lebih jauh keprofesionalan pendidik tidak datang dan terlaksana dengan sendirinya, melainkan melalui upaya profesionalisasi sebagaimana telah ditegaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 1 yang berbunyi:
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
1 adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Guru Bimbingan dan Konseling (selanjutnya disebut guru BK) sebagai salah satu pendidik adalah penyelenggara kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Mereka diwajibkan memenuhi persyaratan untuk melaksanakan fungsi dan tugas profesional dalam wilayah pendidikan. Akan Guru Bimbingan dan Konseling (selanjutnya disebut guru BK) sebagai salah satu pendidik adalah penyelenggara kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Mereka diwajibkan memenuhi persyaratan untuk melaksanakan fungsi dan tugas profesional dalam wilayah pendidikan. Akan
Guru BK sebagai salah satu profesi pendidik, memiliki peran yang besar sebagai pengampu pelayanan konseling dalam penyelenggaraan pendidikan (Prayitno, 2010: 10). Penyelenggaraan pendidikan mencakup kegiatan konseling, pembentukan karakter, penggalian potensi peserta didik, dan kemandirian yang terintegrasi dalam suatu proses pembelajaran. Proses tersebut dilakukan melalui kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang pengembangan bidang pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar, dan pengembangan karir di satuan pendidikan tertentu (TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi).
Selanjutnya aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru BK, dalam menunjang keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak terlepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain guru BK sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan peran kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, dan staf tata usaha. Peran wali kelas sangat diharapkan dalam menunjang kepentingan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Gibson dan Mitchell (Alih bahasa Yudi Santoso, 2010: 108) menyatakan bahwa dalam “batas- batas tertentu ” wali kelas dapat bertindak sebagai guru BK bagi siswanya. Hal ini dikarenakan, wali kelas merupakan guru yang paling mempunyai waktu kontak lebih besar dari para personel sekolah lainnya, dan Selanjutnya aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru BK, dalam menunjang keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak terlepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain guru BK sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan peran kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, dan staf tata usaha. Peran wali kelas sangat diharapkan dalam menunjang kepentingan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Gibson dan Mitchell (Alih bahasa Yudi Santoso, 2010: 108) menyatakan bahwa dalam “batas- batas tertentu ” wali kelas dapat bertindak sebagai guru BK bagi siswanya. Hal ini dikarenakan, wali kelas merupakan guru yang paling mempunyai waktu kontak lebih besar dari para personel sekolah lainnya, dan
Wali kelas adalah relasi utama guru BK pada saat menjalankan perannya dalam penyelenggaraan bimbingan dan koseling di sekolah, karena wali kelas lah yang memiliki intensitas kontak harian wali kelas dengan siswa lebih besar dari pada guru BK (Gibson dan Mitchell, 2010: 108). Pernyataan ini, diperkuat dengan fakta di lapangan bahwa, intensitas kontak pribadi harian guru BK di SMAN 1 Pariangan dengan para siswa belum maksimal, yang mengakibatkan pengetahuan pribadi guru BK terhadap kebutuhan siswa akan konseling terbatas. Oleh karena itu guru BK perlu bekerjasama lebih erat dalam mendorong para guru, untuk lebih aktif memberitahu siswa agar berinisiatif untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling. Mengacu pada asumsi tersebut, maka kepekaan wali kelas akan kebutuhan –kebutuhan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, akan berperan besar bagi pengentasan masalah siswa-siswa yang mengalami pemasalahan di sekolah. Di samping itu, guru BK sendiri idealnya sebisa mungkin bekerjasama dengan wali kelas atau pun guru mata pelajaran mengenai gejala-gejala siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling. Hal ini disebabkan, karena yang terjadi di lapangan biasanya siswa cenderung berusaha menutupi masalah dan menyimpannya di dalam hati, seperti sebuah ujung dari puncak gunung es yang mengambang di lautan.
