Suku Melayu Kerangka Teori

2.4 Suku Melayu

Suku melayu di Sumatera Utara berdomisili di pesisir timur Provinsi Sumatera Utara. Di pesisir timur Sumatera Utara daerah hunian masyarakat melayu adalah sepanjang daerah pantai sehingga pada zaman dahulu orang Belanda menyebutnya dengan “de Doskusters”. Kawasan hunian merupakan daerah-daerah yang pada sejarah lampau terdapat kerajaan-kerajaan Sinar, 2002 Suku melayu mempunyai beragam budaya. Kebudayaan itu adalah segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan, dan bertindak yang membentuk pola perilaku dan struktur sosial masyarakat. Bahasa merupakan hasil dari kebudayaan, karena bahasa merupakan hasil karya manusia, karya tersebut dipakai terus-menerus sampai sekarang dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Pada umumnya masyarakat melayu banyak mendiami daerah pesisir pantai, dan mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan. Masyarakat melayu selalu hidup tolong-menolong, bekerja berkelompok, dan bekerja sama. Hidup saling membantu masih menjadi budaya dalam kehidupan mereka. Dari kehidupan mereka yang seperti itu, muncul satu pepatah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, relevan dengan pepatah Dayak Ngaju “Beberat sama metue, mahiang sama mimbing” Iper, 1997. Masyarakat Melayu Serdang adalah masyarakat yang beradat. Adat dilakukan oleh orang yang dituakan dan dihormati. Orang yang dituakan adalah orang yang dinilai adil, jujur, bijaksana, berani, sabar, pandai, cerdik dan dapat menghargai pendapat orang Universitas Sumatera Utara lain. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan adat yang sudah lama ada di kehidupan masyarakat melayu Sinar, 2002. Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green 1980 bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh 3 tiga faktor utama yaitu, faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi predisposing factor meliputi: pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan lain-lain. Faktor pemungkin enabling factor meliputi: ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, dan lain-lain. Faktor penguat reinforcing factor meliputi: sikap dan perilaku petugas kesehatan, keluarga, teman, tokoh masyarakat yang berkaitan dengan mendorong atau melemahnya perilaku kesehatan. Gambar 2.1. Kerangka Teori Perilaku Green FAKTOR PREDISPOSISI Pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, dll FAKTOR PENDORONG Sikap dan perilaku petugas kesehatan, keluarga, teman, tokoh masyarakat yang berkaitan dengan mendorong atau FAKTOR PEMUNGKIN Ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan Perilaku Manusia Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep