Hasil Wawancara dan pengamatan

Universitas Sumatera Utara pasien untuk kesembuhan pasien. Setelah keadaan pasien sudah tenang baru bisa diajak berkomunikasi dengan baik. “Fase terminasi itukan akhir pertemuan antara perawat dan pasien. Kalau untuk pasien rawat inap karena mereka masih tetap didalam kamarnya sesuai lama kontraknya kita hanya menanyakan perasaan pasien setelah diajarkan. Setelah itu kita simpulkan pembicaraan dari awal sampai akhir. Kita ulas kembali, dibimbing lagi” Fase terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien., setelah hal itu dilakukan perawat dan pasien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama. “Manfaat komunikasi terapeutik itu sendiri bagi saya yaitu bisa lebih medah dekat dengan pasien dan merekapun mau terbuka dengan kita kalau kita baik-baik bicara dengan pasien. Intinya dengan komunikasi membina kepercayaan pasie n sama kita, proses komunikasi terapinya akan mudah” Manfaat yang didapatkan perawat Marwan setelah melakukan komunikasi terapeutik dapat mendekatkan diri dengan pasien dan juga membuat pasien mau terbuka kepada perawat yang akhirnya memudahkan perawat dalam menangani pasien jiwa. “Menghadapi pasien jiwa itu pasti ada kesulitannya. Susah diajak bicara, bicaranya ngawur itu yang memperhambat. Kalau disini kalau ada pasiennya bicaranya ngawur, kita bujuk seperti kita kasih roti, kalau dia merokok dikasih rokok setelah itu terkadang pasien sudah mulai bicara sama perawat” Perawat Marwan menjelaskan hambatan yang dia alami saat pelaksanaan komunikasi terapeutik. Kesulitan yang sering dialaminya yaitu pasien yang sulit diajak bicara dan bicara ngawur. Untuk mengatasinya perawat membujuk pasien dan memberikan apa yang disukai pasien sesuai batas sewajarnya kepada pasien.

