Faktor Nilai-nilai terhadap Pemilihan Penolong Persalinan

persalinan yang ditolong oleh bidan dilakukan penyuntikan untuk menghindari terjadinya perdarahan yang merupakan penyebab kematian ibu pada saat bersalin.

5.1.7 Faktor Nilai-nilai terhadap Pemilihan Penolong Persalinan

Berdasarkan distribusi frekuensi diketahui bahwa sebagian besar kategori nilai- nilai responden dikategorikan dalam sikap sedang yaitu sebanyak 40 responden 72,7, lalu 9 responden 16,4 dikategorikan sikap kurang, sedangkan sebagian kecil responden dikategorikan sikiap baik yaitu sebanyak 6 responden 10,9 Nilai tidak berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Medang Deras, karena ibu yang mempunyai Nilai baik maupun ibu yang mempunyai Nilai tidak baik sama-sama lebih memilih bidan sebagai penolong persalinannya di bandingkan dukun. Berdasarkan teori Thoughs and Feeling dalam Notoatmojo 2010. Nilai dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. Hal ini dapat menjelaskan Nilai dibentuk oleh pengetahuan, bahwa ibu yang mempunyai nilai baik yang diperoleh dari orang tua, turun temurun menerima Nilai itu berdasarkan keyakinan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu, memilih bidan sebagai penolong persalinannya ini disebabkan karena pengetahuan ibu baik tentang penolong persalinan yang aman itu adalah bidan. Nilai dibentuk oleh kebutuhan, pada penelitian ini ibu yang merasa butuh baik kebutuhan itu berdasarkan gangguan atau gejala yang dialami pada saat hamil dan melahirkan ataupun kebutuhan berdasarkan hasil diagnosis oleh tenaga kesehatan lebih memilih bidan sebagai penolong persalinannya. Nilai dibentuk oleh kepentingan, Universitas Sumatera Utara berdasarkan kebutuhan diatas ibu merasa khawatir akan keselamatan dirinya juga bayinya maka memutuskan memilih bidan sebagai penolong persalinan. Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa Nilai ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Nilai selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradaban manusia dan pengetahuan yang diperoleh dapat merubah perilaku kesehatan kearah yang lebih baik. Penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Mira 2009, yang menyimpulkan Nilai mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan penolong persalinan . Alasannya dukun adalah tetangga dekat dengan tempat tinggal ibu, merasa nyaman dan puas dengan dukun karena telah memberikan pelayanan mulai dari kehamilan tujuh bulan, sampai proses persalinan serta perawatan nifas. Tindakan ibu ini dipengaruhi dari kebiasaan keluarga yang menganggap dukun lebih berpengalaman. 5.2 Faktor Pemungkin Enabling Factor 5.2.1 Faktor Keberadaan Tenaga Penolong Persalinan terhadap Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan distribusi frekuensi diatas diketahui bahwa dari sebagian besar responden keberadaan tenaga penolong kesehatan dapat dikategorikan masih kurang sebanyak 47 responden 85,5, sedangkan sebagian kecil responden mengatakan cukup sebanyak 8 responden 14,5. Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti berasumsi berpengaruhnya keberadaan tenaga penolong persalinan tersebut diatas disebabkan karena ibu yang menyatakan keberadaan tenaga penolong persalinan cukup lebih banyak yang memilih bidan sebagai penolong persalinan dibandingkan ibu yang menyatakan keberadaan Universitas Sumatera Utara tenaga penolong persalinan tidak cukup. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa di kecamatan Medang Deras terdapat 11 desa dan 11 orang bidan desa termasuk bidan Puskesmas sehingga setiap desa telah tersedia bidan dengan peralatan yang siap memberikan pelayanan persalinan kepada masyarakat . Berarti di kecamatan Medang Deras keberadaan tenaga penolong persalinan sudah sesuai dengan standar nasional, tapi masih ada ibu yang menyatakan tidak cukup keberadaan tenaga penolong persalinan. Hal ini merupakan hambatan bagi bidan dalam menjalankan tugasnya. Alasan ibu menyatakan keberadaan tenaga penolong tidak cukup karena usia bidan desa yang relatif muda 19-21 tahun yang secara psikologis belum matang yang terkadang dianggap kurang mampu oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak mengakui keberadaan bidan didesa mereka adalah sebagai penolong persalinan. Selain itu citra bidan di desa dianggap komersial karena tarif bidan lebih tinggi dan datang ke rumah ibu bila di panggil, dengan cara pendekatan hanya sesaat. Ini merupakan kendala yang cukup besar terhadap pemanfaatan bidan sebagai penolong sebagai penolong persalinan. Permasalahan lain bidan dalam menjalankan tugasnya belum sesuai dengan standar kebidanan sehingga kompetensinya dalam memberikan asuhan pada ibu dan bayi masih rendah kualitasnya yang membuat masyarakat masih mempercayai dukun sebagai penolong persalinan. Keberadaan bidan ditempat tugasnya juga masih menjadi kendala, karena masih ada bidan yang tidak bertempat tinggal di desa tempat tugasnya. Penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Mira 2009 yang menyimpulkan tidak ada pengaruh yang bermakna dari keberadaan tenaga kesehatan terhadap pemilihan penolong persalinan, hasil analisis bivariat menunjukkan 47,4 ibu Universitas Sumatera Utara menyatakan petugas kesehatan sulit ditemui saat membutuhkan layanan persalinan namun mereka tetap memilih tenaga profesional sebagai penolong persalinannya.

5.2.2 Faktor Akses Pelayanan Kesehatan terhadap Pemilihan Penolong Persalinan