Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
prasarana pendidikan kurang memadai, fasilitas-fasilitas di sekolah sangat terbatas, serta lokasi sekolah sangat berdekatan dengan keramaian, maka proses
pembelajaran sangat terganggu. Di era yang sarat dengan informasi dan teknologi, siswa ditantang untuk
lebih memacu diri agar keberadaannya lebih berarti bagi kemajuan negara. Karena dengan disiplinlah kunci kesuksessan pendidikan dimasa yang akan datang.
Dengan menerapkan sistem disiplin dengan baik di sebuah instansi pendidikan maka akan memacu peserta didik untuk lebih termotivasi dalam berlomba-lomba
menuju pendidikan yang lebih baik. Disadari atau tidak, sekolah dianggap tempat yang paling baik untuk
mendidik anak dan menanamkan sikap attitude dan sifat value yang baik. Salah satunya yaitu, pendidikan kedisiplinan di sekolah. Disiplin merupakan
bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan.
4
Disiplin adalah peraturan atau tata tertib yang diterapkan oleh sekolah, dan harus dipatuhi oleh
semua individu yang berada di lingkungan sekolah dan salah satunya peserta didik, karena disiplin merupakan salah satu entitas yang sangat penting dalam
kehidupan sekolah. Dengan disiplin, seseorang akan terbiasa untuk hidup secara teratur dan tertib.
Maka urgensi disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah setiap siswa akan tahu dan memahami urgensi dari hak dan kewajiban, hak
dirinya dan kewajibannya terhadap orang lain. Disiplin juga dapat mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar dan dapat membantu mendorong siswa
melakukan yang bermanfaat bagi dirinya dan umumnya bagi lingkungannya Selanjutnya, ada pula akibat dari ketidakdisiplinan siswa antara lain tidak
tercapainya target pembelajaran dan gagalnya penanaman nilai-nilai. Dalam target pembelajaran yang tidak tercapai, maka prestasi yang diharapkan pun tidak bisa
didapat dan lebih buruk lagi, siswa tidak layak untuk dinaikkelaskan atau diluluskan.
Akibat ketidakdisiplinan lain yang sangat besar yaitu kenakalan remaja. BNN Badan Narkotika Nasional menemukan bahwa 50-60 pengguna narkoba
4
Sirinam S. Khalsa, Pengajaran Disiplin Harga Diri, Jakarta : PT. Indeks, 2008 h. XIX.
3
di Indonesia adalah kalangan remaja yakni kalangan pelajar dan mahasiswa, total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI
sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. detikHealth, rabu 662012
.
5
Pada tahun 2013, dari 37 jenis tindak kejahatan yang dihimpun Polresta Samarinda, 12 di antaranya dilakukan oleh remaja. Kejahatan tersebut meliputi
pemerkosaan, perzinahan, cabul, penganiayaan ringan, berat, hingga pengeroyokan, termasuk tindak kejahatan seperti pencurian dengan pemberatan curat, pencurian
dengan kekerasan curas, pencurian kendaraan bermotor dan membawa lari anak perempuan.
6
Selanjutnya, sepanjang 2014 terdapat 135 anak di bawah umur yang tersangkut masalah hukum di wilayah Gunungkidul dan Bantul. Jumlah tersebut, 103 di antaranya
berakhir di balik jeruji besi, sisanya 32 anak mendapatkan sanksi pembinaan.
7
Kepala Badan Pemasyarakatan Kelas II Wonosari Anggraini Hidayat mengatakan lembaganya membawahi dua kabupaten, yakni Gunungkidul dan Bantul. Di tahun lalu
ada 135 kasus pidana yang melibatkan anak. Kasus yang terjadi didominasi kasus asusila, disusul pencurian dan penganiayaan.
Kasus-kasus remaja yang sedang marak diberitakan saat ini adalah perilaku remaja dalam geng motor. Menurut data Neta S Pane selaku ketua
Presidium Indonesia Police Watch IPW sepanjang tahun 2014 terdapat 38 kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor, yang mengakibatkan 28 orang tewas
dan 24 orang mengalami luka-luka Harian Terbit, 2014.
8
Kenakalan remaja tersebut tentu saja dilakukan di luar sekolah. Jika mereka tercatat sebagai salah seorang siswa disebuah sekolah, maka kenakalan yang mereka
lakukan berarti tanpa sepengetahuan guru. Hal ini berarti sekolah tidak mampu menanamkan sifat disiplin pada siswa.
Setiap lembaga pendidikan memiliki tata aturan dalam rangka menegakan disiplin baik bagi siswa, guru pegawai sekolah yang terus menerapkan kedisiplinan yaitu
di MA Al-Islamiyah PUI.
5
http:www.syababindonesia.com201211kenakalan-remaja-di-negeri-ini-kian.html
6
http:www.kompasiana.comlidwinaekadampak-pertumbuhan-penduduk-terhadap- peningkatan-kenakalan-remaja_54f38329745513972b6c7986
7
http:www.harianjogja.combaca20150108kenakalan-remaja-135-anak-tersandung- kasus-hukum-566123
8
http:psikologiforensik.com20150130ada-apa-di-balik-kriminalitas-remaja- indonesia
4
MA Al-Islamiyah PUI merupakan salah satu sekolah yang mengharapkan siswa-siswanya agar dapat menerapkan sikap disiplin dalam belajar karena
disiplin merupakan kunci sukses belajar, akan tetapi pada kenyaataanya masih ada saja siswa yang sikap disiplin belajarnya masih rendah, masih ada siswa yang
tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan Alpa. Berdasarkan pada keterangan yang penulis dapat dari wali kelas bahwa tingkat kedisiplinan siswa secara
keseluruhan belum dapat dikatakan tinggi. Penyebab ketidakdisiplinan adalah kurangnya kesadaran siswa dan
kurangnya kesadaran siswa ini disebabkan oleh kurang nya ketegasan dari pihak sekolah. Salah satu pembentuk dari karakter pada umumnya yaitu punishment dan
reward. Maka pihak sekolah ketika menginginkan siswanya disiplin dan mengikuti aturan yang berlaku di sekolah harus menerapkan 2 hal pembentuk
karakter tersebut. Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang
diharapkan terjadi pada diri siswa. Antara peraturan dan tata tertib merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin siswa dalam
mentaati peraturan di dalam kelas maupun di luar kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mendisiplinkan siswa adalah
dengan memberdayakan peran wali kelas. Setiap kelas pasti memiliki siswa di kelas dan biasanya walikelas inilah yang diharapkan jadi penghubung antara siswa
dan pihak sekolah hingga kebanyakan siswa dekat dengan siswanya bahkan walikelas lebih ditakuti dibanding guru lain atau kepala sekolah. Namun
demikian, fenomenanya makin banyak dijumpai wali kelas yang belum mampu menjalankan perannya secara baik, mereka lebih banyak menjalankan peran
administratif dibanding peran pembinaan siswa. Hal ini disebabkan karena masih terdapat wali kelas yang merangkap tugas tambahan, baik sebagai guru di tempat
lain maupun sebagai Pembina kegiatan ekstrakulikuler. Realitas kedisiplinan siswa saat ini sangat variatif namun hanya sekolah-
sekolah yang terklasifikasi unggulan yang memang bagus kedisiplinannya. Biasanya sekolah yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi mempunyai
5
input siswa yang memang sudah baik. Selain sekolah unggulan tersebut, mayoritas sekolah tidak mempunyai tingkat kedisiplinan siswa yang bagus.
Dengan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana Peran Wali Kelas Dalam Membina Kedisiplinan Siswa MA Al- Islamiyah PUI Jakarta.