Universitas Sumatera Utara
4. dan pemahaman tetap pasien tidak mengerti malah membangkang, dan Informan V mengaku penghambatnya itu dari pasien yang mengamuk.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai judul, maka peneliti berusaha untuk merumuskan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Beberapa saran tersebut adalah: 1. Saran dalam kaitan penelitian
Diharapkan perawat jiwa Rumah Sakit Bina Karsa Medan harus lebih memahami pendekatan ataupun teknik-teknik komunikasi terapeutik yang
diterapkan dalam proses komunikasi terapeutik kepada pasien jiwa. Pendekatan yang dilakukan perawat diharap menumbuhkan rasa saling
percaya dan membina hubungan yang baik dengan pasien, jika proses komunikasi terapeutik berjalan dengan baik akan berpengaruh terhadap proses
pemulihan atau kesembuhan pasien jiwa. 2. Saran Dalam Kaitan Akademis
Diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
Dengan adanya penelitian yang berbeda, maka akan semakin banyak pula referensi hasil penelitian yang dapat digunakan dan memperkaya khasanah
oleh para calon peneliti berikutnya . 3. Saran dalam kaitan praktis
Diharapkan perawat lebih menguasai teknik-teknik komunikasi terapeutik memudahkan dalam proses komunikasi terapeutik dengan pasien. Rumah
Sakit Bina Karsa Medan juga diharapkan lebih membenahi sarana dan prasarana
yang memfasilitasi
kebutuhan pasien
selama melakukan
pengobatan. Serta menambah aktifitas dan kegiatan pasien jiwa karena selain pengobatan dan komunikasi terapi, melakukan aktifitas dan kegiatan akan
mendorong jiwa pasien lebih baik atau normal.
Universitas Sumatera Utara
8
Universitas Sumatera Utara BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian Pustaka
Istilah konstruksi sosial atau realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The
Social Constuction of Reality, a Treatise in The Sociological of Knowledge” Bungin,
2006 : 189. Lalu ia kemudian menggambarkan proses sosial memalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas
yang di miliki dan dialami bersama secara subjektif. Dalam aliran filsafat, konstruktivisme muncul sejak Socrates menemukan
jiwa dan tubuh manusia dan sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah informasi, relasi,
individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya. Ia juga mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya,
bahwa kunci
pengetahuan adalah
logika dan
dasar pengetahuan
adalahfaktaBungin,2006:189. Asumsi dasar dalam pendekatan konstruktivisme adalah realitas tidak dapat
dibentuk seecara ilmiah, namun juga, turun karena campur tangan Tuhan. Tapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Pandangan konstruktivisme memandang
realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Sehingga realitas yang sama bisa ditanggapi, dimaknai dan dikonstruksi
secara berbeda-beda
oleh setiap
orang karena
setiap orang
mempunyai pengalaman,pendidikan dan lingkungan sosial yang berbeda-beda. Selain itu,
paradigma konstruktivisme juga memandang realitas sebagai suatu bentukan secara simbolik melalui interaksi sosial. Keberadaan simbol ataupun bahasa menjadi penting
dalam membentuk realitas. Dalam artian hanya melihat bagaimana bahasa dan simbol diproduksi dan direproduksi lewat berbagai hubungan yang terbatas antara sumber
dan narasumber yang menyertai proses hubungan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa sederhanya, hanya menyentuh level mikro konsep diri sumber danlevel meso lingkungan dimana sumber itu berada dan tidak menyentuh hingga
level makro sistem politik, budaya, ekonomi, dan lain-lain. Konsentrasi analisis pada paradigma ini adalah menemukan bagaimana suatu peristiwa ataupun realitas
dikonstruksi, dan dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.
2.2 Kajian Pustaka