Komoditi Pertanian subsektor Peternakan

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan

Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor- sektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencakup : 1 subsektor perkebunan, 2 subsektor perikanan dan, 3 subsektor peternakan. Sebagaimana diketahui hasil-hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama, sangat dibutuhkan tapi permintaannya bersifat tidak elastis atau inelastis turun naik harga tidak terlalu berpengaruh pada permintaan. Putong 2005 menyebutkan bahwa dalam jangka panjang konsumsi produk dari sektor pertanian bertambah secara alami, artinya pertambahan itu bukan karena semakin tingginya daya beli masyarakat melainkan karena pertambahan jumlah penduduk. Untuk hal ini dasar teorinya telah dikemukan oleh ENGEL yang mengisyarakatkan bahwa: Apabila pendapatan masyarakat bertambah besar dari sebelumnya, maka konsumsi barang primer hasil pertanian relatif semakin menurun rasionya. Karena diketahui komoditas pertanian tergolong sebagai komoditas konsumsi primer maka dalam jangka panjang permintaan atas produk tersebut relatif tetap jumlahnya namun menurun dalam proporsinya, permintaan produk pertanian ini tidak peka terhadap harga, akan tetapi harga relatif peka terhadap permintaan harga cenderung naik bila permintaan naik. Oleh karenanya dari sisi pandangan hukum permintaan, permintaan komoditas pertanian relatif bersifat inelastis. Sisi produsen penawaran memandang bahwa, oleh karena produk pertanian tidak bersifat siap jadi instant sebagaimana halnya produk manufaktur, penawaran relatif tidak merespon perubahan harga berapapun harga, jumlah barang yang ditawarkan tetap. Pertambahan produksi hanya bisa dilakukan dengan cara memperluas lahan produksi ektensifikasi atau penemuan teknologi pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas lahan secara intensif. Dalam jangka panjang teknologi pertanian semakin berkembang pesat teknologi pengolahan lahan, teknologi reproduksi, pengawetan sementara permintaan kearah produk pertanian relatif lambat sehingga hasil pertanian relatif akan semakin banyak, dan ini menyebabkan harganya Universitas Sumatera Utara turun. Akan tetapi persentase perubahan harga lebih besar dari persentase perubahan permintaan. Sebaliknya persentase perubahan jumlah penawaran yang relatif kecil dari komoditas pertanian tersebut justru menyebabkan terjadinya penurunan yang lebih besar pada persentase perubahan harga. Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. Hasil penelitian Kariyasa 2005, selama 10 tahun terakhir jumlah produksi daging sapi hanya bisa meningkat 0,002 persen per tahun, sementara permintaan naik 1,78 persen per tahun. Secara nasional terdapat kesenjangan antara permintaan dan penawaran daging. Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia masih dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Menurut hasil laporan Syamsudin 2009, perkembangan konsumsi dan penyedian daging nasional menunjukkan tren yang terus meningkat seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Konsumsi dan Penyedian Daging Sapi Nasional 2007-2009 Uraian 2007 2008 2009 KONSUMSI Konsumsi Nasional Daging Sapi ribu ton 369 380,76 400 Konsumsi per Kapita Kgorangtahun 1,64 1,67 1,74 Jumlah Penduduk juta jiwa 225 227 231,6 PENYEDIAAN 1.Pemotongan dalam negeri ribu ekor 1.888 2.015 2.230 Setara Daging Sapi ribu ton 308,99 317,86 329,1 a. Sapi lokal ribu ekor 1.461 1.515 1.880 b. Sapi ex-import ribu ekor 424 500 350 2.Daging Import ribu ton 60,01 63,13 70,01 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan,Departemen Pertanian 2009 Angka estimasi Volume impor 2009 70,01 ribu ton tetapi angka tersebut belum termasuk pengurangan komponen tulang dari secondary cut dan lemak dari trimming Hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyanto 2003 melaporkan bahwa peranan daging impor masih dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan daging nasional. Hal tersebut dikarenakan perkembangan usaha ternak sapi potong belum sepenuhnya mampu menunjang penawaran sapi nasional. Faktor harga daging tidak mampu merangsang kinerja perkembangan usaha ternak sapi potong yang ada. Kebijakan tarif impor daging hanya mampu menekan impor daging sapi, tetapi tidak berdampak kepada impor sapi Universitas Sumatera Utara bakalan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi et al. 1999, yang memperkirakan bahwa jika tidak ada perubahan teknologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam negeri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti, maka senjang antara produksi daging penawaran sapi dalam negeri dengan jumlah permintaan akan semakin melebar, sehingga berdampak pada volume impor yang semakin besar.

2.2. Hukum Permintaan Jumlah