menyatakan petugas kesehatan sulit ditemui saat membutuhkan layanan persalinan namun mereka tetap memilih tenaga profesional sebagai penolong persalinannya.
5.2.2 Faktor Akses Pelayanan Kesehatan terhadap Pemilihan Penolong Persalinan
Berdasarkan distribusi frekuensi diketahui bahwa dari sebagian besar responden mengkategorikan akses pelayanan kesehatan baik sebanyak 19 responden 34,5,
kemudian sebanyak 23 responden 41,8 mengkategorikan sedang, sedangkan sebagian kecil responden mengkategorikan tidak baik yaitu sebanyak 13 responden
23,6. Berpengaruhnya akses pelayanan kesehatan terhadap pemilihan penolong
persalinan di sebabkan oleh karena ibu yang bertempat tinggal jauh dari akses pelayanan kesehatan justru yang lebih banyak memilih bidan sebagai penolong
persalinannya di bandingkan ibu yang tempat tinggalnya dekat dengan akses pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena jauhnya lokasi sarana pertolongan persalinan dari
tempat tinggal ibu bukan merupakan hambatan bagi ibu di saat membutuhkan bidan sebagai penolong persalinan, banyak cara yang bisa diatasi keluarga dalam menghadapi
kesulitan mengenai akses sarana pertolongan persalinan, salah satu yang mempermudah masyarakat untuk mendapatkan bidan sebagai penolong persalinan adalah karena bidan
desa bersedia datang kerumah ibu pada saat ibu membutuhkan pertolongan persalinan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Thabarany dan Pujianti 2000
menyimpulkan bahwa perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan antara penduduk dengan lokasi yang dekat dengan sarana kesehatan kota
dibandingkan lokasi yang jauh dengan sarana pelayanan desa menunjukkan terdapat
Universitas Sumatera Utara
ketidak merataan akses terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Harus diakui bahwa sampai saat ini fasilitas kesehatan relatif lebih banyak tersedia di kota dibandingkan di
desa. Akses ketenaga kesehatan yang tidak terjangkau atau sulit terjangkau
mempengaruhi dalam pemilihan penolong persalinan, orang akan lebih memilih tempat yang mudah terjangkau. Aksesabilitas menyangkut ketersediaan pelayanan kesehatan di
komunitas dengan keterjangkauan baik dari segi jarak maupun finansial. Komunitas dengan akses kefasilatas kesehatan rendah cendrung memiliki status kesehatan yang
rendah Rosita, 2012. Pilihan penolong persalinan bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat transportasi, letak demografi daerah, dan pengetahuan mencari penolong persalinan yang aman. Pemilihan penolong
persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu Rohmah, 2010. Tetapi pada hasil penelitian ini bukan hanya karena jauhnya ke tenaga
kesehatan menjadi faktor dalam memilih penolong persalinan tetapi ada faktor lain yang mempengaruhinya, seperti memilih persalinan di dokter bukan karena aksesabilitas
tetapi karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
5.3 Faktor Pendorong Reinforcing Factor 5.3.1 Faktor Dukungan Keluarga terhadap Pemilihan Penolong Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapat penjelasan tentang persalinan yang baik dari keluarga yaitu sebanyak 43 responden
Universitas Sumatera Utara
78,2. Kemudian sebagian besar responden mendapatkan saran kepada siapa hendaknya memilih tenaga penolong persalinan dari keluarga sebanyak 48 responden
87,3. Selanjutnya sebagian besar responden didampingi oleh keluarga selama proses persalinan yaitu sebanyak 48 responden 87,3. Lalu sebagian besar responden
mendapat bantuan dalam hal pembiayaan persalinan oleh keluarga, yaitu sebanyak 52 responden 94,5.
Motivasi dapat dilihat sebagai penguat perilaku, pemuas kebutuhan, pengurangan ketidak konsistenan. Motivasi merupakan tindakan yang dapat diukur
secara tidak langsung melalui konsekuensi atau hasil yang berkaitan dengan perilaku. Salah satu perilaku yang dapat diukur yaitu dukungan keluarga atau suami saat ibu
bersalin Rohmah, 2010. Pendamping persalinan harus ditentukan jauh hari sebelum persalinan, dalam
kebiasaan kita sebagai orang yang berbudaya timur suami sebagai calon utama untuk menjadi pendamping saat persalinan walaupun dahulunya suami masih dianggap
janggal menjadi pendamping persalinan, pendamping yang bijak dapat membantu dan mendampingi ibu saat proses persalinan dan pengambilan keputusan saat persalinandan
sebelum persalinan Nurrahmatun, 2011. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar 2003 bahwa
suami lebih dominan dalam mengambil keputusan dalam pemilihan penolong persalinan, motivasi dan dukungan suami dapat membahagiakan ibu saat persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu yang telah memilih penolong persalinannya siapapun penolong persalinan ibu baik bidan, dukun, maupun dokter , keluarga menjadi
Universitas Sumatera Utara
motivator utama. Namun dalam hal ini, hampir seluruh responden mendapat dukungan dari pihak keluarga untuk memilih tenaga kesehatan dokter atau bidan sebagai
penolong persalinannya.
5.3.2 Faktor Dukungan Teman terhadap Pemilihan Penolong Persalinan