Barat. Propinsi dimana wanita banyak melakukan abortus, berturut-turut adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
33
2.3.3 Distribusi dan Frekuensi Abortus Inkompletus Berdasarkan Waktu
Menurut Sedgh.G 2012, jumlah aborsi diseluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 45.6 juta kasus, tahun 2003 sebesar 41.6 juta kasus, dan tahun 2008 sebesar
43.8 juta kasus. Abortion rate di negara maju tahun 1995 sebesar 35‰, tahun 2003
sebesar 29‰, dan tahun 2008 sebesar 28‰. Sedangkan abortion rate di negara berkemba
ng pada tahun 1995 sebesar 34‰, tahun 2003 sebesar 29‰, dan tahun 2008 sebesar 29‰. Berikut estimasi data insiden dan tren abortion rate dunia mulai
dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2008.
36
Tabel.1 Insiden dan tren abortion rate di dunia tahun 1995 –2008 per 1.000
wanita usia 15 –44 tahun
Wilayah Bagian Tahun
1995 2003
2008
Amerika Latin 37
31 32
Afrika 33
29 29
Asia 33
29 28
Eropa 48
28 27
Amerika Utara 22
21 19
Oceania 21
18 17
Sumber: Guttmacher Institute, New York, 2012 Menurut data dari RSUD Labuang Baji Makassar, pada tahun 2011 terdapat
kasus abortus inkompletus sebesar 97 kasus dari total 166 kasus abortus. Kemudian pada tahun 2012 terdapat kasus abortus inkompletus sebesar 200 kasus dari 270 total
kasus abortus.
25
Berdasarkan data dari RS Dr.F.L.Tobing Sibolga terjadi peningkatan kasus abortus inkompletus. Pada tahun 2007 terdapat kasus abortus inkompletus
Universitas Sumatera Utara
sebesar 30 kasus kemudian pada tahun 2007 menjadi 38 kasus dari 208 total persalinan.
37
2.3.4 Determinan Abortus
1. Umur Umur reproduksi yang sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan, yaitu
20 – 35 tahun.
34
Usia yang terlalu muda meningkatkan secara bermakna risiko persalinan di seluruh dunia. Suatu survei yang dilakukan di Matlab, Bangladesh,
memperlihatkan bahwa wanita yang berumur 10 – 14 tahun mempunyai AKI lima
kali lebih besar dibandingkan usia 20 – 24 tahun. Kemudian untuk yang berumur 15 –
19 tahun memiliki AKI dua kali lebih besar dibandingkan usia 20 – 24 tahun.
Sebaliknya, risiko persalinan kembali meningkat setelah umur 30 atau 35 tahun. Pada penelitian di Amerika Serikat, wanita yang berumur 40
– 44 tahun mempunyai AKI sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita berumur 24 dan 25 tahun.
15
2. Status Perkawinan Menurut Depkes RI tahun 2001 bahwa wanita berstatus menikah melakukan
abortus masih tinggi, yaitu berkisar 9,2 dengan alasan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Namun, tidak menutupi kecenderungan kalangan wanita yang belum
menikah untuk melakukan abortus.
14
3. Pendidikan Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor
predisposisi yang sangat berperan dalam mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk berperilaku sehat.
Diharapkan bahwa semakin berpendidikan, maka
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan mengenai ketersediaan alat kontrasepsi yang mencegah kehamilan juga pelayanan keluarga berencana semakin baik sehingga wanita tidak lagi terpaksa
mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkannya dengan abortus.
7
4. Sosial Ekonomi Ekonomi yang rendah sering menjadi alasan melakukan abortus karna
khawatir suatu saat tidak bisa menghidupi sang calon anak dan wanita tersebut dengan alasan ekonomi rendah pula terpaksa melakukan abortus yang tidak aman
dengan usaha sendiri, seperti meminum jamu, memijat perut, memasukkan benda- benda tertentu, dan meminta pertolongan dukun.
20
5. Usia Kehamilan Pada abortus yang terjadi sebelum kehamilan berumur 8 minggu,
pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi abortus kompletus oleh karna villi koriales belum tumbuh terlalu mendalam ke dalam lapisan desidua. Sedangkan
pada abortus yang lebih tua kehamilan berumur lebih dari 8 minggu, pelepasannya biasanya tidak sempurna oleh karna villi koriales telah tumbuh dan menembus
lapisan desidua jauh lebih tebal sehingga ada bagian yang tersisa melekat di dinding rahim dan terjadi abortus inkompletus.
13
6. Paritas Persalinan yang kedua dan yang ketiga merupakan persalinan yang paling
aman, sedangkan risiko komplikasi yang serius meningkat secara bermakna mulai dari persalinan yang ketiga dan seterusnya.
15
Paritas lebih dari 3 mempunyai risiko melakukan abortus buatan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
memiliki 1 orang anak.
30,38
Universitas Sumatera Utara
7. Riwayat Kehamilan Seorang wanita yang memiliki riwayat kehamilan yang jelek pada kehamilan
sebelumnya, seperti keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup kemudian mati dalam waktu ≤7 hari akan meningkatkan risiko pada persalinan
berikutnya.
39
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Malpas dan Eastman yang menyatakan bahwa terjadinya abortus lagi pada seorang wanita yang pernah
mengalami abortus ialah 73 – 83,6.
13,26
8. Riwayat Tindakan Persalinan Tindakan persalinan adalah tindakan yang dilakukan pada persalinan yang
tidak dapat berjalan normal secara spontan oleh karena adanya penyulit sehingga persalinan dilakukan dengan memberi tindakan menggunakan alat bantu. Persalinan
dengan tindakan dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu atau anaknya daripada tindakannya. Tindakan persalinan terdiri dari tindakan
persalinan pervaginam, seperti ekstraksi vakum dan tindakan persalinan perabdominam, seperti seksio sesaria.
39
9. Riwayat Kejadian Abortus Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan,
pasangan akan mempunyai risiko sebesar 15 mangalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25, dan setelah 3 kali mengalami
abortus berturut-turut akan mempunyai risiko untuk keguguran lagi sebesar 30 –
45.
11
Universitas Sumatera Utara
10. Riwayat Penyakit Beberapa riwayat penyakit, baik menular maupun tidak menular, mungkin
telah terjadi sebelum kehamilan, saat kehamilan, dan diperburuk oleh kehamilan. Misalnya penyakit jantung, anemia, hipertensi esensial, diabetes mellitus, diabetes
gestasional, hemoglobinopati, keracunan, peritonitis umum, pneumonia, tifus abdominalis, malaria, TORCH, TBC, chikungunya dapat menurunkan keadaan umum
dari penderita. Toksin, bakteri, virus, plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin dan terjadi abortus.
13,15,30
11. Kelainan Kongenital Uterus Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik.
Penyebab abortus terbanyak adalah karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus 40
– 80, kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau uterus unikornis 10
– 30. Selain itu sindroma asherman juga bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko terjadinya
abortus antara 25 – 80, bergantung pada berat ringannya gangguan.
23
12. Kelainan dari Ovum Menurut Hertig, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan
abortus spontan, termasuk abortus inkompletus. Abortus yang terjadi disebabkan oleh ovum yang patologis, kelainan letak embrio, dan plasenta yang abnormal. Abortus
inkompletus yang disebabkan oleh kelainan ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya semakin muda kehamilan sewaktu
terjadi abortus, maka semakin besar kemungkinan bahwa abortus tersebut disebabkan oleh kelainan ovum 50
– 80.
23
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Komplikasi Abortus Inkompletus