Penanganan siswa bermasalah di sekolah tidak lepas dari peran dan kerjasama berbagai pihak antara lain orangtua, guru BK, guru mata pelajaran,
wali kelas, dan kepala sekolah. Orangtua berperan dalam mendidik anaknya di rumah, guru mata pelajaran berperan pada fokus penguasaan materi pelajaran. Mengingat terbatasnya pengatahuan orangtua terhadap perkembangan anaknya di sekolah, dan terbatasnya pengetahuan guru mata pelajaran terhadap berbagai karakteristik siswa di sekolah. Oleh sebab itulah wali kelas dapat menjadi relasi utama guru BK dalam penanganan siswa bermasalah, karena wali kelas yang cenderung dilibatkan dalam menangani masalah siswa di kelas. Semua permasalahan yang dialami siswa di sekolah, hendaknya didiskusikan bersama dan dicari pemecahannya. Orangtua dipanggil ke sekolah setelah permasalahan dicoba diselesaikan oleh siswa sendiri dibantu guru BK, kecuali jika kasus mendesak yang harus segera diselesaikan bersama orangtua.
Lebih jauh Gibson dan Mitchell, (Alih bahasa Yudi Santoso, 2010: 109) menegaskan peran wali kelas terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, tidak hanya terbatas kepada pengenalan ciri siswa bermasalah saja. Karena jauh lebih penting jika wali kelas mendorong dan mengimbau siswa untuk berinisiatif sendiri menemui guru BK, maka akan terbuka kesempatan bagi guru BK untuk membantu mengatasi masalah siswa. Karena wali kelas mungkin tidak sanggup menyelesaikan masalah siswa ketika didatangi dengan masalah pribadi yang cukup rumit, sehingga wali kelas perlu merekomendasikan siswa tersebut untuk menghadap kepada guru BK. Oleh karena itu hendaknya selama proses konseling, wali kelas tidak boleh berhenti untuk peduli terhadap siswa, selama serangkaian proses konseling Lebih jauh Gibson dan Mitchell, (Alih bahasa Yudi Santoso, 2010: 109) menegaskan peran wali kelas terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, tidak hanya terbatas kepada pengenalan ciri siswa bermasalah saja. Karena jauh lebih penting jika wali kelas mendorong dan mengimbau siswa untuk berinisiatif sendiri menemui guru BK, maka akan terbuka kesempatan bagi guru BK untuk membantu mengatasi masalah siswa. Karena wali kelas mungkin tidak sanggup menyelesaikan masalah siswa ketika didatangi dengan masalah pribadi yang cukup rumit, sehingga wali kelas perlu merekomendasikan siswa tersebut untuk menghadap kepada guru BK. Oleh karena itu hendaknya selama proses konseling, wali kelas tidak boleh berhenti untuk peduli terhadap siswa, selama serangkaian proses konseling
Potensi bagi keberhasilan program bimbingan dan konseling sekolah sangat bergantung pada taraf kondusifnya iklim sekolah, lingkungan belajar, praktik hubungan positif lingkungan manusia dan pengembangan potensi siswa. Oleh sebab itu, peran wali kelas dan para personel sekolah lain sangat penting dalam mendukung keberhasilan program bimbingan dan konseling. Karena sebuah kontribusi signifikan yang bisa dibuat wali kelas bagi program bimbingan dan konseling adalah mendukung dan menguatkan guru BK untuk terus menciptakan lingkungan yang dapat memotivasi siswa-siswa dalam rangka mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kontribusi tersebut berperan besar karena dapat memastikan cara siswa memandang dan memanfaatkan peran petugas BK yang ada di sekolah.
