Hambatan Komunikasi Terapeutik Pembahasan

Universitas Sumatera Utara pasien merasa dihargai yaitu mendengarkan pasien dengan perlu perhatian, perawat menunjukkan penerimaan dengan mendengarkan tanpa keraguan, menawarkan diri perawat sebagai seseorang yang bisa diyakini untuk yang dipercayai oleh pasien, dan memberikan kesempatan untuk pasien untuk memulai pembicaraan dengan memberikan pertanyaan yang memancing pasien untuk bercerita.

4.3.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik

Beberapa informan yang diwawancarai peneliti mengaku terkadang dan pasti mengalami kesulitan dalam mengatasi pasien jiwa, namun ada juga informan yang merasa tidak kesulitan makanya bertahan lama bekerja dirumah sakit tersebut. Tetapi semua informan mengaku pernah mengalami hambatan saat pelaksanaan komunikasi terapeutik. Berbeda-beda hambatan yang pernah dialami para perawat dan mereka mempunyai cara masing- masing untuk mengatasi hambatan tersebut. Informan I,II dan III mengaku sering mengalami hambatan saat pelaksanaan komunikasi terapeutik yaitu pasien yang susah diajak berbicara dan pasien yang bicaranya ngawur. Saat perawat melayani pasien seperti ini akan menghambat proses pelaksanaan komunikasi terapeutik, bagaimana ketahap intinya jika diawalpun pasien sudah tidak mau berbicara. Tapi cara informan ini mengatasinya dengan membujuk pasien dengan kata-kata, juga bujukan seperti memberikan roti dan rokok bagi pasien yang perokok. Biasanya cara ini berhasil membuat pasien mulai berbicara. Menurut informan II mengatasinya dengan membiarkan pasien tenang dulu dengan menyuruh beristirahat setelah itu baru diajak berbicara lagi. Sedangkan informan III mengatasinya dengan cara membujuk-bujuk pasien dengan menanyakan maunya pasien. Informan IV mengalami hambatan pasien yang tidak kooperatif yaitu pasien yang susah diajak bekerja sama, saat diberi penjelasan dan pemahaman tetap pasien tidak mengerti malah membangkang. Perawat akan kesusahan untuk melakukan pelaksanaan komunikasi terapeutik terlebih saat tahap kerja untuk melakukan pengobatan pada pasien. Cara mengatasinya membuat pasien merasa tenang dan membujuk pasien, karena mungkin perasaan pasien tidak dalam keadaan baik. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Informan V mengaku penghambatnya itu dari pasien yang mengamuk jadi untuk sementara tidak dilaksanakan komunikasi terapeutik karena perawat menghindari tindakan pasien yang dapat membahayakan dan penghambat lainnya yaitu mood perawat yang tidak baik. Untuk mengatasinya mood yang tidak baik, perawat tidak melakukan komunikasi dengan pasien saat itu perawat takut terbawa suasana hati yang bisa menyebabkan marah pada pasien, kalaupun terpaksa harus berkomunikasi hanya bertanya yang penting-penting saja. Untuk mencapai komunikasi terapeutik yang efektif perawat jiwa perlu mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu: 15. Perawat jiwa harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut seperti yang diungkapkan Informan I menyiapkan diri untuk tidak takut saat berkomunikasi dengan pasien. Disini perawat mengenali kelemahan apa yang dimilikinya dan berusaha untuk mengendalikan kelemahannya demi membina hubungan yang baik dengan pasien. 16. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai. Semua informan menunjukkan sikap menerima dengan menghadirkan dirinya dengan ramah membuat pasien merasa nyaman. Membangun hubungan saling percaya untuk mengendalikan rasa curiga pasien. Seperti yang diungkapkan informan VI bahwa komunikasi terapeutik itu harus bisa membuat pasien merasa dihargai dan diperhatikan. 17. Perawat jiwa harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental. Kesembuhan pasien bukan seputar memperhatikan mentalnya saja tetapi kebutuhan fisik juga mendukung. Menurut informan II “perlu memberikan suatu keterampilan kepada pasien untuk membantunya dalam memecahkan masalah jiwa yang dialaminya”. 18. Perawat jiwa harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut. Sama halnya dengan pernyataan informan III “Kita mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya yang nantinya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mengarahkan pasien untuk berperilaku adaptif yaitu pasien mampu melakukan kebebasan pribadi dan juga mampu beradaptasi secara pribadi”. 19. Perawat jiwa harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Seperti yang diungkapkan informan V bahwa dia berusaha mengajari pasien berinteraksi kepada orang lain dan mendukung aktivitas pasien dengan contoh memberikan nasihat kepada pasien. 20. Perawat jiwa harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi. Pastinya dalam merawat pasien jiwa perawat mengalami tekanan dan menguras emosi, namun perlu pengendalian agar perasaan perawat tidak berlebihan. Karena emosi perawat berpengaruh juga dalam kesembuhan pasien. 21. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya. Semua informan memperhatikan durasi dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien karena seperti yang dikatakan informan III “kalau kita ngomong terlalu lama pasien bisa marah” 22. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik. 23. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik. 24. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat jiwa perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik , mental, spiritual, dan gaya hidup. 25. Disarankan untuk mengeskpresikan perasaan bila dianggap mengganggu. 26. Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi. 27. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 28. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain yaitu pasiennya Damaiyanti, 2008 : 13. Menurut Egan, ada lima sikap ataupun cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik bagi tenaga medis, yaitu: 1. Berhadapan Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk Anda”. Hampir semua informan yang peneliti wawancarai akan duduk berhadapan dengan pasiennya ketika mengajak orang tersebut berkenalan dan melakukan pendekatan. Hal ini perawat lakukan agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif. 2. Mempertahankan kontak mata Menjaga kontak mata berarti menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Tatapan yang hangat dan bersahabat akan membuat pasien jiwa nyaman untuk berkomunikasi dengan perawat. 3. Membungkuk kearah pasien Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu. Hal ini dilakukan oleh para informan untuk dapat mendekatkan diri dengan pasien jiwa. 4. Memperlihatkan sikap terbuka Salah satu sikap yang menunjukkan keterbukaan perawat jiwa dalam berkomunikasi dengan pasien jiwa adalah tidak melipat kaki atau tangan, hal begini juga terkesan sombong yang membuat pasien jiwa merasa takut. 5. Tetap rileks Perawat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien. Hampir semua informan menghadapi situasi yang kurang menyenangkan dengan pasien jiwa, namun perawat harus rileks dan tidak terbawa emosi dalam melayani pasien. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dalam melakukan proses komunikasi terapeutik perawat jiwa Bina Karsa Medan melakukan beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist 1992 serta Stuart dan Sundeen 1998 dalam Damaiyanti 2008 : 14 antara lain: 21. Mendengarkan dengan perlu perhatian Perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan. Seperti yang dilakukan para perawat, cara mendengarkan dengan perlu perhatian yaitu menggunakan bahasa nonverbal fokus dan menunjukkan keseriusan mendengarkan pasien ketika berbicara 22. Menunjukkan penerimaan Bersedia mendengarkan tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Salah satu kunci utama menjalin hubungan yang baik dengan pasien yaitu dengan menerima kehadiran pasien. Semuan informan selalu menunjukkan penerimaan dengan pasien biasanya pada saat pertama bertemu dengan pasien, menyapa pasien dengan senyum yang hangat akan membuat pasien merasa diterima oleh perawat. 23. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan Tujuan perawat bertanya untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan klien. Contoh : “Berapa bersaudara sekeluarga? Jadi kamu anak yang keberapa?” 24. Pertanyaan terbuka Pertanyaan yang memerlukan jawaban yang luas dan bukan pertanyaan yang memiliki jawaban “ya” dan “tidak” sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya, dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberikan informasi yang diperlukan. Seperti yang diungkapkan informan IV “apa yang menyebabkan bapak meyakini yang demikian. Silahkan pak Anton, cerita tentang apa yang pak Anton yakini” 25. Menawarkan informasi Memberikan tambahan informasi berupa tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien dengan tujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Perawat memeberikan informasi seputar kesehatan dan kesembuhan pasien tentang apa Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang harus dilakukannya untuk mendorong kesembuhannya. Penting juga memberikan informasi bagi keluarga pasien agar pasien tidak kambuh lagi. 26. Meringkas Yaitu pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.Manfaatnya untuk mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan percakapan selanjutnya. Perawat meringkas hasil pembicaraan dan mengambil inti pokoknya saja yang bermanfaat bagi pasien. 27. Menawarkan diri Bukan tidak mungkin pasien belum siap berkomunikasi dengan perawat, tetapi tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sering juga perawat hanya menawarkan kehadirannya. Sebaiknya komunikasi ini dilakukan tanpa pamrih dan tidak mengharapkan balasan terhadap pasien. Perawat cukup menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respons yang diharapkan. 28. Memberikan kesempatan pada pasien untuk memulai pembicaraan Perawat harus memberikan kesempatan pada pasien berinisiatif memilih topik yang ingin dibicarakan bersama. Buat pasien merasakan bahwa ia diharapkan membuka pembicaraan. 29. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Berikan kesempatan kepada pasien mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat berusaha menafsirkan dan mengarahkan diskusi pembicaraan. 30. Menempatkan kejadian secara berurutan Mengurutkan kejadian membantu perawat dan pasien melihat dalam suatu perspektif. Dan kelanjutan dari suatu kejadian menuntun perawat dan pasien melihat kejadiaan berikutnya yang merupakan akibat dari kejadian sebelumnya dan menemukan pola kesukaran dalam hubungan interpersonal. Perawat berusaha mengurutkan kejadian maupun masalah pasien, bagaimana awalnya pasien sakit jiwa, apa penyebabnya, apakah pasien menganggu sekitar danlain- lain. 31. Memberikan kesempatan pada pasien menguraikan persepsinya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif pasien jika ingin mengerti pasien. Pasien harus bebas menguraikan persepsinya pada perawat. Semua informan selalu mendorong dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menguraikan persepsinya agar perawat tahu apa masalah pasien dan bagaimana menjiwai pasien tersebut. 