BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Sosiodemografi Penderita Abortus Inkompletus
5.1.1 Umur Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010
– 2011 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
61 39
Umur Risiko Rendah Umur Risiko Tinggi
Gambar 1. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010
– 2011 berdasarkan umur Berdasarkan gambar.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah pada kelompok umur risiko rendah dengan proporsi 61 dimana umur risiko rendah adalah wanita berumur 20
– 35 tahun. Selebihnya adalah kelompok umur risiko tinggi dengan proporsi 39 dimana
umur risiko tinggi terdiri dari wanita berumur 20 tahun dan wanita berumur 35 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, ditemukan penderita berumur 20 tahun sebanyak 6 orang dan penderita berumur 35 tahun sebanyak 33 orang. Umur penderita abortus
inkompletus yang paling muda adalah umur 16 tahun, dan tertua adalah umur 45 tahun. Tercatat bahwa paling banyak penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 adalah berumur 20 – 35 tahun, yaitu sebanyak 61
orang. Hal ini menunjukkan bahwa memang di rentang usia tersebut merupakan
keadaan yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan sesuai dengan penelitian Azhari 2002 yang menyatakan bahwa umur reproduksi sehat atau umur
yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 – 35 tahun.
2,34
Hasil penelitian Arimbi 2000-2001 di RSUP Adam Malik Medan dalam Panjaitan 2011
juga menunjukkan bahwa kejadian abortus, termasuk abortus inkompletus, paling banyak terjadi pada wanita berumur 20
– 35 tahun dengan proporsi 68,5.
26
5.1.2 Status Perkawinan Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010
– 2011 berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
96 4
Kawin Tidak Kawin
Gambar 2. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010
– 2011 berdasarkan status perkawinan
Berdasarkan gambar.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan status perkawinan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan status
kawin atau sudah menikah dengan proporsi 96. Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus dengan status tidak kawin dengan proporsi 4.
Dalam penelitian ini, tercatat 96 penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010
– 2011 dengan status kawin atau sudah menikah. Hal ini sesuai dengan Depkes RI 2001 bahwa wanita berstatus menikah yang melakukan
abortus masih tinggi dengan alasan tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, tidak menutupi kecenderungan
kalangan wanita yang belum menikah untuk melakukan abortus.
14
Selebihnya, tercatat 4 penderita abortus inkompletus yang berstatus belum kawin, dimana umur penderita tersebut masing-masing 16 tahun, 18 tahun, 20 tahun,
dan 21 tahun dengan pekerjaan tercatat sebagai pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
angka kejadian abortus, termasuk abortus inkompletus, pada usia muda dan dengan status belum menikah mungkin saja lebih banyak dari angka yang tercatat
dikarenakan faktor psikososial.
43
Menurut Chalik 1998 bahwa banyak wanita yang terlanjur hamil menggugurkan kandungannya secara sembunyi-sembunyi dan baru
muncul ke permukaan bila terjadi komplikasi.
13
5.1.3 Pendidikan Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010