Berdasarkan fakta yang terungkap melalui pengamatan awal ( grand tour ) di SMAN 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 Oktober 2012. Peneliti menemukan beberapa fenomena yang diantaranya, kegiatan konseling masih belum berjalan secara optimal. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya pelanggaran dilakukan oleh siswa. Pelanggaran tersebut meliputi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terhadap tata tertib sekolah, kurangnya kedisiplinan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan tingkat persentase ketidak hadiran siswa tanpa keterangan. Seluruh pelanggaran tersebut ditemukan melalui wawancara Berdasarkan fakta yang terungkap melalui pengamatan awal ( grand tour ) di SMAN 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 Oktober 2012. Peneliti menemukan beberapa fenomena yang diantaranya, kegiatan konseling masih belum berjalan secara optimal. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya pelanggaran dilakukan oleh siswa. Pelanggaran tersebut meliputi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terhadap tata tertib sekolah, kurangnya kedisiplinan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan tingkat persentase ketidak hadiran siswa tanpa keterangan. Seluruh pelanggaran tersebut ditemukan melalui wawancara
Adapun fakta lain yang ditemukan melalui wawancara awal dengan salah satu guru BK di SMAN 1 Pariangan pada tanggal 29 Oktober 2012. Diperoleh keterangan bahwa, guru BK tidak mendapatkan jam khusus masuk kelas. Hal ini berakibat pada rendahnya intensitas kontak harian guru BK terhadap siswa. Konsekuensinya berimbas pada kurangnya pengetahuan guru BK terhadap siswa-siswi yang mengalami permasalahan di sekolah. Selain itu, guru BK juga masih mengalami hambatan dalam melaksanakan program pelayanan yang telah dibuat secara terencana, sebagai akibat karena tidak memiliki jam khusus masuk kelas. Idealnya dalam pelaksanaan program layanan guru BK hendaknya dapat memberikan materi-materi layanan yang menjangkau semua kebutuhan peserta didik. Akan tetatpi kenyataannya di lapangan, umumnya materi-materi layanan yang perlu dilaksanakan melalui format klasikal dan kelompok hanya bisa dilaksanakan secara insidental, jika ada guru mata pelajaran yang tidak masuk kelas.
Fakta lain yang terlihat oleh peneliti, koordinasi yang terjadi antara guru BK dan personel sekolah belum berjalan secara ideal, yang ditandai dengan kepala sekolah sering memberikan tugas di luar dari kewenangan tugas guru BK. Dalam hal ini, guru BK umumnya melaksanakan tugas dari kepala sekolah. Tugas-tugas tersebut diantaranya pencatat pelanggaran siswa seperti, siswa yang berkelahi, tidak memakai seragam lengkap, bolos dan tidak mengikuti upacara bendera pada hari senin.
Satu hal yang menarik terlihat ialah SMA N 1 Pariangan sendiri adalah sekolah yang mendapatkan akreditasi “A” yang seharusnya mutu
setiap sekolah atau madrasah yang mendapatkan akreditasi A dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien”
(Depdiknas, Dirjen Mendikdasmen, Direktorat Pembinaan SMA 2008). Selain itu, dari hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 29 Okrober 2012. Diperoleh informasi dari personel sekolah bahwa SMAN 1 Pariangan selalu berupaya untuk berbenah dalam meningkatkan setiap bidang penyelenggaran pendidikan sekolah dan hal penting lainnya. Selain itu pada saat peneliti melakukan wawancara dengan koordinator guru BK pada tanggal
20 Oktober 2012, guru BK berharap dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada semua siswa yang membutuhkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar serta dampaknya terhadap penanganan siswa bermasalah. Berangkat dari fenomena tersebut, keberadaan wali kelas yang diangkat merangkap sebagai tenaga pembimbing dan orangtua kedua siswa di sekolah, maka peneliti menganggap suatu hal yang menarik perhatian, untuk meneliti mengenai dan mengkaji lebih dalam bagaimana “Peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar serta dampaknya terhadap penanganan siswa bermasalah dikelas binaan”
B. Masalah dan Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat masalah dan fokus penelitian yang hendak diungkap dari wali kelas, guru BK, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wakil kepala sekolah adalah bagaimana peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan Kabupaten Tanah Datar serta dampaknya terhadap penanganan siswa bermasalah di kelas binaan. Adapun rincian yang menjadi masalah dan fokus penelitian ini adalah:
1. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian masalah di yang terdapat dalam latar belakang tersebut adalah:
a. Penyelenggaran bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan yang kegiatanya belum menjangkau semua siswa.
b. Gambaran koordinasi guru BK, kepala sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran yang belum terjalin.
c. Kondisi kinerja guru BK SMAN 1 Pariangan yang bekerja di luar tugas dan fungsinya.
d. Masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan layanan format klasikal.
e. Pemasyarakatan BK terhadap seluruh personel sekolah dan siswa belum terlaksana secara baik.
f. Masih banyak ditemukan siswa yang melanggar tata tertib di sekolah.
g. Guru BK sering mendapatkan tugas di luar pekerjaan guru BK.