4.2.2 Hasil Wawancara dan pengamatan

Informan 2 Nama : Mariana Usia : 37 tahun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jln. Camar 15 Tunas Mandala Pendidikan : D3 Stambuk : 1999 Tanggal Wawancara : 11 Juni 2016 Perawat Mariana adalah informan kedua yang peneliti wawancarai tanggal 11 Juni 2016. Hari sabtu peneliti mendatangi kembali Rumah Sakit Bina Karsa Medan untuk wawancara berikutnya. Perawat yang peneliti jumpai membawaku menemui perawat Mariana dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti. Kamipun mengambil tempat yang nyaman dilakukan wawancara dan peneliti bersalaman dan memperkenalkan diri. Peneliti menjelaskan topik penelitian sambil mempersiapkan handphone sebagai alat bantu rekam dan juga kertas untuk mencatat informasi yang penting. Ketika peneliti meminta ijin untuk direkam, perawat Mariana langsung menolak untuk direkam cukup hanya wawancara saja dan mau tidak mau peneliti sambil mewawancarai harus bisa menyesuaikan kecepatan menulis semua informasi yang diucapkan. Perawat Mariana adalah perawat yang paling lama bekerja di Rumah Sakit Bina Karsa Medan hampir 15 tahun lebih merawat pasien jiwa tak diragukan pasti perawat Mariana sudah mahir dan lebih berpengalaman dalam menangani pasiennya. Pertama sekali berjumpa dengan perawat Mariana peneliti merasa cangggung karena perawat Mariana tidak menunjukkan senyum sama sekali tapi meskipun begitu peneliti tetap berterimakasih karena sudah bersedia menjadi informan. Sebelum memulai wawancara peneliti menanyakan biodata tentang perawat yang berumur 37 tahun dan sudah memiliki keluarga. Pertama sekali bekerja di Rumah Sakit Bina Karsa Medan perawat Mariana mengaku coba-coba tetapi dia tetap merasa senang ketika diterima bekerja di rumah sakit itu, rasa senangnya itu yang membawa dia bertahan sampe selama itu bekerja di rumah sakit Bina Karsa. Dia juga mengungkapkan bahwa sebelumnya pernah bekerja di klinik bersalin sehingga saat bekerja di rumah sakit jiwa yang memiliki tantangan besar bagi setiap perawat perawat Mariana merasa takut diganggu dan dipukul pasien jiwa. Rasa takut itu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara hanya sebentar dan lama-kelamaan perawat Mariana sudah terbiasa merawat pasien jiwa, banyak pengalaman yang sudah dialami dan dari semua pengalaman itu yang membuat perawat Mariana banyak mengetahui cara merawat pasien jiwa dengan baik. “Pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa ini gak bisa dipastikan ya.. karena dalam satu minggu terkadang 2 atau 3 orang juga ada, tapi kalau di rata- ratakan pasien yang berkunjungdi rumah sakit ini 10 orang perbulan dengan umur 30- 40 tahun” Perawat Mariana menjelaskan bahwa pasien tidak bisa dipastikan berapa orang yang berkunjung, tetapi kalau dirata-ratakan pasien yang berkunjung ke pasien ada 10 orang tiap bulan dan kebanyakan pasien dewasa. “Depresi, Skizoprenia, Narkoba. Pasien yang sulit saya hadapi yaitu pasien skizoprenia dan pasien paranoid. Berdasarkan informasi dari keluarga penyebab pasien yang datang kesini mengalami gangguan jiwa yaitu karna angan- angan tinggi, narkoba, keluarga berantakan, PHK dll” Masalah pasien yang diterima Rumah Sakit Bina Karsa yang diungkapkan perawat Mariana yaitu depresi, skizoprenia dan Narkoba. Penyebab pasien mengalami gangguan jiwa menurut informasi keluarga karna angan-angan tinggi, narkoba, keluarga berantakan, PHK, dan masih banyak lagi penyebabnya. “Kegiatan yang dilakukan pasien ditempat ini ada olahraga, kebersihan dan kebaktian” Berbagai kegiatan dilakukan pasien jiwa di rumah sakit Bina Karsa untuk membantu pasien berbaur dengan sesamanya dan akan berpengaruh pada pemulihan pasien. Kegiatan olahraga setiap pagi, kebersihan, dan kebaktian. “Kesan negatif yaitu kadang-kadang kena pukul pasien. Untuk kesan positifnya kalau melihat tingkah dan kelucuan pasien terkadang merasa terhibur” Dalam setiap pekerjaan seseorang pasti memiliki kesan positif dan negatif selama bekerja tidak beda dengan profesi sebagai perawat, apalagi perawat jiwa yang merawat orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Pesan negatif perawat Mariana selama merawat pasien jiwa yaitu kadang-kadang kena pukul pasien dan kesan positifnya dia merasa terhibur melihat tingkah lucu pasien jiwa. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Sebelum berkomunikasi dengan pasien kita kumpulkan data pasien dulu melalui rekamedis pada saat dibawa oleh keluarga itu kita lihat sebagai data awal,setelah itu mempersiapkan diri, waspada dan jaga jarak” Ketika peneliti bertanya bagaimana persiapan awal sebelum berinteraksi dengan pasien perawat Mariana menjawab bahwa sebelum berhadapan langsung dengan pasien terlebih dahulu menyiapkan data pasien atau data medik pasien agar perawat tahu identitas dan masalah pasien, dan perawat bisa menyiapkan diri baik mental dan emosinya untuk menghadapi pasien dengan masalah gangguan jiwa yang dialami pasien. Perawat Mariana selalu waswas dan menjaga jarak ketika akan berkomunikasi dengan pasien untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menciderai perawat. “Pertama-tama berhubungan dengan keluarga dan pasien dimasukkan kedalam ruangan karna masih gelisah. Setelah pasien satu dua hari sudah agak tenang kita bisa berkomunikasi dengan pasien awalnya kita beri salam dulu, lalu memperkenalkan diri sebagai perawat, kita tanya namanya siapa, tapi pernah pasien saat ditanya namanya dia mengaku dirinya sebagai presiden ya.. dipanggil aja namanya Jokowi, terkadang juga pasien yang merasa seorang bos. Kalau saya tidak memberitahu tugas tanggung jawab perawat dan pasien, karena beda pasien umum dengan jiwa kalau dik asih tahupun tidak ngerti juga” Penting bagi perawat untuk menampilkan sikap yang hangat, empati, menerima dan bersikap penuh perhatian terhadap pasien pada fase orientasi ini. Hal itu yang ditunjukkan perawat Mariana pertama berkomunikasi dengan pasien memberi salam seperti kata selamat siang, selamat pagi, hallo, hai. Menyapa pasien dengan salam artinya perawat membawakan diri lebih dekat lagi dengan pasien, pasien lebih merasa bahwa dia diperhatikan oleh perawat yang membuat pasien bisa menerima perawat dengan baik. Selanjutnya yang dilakukan perawat Mariana yaitu memperkenalkan diri sebagai perawat dan menawarkan diri untuk bisa bekerjasama dalam proses pemulihan pasien. Dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu, untuk pertanyaan yang akan ditanyakan perawat selanjutnya akan dijawab pasien dengan sopan karena dalam hal ini pasien tidak hanya berbicara sendiri menjawab Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pertanyaan-pertanyaan dari perawat seperti diintrogasi tetapi perawat juga melakukan feedback yang positif dalam menghadapi pasien. Perawat Mariana memberikan kesempatan pada pasien untuk memulai pembicaraan dengan menanyakan identitas pasien dan seputar kehidupannya. Dari pasien yang pernah dia hadapi pernah seorang pasien jiwa dengan masalah waham suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat dan terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan saat ditanya namanya pasien itu mengaku dirinya sebagai seorang presiden, mengaku seorang bos, dan pasien yang merasa bahwa dirinya yang paling benar. Perawat Mariana dalam melakukan komunikasi dengan pasien tidak semua informasi yang diberitahukan kepada pasien. Untuk informasi yang penting hanya diberitahukan kepada keluarga pasien. Padahal seharusnya hak pasien untuk mengetahui informasi haruslah dilakukan, tetapi perawat Mariana merasa hal itu hanyalah sia-sia karena diberitahupun tetap pasien tidak mengerti dengan apa yang dikatakan perawat. “Panggil namanya berulang-ulang, dipanggil-panggil aja namanya. Kalau tidak mau juga dilapor ke dokter” Cara perawat Mariana untuk mengatasi pasien yang tidak mau berbicara yaitu memanggil nama pasien berulang-ulang kalau tidak mau juga berbicara perawat akan melapor ke dokter. Disini seorang perawat harus memiliki kesabaran yang besar dalam menghadapi pasien jiwa yang memang berbeda dengan orang normal pada umumnya. Kemampuan untuk mengontrol emosi akan membantu perawat dalam menghadapi pasien yang susah diajak bicara. “Jadi pada fase kerja intinya ada sesuatu yang kita latih ke pasien, yaitu memberikan suatu keterampilan kepada pasien untuk membantunya dalam memecahkan masalah jiwa yang dialaminya” Pada intinya bahwa perawat memberikan pelatihan atau keterampilan terhadap tipe apa yang menyebabkan pasien terkena gangguan jiwa. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu pasien untuk mendefenisikan masalah yang sedang dihadapi dan mencari penyelesaian masalah lalu mengevaluasinya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Kami paksa karna biar bagaimanapun suntikan itu harus masuk. Pertama- tama dibujuk dulu “disuntik dulu ya biar cepat pulang” karna kadang-kadang pasien ini rasa kecurigaannya tinggi jadi harus dibujuk sampai mau dilakukan pengobatan” Cara perawat Mariana mengatasi pasien yang menolak dilakukannya tindakan pengobatan yaitu dengan cara membujuk pasien dulu, kalau tidak bisa dengan bujukan perawat melakukan pemaksaan yang akan dibantu oleh perawat yang lain untuk memegang tangan dan kaki pasien karna pengobatan penting bagi kesembuhan pasien. “Kita tanyakan jelas untuk hari ini? Kalaupun jelas nggaknya ya kita akhiri dan dilanjutkan di pertemuan berikutnya. Dengan kesepakatan yang telah dibuat” Perawat Mariana menanyakan perasaan pasien setelah bercakap-cakap dengan perawat, menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan dan membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya. “Manfaat komunikasi terapeutik yang saya rasakan yaitu pasiennya lebih terbuka sama kita dan perawat bisa lebih mengerti pasien” Komunikasi terapeutik sangat membantu perawat melakukan hubungan yang lebih efektif dengan pasien. Begitu juga dengan apa yang dirasakan perawat Mariana bahwa komunikasi terapeutik membuat pasien lebih terbuka kepada perawat dan begitu juga dengan perawat yang bisa lebih mengerti pasien. Perawat yang mengerti dengan pasiennya akan menciptakan hubungan yang baik dengan pasiennya. “Sekali-sekali ada kesulitannya ya.., apalagi pasien dengan curiga tinggi, gak mau makan, gak mau minum dan lain-lain dan kesulitannya yang lain kalau dia belum stabil terkadang pembicaraannya tidak nyambung A ditanya terkadang B dijawab, Cara menghadapi pasien yang seperti ini dicuekin aja atau dibiarin aja dulu. Kita suruh istirahat setelah tenang baru kita ajak berbicara lagi” Hambatan yang dialami perawat Mariana yaitu pasien curiga tinggi dan pasien yang bicaranya ngawur atau tidak nyambung. Bagi perawat Mariana sendiri untuk mengatasinya di diamin dulu , sikap diam yang digunakan perawat terhadap pasien yaitu memberikan kesempatan pada pasien untuk menenangkan dirinya, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara memfokuskan fikirannya sebelum menjawab pertanyaan perawat, setelah keadaan pasien tenang baru perawat kembali mengajak pasien untuk berbicara.

4.2.3 Hasil Wawancara dan pengamatan

Dokumen yang terkait

Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa (Studi Deskriptif Tentang Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Kepada Pasien Halusinasi Dalam Proses Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

0 5 1

Tahapan Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar (Suatu Studi Deskriptif tentang Penyembuhan Jiwa Pasien Melalui Tahapan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

5 107 139

Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Studi Deksriptif Mengenai Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Dalam Proses Penyembuhan Di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat )

0 2 1

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 15

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 2

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 7

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 1 18

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 4

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 36

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENANGANAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

0 0 28