Berdasarkan gambar.14 dapat dilihat bahwa berdasarkan komplikasi, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada komplikasi, yaitu dengan
proporsi 98. Selebihnya tercatat ada komplikasi penderita abortus inkompletus dengan proporsi 2.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus hanya terdapat 2 penderita yang memiliki komplikasi dan kedua penderita tersebut
masing-masing berumur 16 tahun dan 42 tahun dengan jenis komplikasi perdarahan. Tidak ditemukan jenis komplikasi syok, perforasi, ataupun infeksi. Komplikasi
penderita tersebut sesuai dengan Chalik 1998 dan Prawirohardjo 2009 bahwa risiko komplikasi akibat abortus inkompletus antara lain: perdarahan akibat
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi, perforasi akibat pengerokan, syok karena perdarahan, dan infeksi.
11,13
5.3 Status Rawatan Penderita Abortus Inkompletus
5.3.1 Penatalaksanaan Medis
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
94 4 2
Kuretase Obat Oral
Aspirasi Vakum
Gambar 15. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010
– 2011 berdasarkan penatalaksanaan medis
Berdasarkan gambar.15 dapat dilihat bahwa berdasarkan penatalaksanaan medis, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah kuretase, yaitu dengan
proporsi 94.
Selebihnya penderita
abortus inkompletus
mendapatkan penatalaksanaan medis berupa obat oral dengan proporsi 4 dan aspirasi vakum
dengan proporsi 2. Dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus
inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan terdapat 94 penderita dengan penatalaksanaan medis kuretase, 4 penderita hanya dengan obat
oral, dan 2 penderita dengan aspirasi vakum. Sesuai dengan Chalik 1998 bahwa untuk penanganan abortus inkompletus sisa kehamilan yang tertinggal di dalam rahim
harus dibersihkan dengan melakukan kerokan untuk menghentikan perdarahan dengan kuretase.
13
Universitas Sumatera Utara
Tercatat bahwa 2 penderita dengan penatalaksaan medis aspirasi vakum tersebut mengalami komplikasi perdarahan. Hal ini sesuai dengan Wiknjosastro
2002 dan Prawirohardjo 2009 bahwa jika disertai dengan perdarahan yang banyak dan terus berlangsung perlu dilakukan aspirasi vakum aspirasi vakum untuk
pengosongan uterus sekaligus diberikan infus cairan atau transfusi darah untuk menghindari syok.
11,30
5.3.2 Lama Rawatan Rata-Rata
Berdasarkan tabel.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010
– 2011 adalah dirawat selama 2,23 hari 2 hari dengan standard deviation SD 1,246 hari. Lama
rawatan paling singkat adalah 0 hari dan lama rawatan yang paling lama adalah 6 hari. Di dalam penelitian ini, 1 penderita yang dirawat selama 6 hari adalah penderita
berumur 42 tahun, memiliki paritas grandemultipara, dan mengalami komplikasi perdarahan sehingga memerlukan perawatan yang cukup sampai kondisi penderita
benar-benar pulih. 5.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
59 41
Sehat PBJ
Gambar 16. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010
– 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Berdasarkan gambar.17 dapat dilihat bahwa berdasarkan keadaan sewaktu pulang, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah berkeadaan sehat
sewaktu pulang, yaitu dengan proporsi 59. Selebihnya adalah pulang berobat jalan PBJ dengan proporsi 41. Tidak ditemukan penderita dengan keadaan sewaktu
pulang meninggal dunia. Hal ini bisa menjadi masukan bahwa pelayanan di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan sudah cukup baik dalam menangani kejadian abortus
termasuk abortus inkompletus sehingga tidak ada penderita abortus inkompletus yang
meninggal dunia.
5.4 Analisis Statistik