2. Fokus Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan tersebut, peneliti memfokuskan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan lemahnya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan?
c. Bagaimana dampak peran wali kelas terhadap penanganan siswa bermasalah dalam bimbingan dan konseling?
C. Tujuan Penelitian
Merujuk pada fokus penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan.
2. Mengambarkan faktor-faktor yang menyebabkan lemahnya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan.
3. Mendeskripsikan dan membahas bagaimana dampak peran wali kelas terhadap penanganan siswa bermasalah di SMAN 1 Pariangan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khazanah teori bimbingan dan konseling mengenai peran wali kelas terhadap penyelenggaraan bimbingan dan konseling serta dampaknya terhadap penanganan siswa bermasalah.
b. Memperkaya pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep pendekatan bimbingan dan konseling dalam upaya penanganan dan pengentasan pada siswa yang bermasalah.
c. Hasil temuan ini selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan, yang berkaitan dengan peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling serta dampaknya terhadap penanganan siswa bermasalah.
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar magister pendidikan.
b. Sekolah, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas kerja wali kelas dan guru bimbingan dan konseling terhadap perannya masing-masing dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
c. Wali kelas, sebagai bahan pertimbangan untuk menjalin kerjasama dengan guru BK dalam upaya menyelengarakan kegiatan bimbingan dan konseling.
d. Sebagai masukan kepada guru BK dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
e. Guru BK, sebagai masukan untuk pentingnya membangun kerjasama dengan wali kelas dan personel sekolah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
f. Sebagai masukan dan perhatian dalam kegiatan Musyawarah Guru bimbingan dan konseling (MGBK).
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Peran Wali Kelas
a. Pengertian Peran
Menurut teori peran ( Role theory) peran adalah sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu Biddle dan Thomas (dalam Yamin Setiawan, 2008 online diakses 3 Oktober 2012). Menurut teori peran, peran yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula, tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam suatu situasi dan tidak sesuai pada situasi lain relative independent (bebas) pada seseorang yang menjalankan peran tersebut. Lebih lanjut Chaplin (2008: 439) menyatakan peran adalah fungsi individu atau peranannya dalam satu kelompok atau institusi.
Kemudian Oemar Hamalik (2009: 33) mengemukakan yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku tertentu yang mempunyai ciri khas sesuai dengan tugas dan perkerjaan atau jabatan tertentu. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata peran berarti pemain, sedangkan kata peranan berarti bagian yang dimainkan seseorang pemain atau fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia 2008). Selanjutnya menurut Andi Mappriare (2006: 284) menyatakan peran adalah tingkah laku yang dianggap layak bagi kedudukan, jabatan, wewenang atau status seseorang Kemudian Oemar Hamalik (2009: 33) mengemukakan yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku tertentu yang mempunyai ciri khas sesuai dengan tugas dan perkerjaan atau jabatan tertentu. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata peran berarti pemain, sedangkan kata peranan berarti bagian yang dimainkan seseorang pemain atau fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia 2008). Selanjutnya menurut Andi Mappriare (2006: 284) menyatakan peran adalah tingkah laku yang dianggap layak bagi kedudukan, jabatan, wewenang atau status seseorang
Dalam ilmu sosial, peran dapat diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena fungsi yang didudukinya tersebut. Pengertian peran dalam kelompok tersebut, merupakan pengertian yang dikembangkan oleh paham strukturalis, dimana lebih berkaitan antara peran-peran sebagai unit kultural yang mengacu kepada hak dan peraturan yang mengacu kepada hak dan kewajiban yang secara normatif telah dicanangkan oleh sistem budaya. Akan tetapi peran dalam paham interaksionis, lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seorang dikatakan menjalankan peran, maka ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari status yang disandangnya.
Mengacu pada beberapa pengertian tersebut, dapat dimaknai bahwa peran adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang berkenaan dengan jabatan, fungsi, tanggung jawab, kewajiban dan wewenang dari seseorang yang mempunyai kedudukan dalam suatu sistem masyarakat atau suatu lembaga.
b. Pengertian Wali Kelas Wali Kelas adalah guru yang diberikan tugas khusus di samping mengajar untuk mengelola status kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling di kelasnya (Depdiknas, Pedoman khusus BK di SMA, 2004: 38).
Senada dengan pernyataan tersebut A. Juntika Nurihsan (2006: 66) mengemukakan bahwa wali kelas adalah personel sekolah yang menjadi mitra kerja utama guru BK atau konselor dalam aktivitas bimbingan dan konseling di sekolah.
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, wali kelas
adalah guru yang diserahi tugas khusus, sebagai pengelola kelas tertentu yang bertanggung jawab untuk, memfasilitasi siswa-siswa di kelas yang memerlukan pelayanan dan konseling dan pelayanan pendidikan lainnya.
c. Peran dan Tanggung jawab Wali Kelas dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Wali kelas adalah orang yang paling banyak berhubungan langsung dengan siswa di sekolah dari pada guru BK, wali kelas selalu berada dalam hubungan yang erat dengan siswa, wali kelas mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari diri siswa, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, apabila wali kelas teliti dan menaruh perhatian, maka wali kelas akan mengetahui sifat-sifat siswanya, kebutuhannya, minatnya, masalah-masalahnya, titik kelemahan serta kekurangannya (Gibson dan Mitchell, 2010: 108).
Sebagai pengelola kelas tertentu, wali kelas juga berperan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling, sebagai mana yang tertuang dalam Depdiknas: Pedoman Khusus BK di SMA (2004: 42 ) sebagai berikut:
1) membantu guru BK melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
2) membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3) membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling.
4) berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus.
5) mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru BK atau wali kelas.
Perlu disadari bahwa kelas adalah masyarakat kecil, di sana duduk siswa-siswa yang juga merupakan anggota masyarakat yang masih terbungkus dalam tubuh yang masih kecil, cara berfikir yang masih labil, dan mereka perlu tuntunan, panutan dari sang guru terutama wali kelas. Siswa-siswi yang masih labil tersebut hendaknya harus diarahkan dengan baik dan benar agar kelak mereka menjadi anggota masyarakat yang baik.
Karena pendidikan dan kedudukannya itu, wali kelas berwenang sepenuhnya dan mampu untuk mempelajari serta memahami siswa- siswanya, bukan hanya sebagai individu tetapi juga sebagai anggota kelompok atau kelasnya. Sejak siswa masuk sekolah, sampai sekolah usai wali kelas akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu dalam Karena pendidikan dan kedudukannya itu, wali kelas berwenang sepenuhnya dan mampu untuk mempelajari serta memahami siswa- siswanya, bukan hanya sebagai individu tetapi juga sebagai anggota kelompok atau kelasnya. Sejak siswa masuk sekolah, sampai sekolah usai wali kelas akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu dalam
Agar dapat memahami siswa-siswa dengan baik, wali kelas perlu menyimpan, mencatat data siswa serta, bahan-bahan informasi lainnya kedalam catatan komulatif atau catatan- catatan sekolah. Sebagian dari data yang didapat dari siswa itu sendiri, dari orang tua siswanya yang diperoleh melalui formulir-formulir isian atau formulir informasi lisan dan data lainnya dihasilkan dari pelaksanaan tes, melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan siswa, kebiasaan, tingkah lakunya baik di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah.
Wali kelas merupakan mitra utama guru BK diantara petugas bimbingan. Pada umumnya wali kelas berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah, sikap dan kebutuhan siswa, sehingga mudahlah baginya untuk memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya. Bimbingan dan konseling sebagai usaha kerjasama yang harus diselenggarakan akan berdaya guna dan berhasil apabila setiap personelnya masing-masing ikut serta. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh A. Juntika Nurihsan (2007: 67) bahwa;
Tanggung jawab wali kelas dalam penyelenggaran bimbingan dan konseling di sekolah adalah (1) membantu secara efektif penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah, (2) memberikan informasi tentang siswa mengenai bidangnya, (3) mengusahakan layanan informasi yang memberikan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan siswanya, (4) berpartisipasi dalam pertemuan khusus, (5) meneliti kekurangan dan kesukaran tentang kemajuan siswa, (6) mengadakan hubungan dan konsultasi dengan orang tua siswa, (7) mengumpulkan data siswa untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang dihadapi oleh siswa.
Sementara itu, lebih jauh Gibson dan Mitchell, (2010: 107) mengemukakan peran dan tanggung jawab wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Pendengar dan Pemberi Nasehat
Wali kelas adalah personel sekolah yang memiliki waktu paling banyak untuk bertemu dengan para siswa dibandingkan dengan personel sekolah lainnya. Oleh karena itu, wali kelas seharusnya memiliki pengetahuan paling luas tentang siswa-siswanya, berkomunikasi dengan mereka setiap hari, dan dapat menjalin hubungan yang kondusif untuk mendorong perkembangan yang optimal pada setiap siswa. Dapat dikatakan wali kelas menjadi jembatan antara siswa dan guru BK guna mengimplementasikan program bimbingan dan konseling.
2. Sebagai Agen Penerima dan Perujuk Siswa
Wali kelas tak dapat dihindarkan, menjadi sumber utama bagi program-program alih tangan atau rujukan dari guru BK. Banyak program-program bimbingan dan konseling yang tergantung pada informasi wali kelas, tentang kondisi dan kebutuhan siswa, serta rujukan guru berkenaan dengan siswa-siswa yang membutuhkan bantuan atau bimbingan. Para wali kelas sekolah dengan demikian, perlu mendorong para guru untuk secara aktif menemukan siswa- siswanya yang membutuhkan bantuan dan kemudian merujuknya pada Wali kelas tak dapat dihindarkan, menjadi sumber utama bagi program-program alih tangan atau rujukan dari guru BK. Banyak program-program bimbingan dan konseling yang tergantung pada informasi wali kelas, tentang kondisi dan kebutuhan siswa, serta rujukan guru berkenaan dengan siswa-siswa yang membutuhkan bantuan atau bimbingan. Para wali kelas sekolah dengan demikian, perlu mendorong para guru untuk secara aktif menemukan siswa- siswanya yang membutuhkan bantuan dan kemudian merujuknya pada
3. Sebagai Penemu Potensi Siswa.
Berkaitan dengan usaha mendorong terjadinya perkembangan yang optimal bagi setiap siswa, maka wali kelas diharapkan untuk tidak hanya memusatkan perhatian pada proses membelajarkan materi pelajarannya saja, tetapi juga melakukan pengamatan sehari-hari untuk menemukan potensi siswa, khususnya keunggulannya. Meskipun banyak wali kelas yang mungkin kurang memiliki pengalaman, latihan, dan kepandaian yang mencukupi untuk bakat-bakat atau talenta khusus dari mayoritas siswa-siswanya, akan tetapi wali kelas perlu terlibat dalam upaya mengungkap bakat dan talenta para siswa. Untuk itu wali kelas dapat mengikuti atau diikutkan dalam program-program khusus tentang penelusuran bakat siswa. Peran wali kelas sebagai pengungkap potensi siswa tidak hanya berkaitan dengan misi dari program-program bimbingan dan konseling sekolah, tetapi juga untuk memenuhi tanggung jawab pendidikan bagi individu dan masyarakat.
4. Sebagai Pendidik Karir.
Berkaitan erat dengan peran-peran yang telah disebutkan, wali kelas memiliki peran sentral dalam program pendidikan karir. Karena pendidikan karir diakui sebagai bagian dari pendidikan siswa secara keseluruhan, penting juga untuk mengakui tanggung jawab wali kelas untuk mengintegrasikan pendidikan ke dalam mata pelajaran (di Indonesia barangkali ini berkaitan dengan pendekatan kontekstual yang belakangan ini banyak dianjurkan). Pendidikan karir tak akan berhasil tanpa bimbingan karir dan keberhasilan dari program-program bimbingan karir. Oleh karena itu, keberhasilan dalam program pendidikan karir akan sangat berkaitan dengan peran wali kelas.
Para wali kelas dapat memenuhi tanggung jawabnya sebagai pendidik karir dengan cara mengembangkan respek dan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan, mendorong siswa mengembangkan sikap positif terhadap penidikan dan hubungannya dengan persiapan karir dan pengambilan keputusan. Wali kelas juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji konsep, keterampilan, dan peran serta mengembangkan nilai-nilai yang relevan dengan karir masa depan. Wali kelas juga dapat merancang kelas menjadi suatu lingkungan belajar yang dapat merangsang wawasan dan eksplorasi karir.
5. Sebagai Fasilitator Hubungan Siswa.
Keberhasilan dari berbagai program bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh iklim sekolah. Sekolah seharusya menjadi lingkungan yang kondusif untuk memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan hubungan antar manusia yang positif. Dalam hal ini, wali kelas memiliki peran yang dominan untuk menciptakan iklim semacam itu. Seorang ahli pendidikan, Benyamin Bloom, melalui bukunya yang berjudul “ Human Characteristics and School Learning (1976) ” telah mengemukakan peran lingkungan atau iklim kelas sebagai faktor yang mempempengaruhi kinerja dan hasil belajar siswa. Menurutya, iklim lingkungan kelas yang kondusif dapat memungkinkan 95% siswa menguasai semua mata pelajaran.
Hasil-hasil penelitian juga telah membuktikan hal itu. Hasil penelitian Bloom sendiri membuktikan bahwa, banyak siswa akan memperlihatkan kesamaan baik dalam derajat belajar, maupun motivasi untuk belajar jika mereka diberikan suatu kondisi lingkungan yang kondusif untuk belajar. Di sisi lain, beberapa hasil penelitian juga menyatakan bahwa jika lingkungan di kelas tidak kondusif, akan terjadi perbedaan dalam kinerja dan capaian prestasi belajar dan ini akan memperluas gap (jarak) antara siswa berprestasi tinggi dan siswa berprestasi rendah. Dalam melaksanakan peran sebagai fasilitator hubungan ini, wali kelas memiliki peluang untuk menjadi model bagi bentuk relasi antara manusia yang positif. Ini dapat menjadi suatu Hasil-hasil penelitian juga telah membuktikan hal itu. Hasil penelitian Bloom sendiri membuktikan bahwa, banyak siswa akan memperlihatkan kesamaan baik dalam derajat belajar, maupun motivasi untuk belajar jika mereka diberikan suatu kondisi lingkungan yang kondusif untuk belajar. Di sisi lain, beberapa hasil penelitian juga menyatakan bahwa jika lingkungan di kelas tidak kondusif, akan terjadi perbedaan dalam kinerja dan capaian prestasi belajar dan ini akan memperluas gap (jarak) antara siswa berprestasi tinggi dan siswa berprestasi rendah. Dalam melaksanakan peran sebagai fasilitator hubungan ini, wali kelas memiliki peluang untuk menjadi model bagi bentuk relasi antara manusia yang positif. Ini dapat menjadi suatu
6. Sebagai Pendukung Program Bimbingan dan Konseling. Sebagai anggota tim dalam pengelolaan bimbingan dan konseling maupun dalam mendorong perkembangan yang optimal bagi setiap peserta didik, wali kelas memiliki peran penting untuk mendorong, atau memberikan dukungan pada pelaksanaan program- program bimbingan dan konseling di sekolah. Dukungan ini dapat diberikan antara lain dengan cara memberikan informasi kepada siswa tentang program-program bimbingan dan konseling sekolah dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan program-program tersebut. Bertindak sebagai agen referal seperti telah dikemukakan di atas, tentu saja juga merupakan bagian dari dukungan yang dapat diberikan oleh wali kelas kepada guru BK.
Wali kelas juga dapat mendukung guru BK dalam memfasilitasi program-program penilaian individual atau pengumpulan dan inventarisasi data siswa. Meskipun secara teoretik diakui bahwa, wali kelas memainkan peran penting dalam mengefektifkan program- program bimbingan dan konseling diberbagai jenjang pendidikan, tapi faktanya para wali kelas banyak yang masih secara insidental terlibat dalam program-program bimbingan dan konseling. Banyak wali kelas mungkin merasa tidak yakin tentang tujuan bimbingan dan kurang Wali kelas juga dapat mendukung guru BK dalam memfasilitasi program-program penilaian individual atau pengumpulan dan inventarisasi data siswa. Meskipun secara teoretik diakui bahwa, wali kelas memainkan peran penting dalam mengefektifkan program- program bimbingan dan konseling diberbagai jenjang pendidikan, tapi faktanya para wali kelas banyak yang masih secara insidental terlibat dalam program-program bimbingan dan konseling. Banyak wali kelas mungkin merasa tidak yakin tentang tujuan bimbingan dan kurang
Dari uraian yang dikemukakan tersebut, maka dapat dimaknai bahwa, wali kelas sebagai guru yang paling banyak mempunyai kontak langsung dengan siswa kelasnya, memiliki peran yang sangat sentral dalam merencanakan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif dan dapat memotivasi siswa yang membutuhkan pelayanan konseling sehingga dapat memperlancar tugas guru BK dalam melaksanakan tugas khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawab wali kelas tersebut.
2. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan
Pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia (Prayitno, 2004: 92). Dari manusia artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dan segenap dimensi kemanusiaan. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut demi tujuan-tujuan yang agung, mulia, dan positif bagi kehidupan manusia.
Lebih jauh cara memahami pengertian bimbingan dan konseling terlebih dahulu harus memahami masing-masing pengertian bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari
” guidance ” dan ”counseling”. Secara harfiyah istilah guidance dari akar kata guide berarti, mengarahkan, memandu, menggelola dan menyetir.
Oleh karena itu terdapat sejumlah pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut ddapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan sanggup bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Natawidjaja (dalam Prayitno, 1994: 19)
Jadi bimbingan dapat diartikan suatu proses yang membentuk individu, dengan suatu usaha yang dapat membuat individu tersebut menemukan kemampuannya, dan mengembangkannya agar memperoleh kebahagian untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya. Sejalan dengan itu Mortensen dan Alan M.Schumuller (dalam Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, 2008: 5) mengemukakan bahwa:
” Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal oppertunities and
specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of this abilities and capacities in trems the democratic idea .
Definisi di atas menjelaskan bahwa, bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan secara komprehensif, memberikan kesempatan kepada individu maupun kelompok, dimana tiap-tiap individu atau kelompok dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapannya, dengan tujuan untuk mengarahkan seseorang sehingga ia mampu memanfaatkan kemampuannya dalam menghadapi kehidupannya, pada gilirannya seseorang dapat mencapai kemampuan yang dimilikinya secara maksimal untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi dirinya dan lingkungannya.
Oleh karena itu petugas yang memberikan bimbingan dituntut untuk mampu mengarahkan seseorang, sehingga kemampuan untuk mengarahkan diri dan pengambilan keputusan dapat tercapai. Seperti yang dikemukakan A. Juntika Nurihsan (2006) menyatakan sebagai berikut:
Bimbingan adalah bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungannya, dan tugas-tugasnya sehingga mereka dapat mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan, keadaan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasuki kelak.
Apabila dikaitkan dengan pemanfaatan atau kondisi-kondisi di sekolah, maka bimbingan berorientasi agar siswa mampu memahami dan mengarahkan diri, untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekolah sama hal nya dengan yang dikemukakan oleh Frank W. Miller (dalam Sofyan S. Willis, 2004: 13).