32. Refleksi Perawat mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien. Metode ini menganjurkan pasien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dirinya sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh informan III bahwa perawat mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya yang akan mengarahkan pasien untuk berperilaku adaptif. 33. Humor Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan keberhasilan dalam asuhan keperawatan dalam menangani pasien jiwa, perawat perlu menggunakan humor dalam berkomunikasi dengan pasien. Sikap humoris bagi diri perawat memiliki pengaruh dalam menjalin hubungan baik dengan pasien yang tentunya bagi kesembuhan pasien juga. Justru muka yang tegang dan serius membuat pasien merasa takut. “Kalau tidak mau ngomong gimana lagi, di ajak bercanda aja dulu” Dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari berbagai keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubugan dengan fisik, maupun dengan mental. Salah satu gangguan mental yang dapat menimpa seseorang adalah gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan gangguan mental yang terjadi ditengah masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh dalam Skizofrenia. Oleh karena itu dunia kesehatan mempunyai metode baru dalam penyembuhan yaitu dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi merupakan komponen yang penting dalam keperawatan. Perawat perlu menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pasien, peran komunikasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunikasi yang dilakukan perawat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dengan pasien bukanlah komunikasi sosial biasa, melainkan komunikasi terapeutik yang merupakan komunikasi antara perawat dengan pasien yang dilakukan secara sadar, selain itu bertujuan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi antara perawat dan pasien termasuk bentuk komunikasi antar pribadi. Sedangkan pengertian komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal. Banyakyang mengira atau berpendapat bahwa komunikasi terapeutik identik dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat ini tidak salah tapi mungkin terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri, karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk tujuan terapi. Berikut beberapa pengertian komunikasi terapeutik: komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhanpemulihan pasien Damaiyanti, 2008 : 11. Northouse, 1998 dikutip Nurhasanah, 2010:65, komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Sedangkan pendapat Stuart,1998 dikutip Nurhasanah, 2010 : 65 komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan pasien, dalam hal ini perawat dan pasien memperoleh pengalaman belajar besama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien. Dalam proses wawancara penulis menanyakan pengertian komunikasi terapeutik menurut dokter Donald Sitompul “Bagaimana cara perawat dan dokter berkomunikasi dengan pasien supaya pasien menjadi lebih bagus, untuk sembuh tidak, tapi untuk lebih bagus” Sedangkan menurut perawat Suryadi bahwa komunikasi terapeutik adalah “komunikasi yang mengarahkan yang membuka pikiran pasien sehingga dia mengerti apa yang dialaminya apa penyebabnya dan tindak lanjutnya harus gimana” Pada proses komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan tidak dapat berjalan dengan baik apabila antara perawat dan pasien tidak terbina Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara hubungan saling percaya, sehingga pasien tidak terbuka bercerita kepada perawat. Maka perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik memperhatikan dan menguasai teknik-teknik komunikasi terapeutik yang berguna bagi perawat dan pasien. Dalam proses komunikasi terapeutik dengan pasien perawat mengatur waktu agar pasien tidak merasa kelamaan dan membuatnya resah karna terlalu lama. Frekuensi waktu yang dilakukan perawat antara 15 menit sampai 30 menit. Seperti yang perawat Richard katakana bahwa pasien merasa tidak senang bila berbicara terlalu lama dengan pasien. Perawat melakukan komunikasi terapeutik sekali dalam satu hari, karena ini merupakan terapi untuk penyembuhan jiwa pasien. Yang lebih baik komunikasi terapeutik dilakukan selama shift kerja berganti. Di Rumah Sakit Bina Karsa Medan memiliki pergantian shift dua kali, jumlah perawat lebih banyak di pagi hari yaitu 3 orang perawat sedangkan untuk shift malam berjumlah 2 orang perawat. Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stress yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen utama yang dipakai adalah dirinya sendiri sehingga perlu menganalisa diri terlebih dahulu sebagai langkah awal dalam proses komunikasi terapeutik. Sebagai perawat jiwa harus lebih menguasai dan memahami aspek- aspek kejiwaan ketika peneliti menanyakan perbedaan perawat jiwa dan perawat umum pada dokter Donald Sitompul “Perawat jiwa itu harus tau tentang semua aspek-aspek kejiwaan kalau perawat umum tidak perlu dia tau itu. Sekolahnya lebih lanjut daripada perawat biasa. Untuk perawat jiwa tambah setahun lagi” Hubungan antara perawat dan pasien yang terapeutik adalah pengalaman belajar dan pengalaman perbaikan emosi pasien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik-teknik komunikasi agar perilaku pasien berubah kearah positif seoptimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus bisa membina hubungan saling percaya dengan pasien. Seluruh perilaku dan pesan yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara disampaikan oleh perawat baik verbal maupun nonverbal hendaknya bertujuan terapeutik untuk pasien. Hampir semua informan mengatakan bahwa komunikasi terapeutik saja tidak cukup dalam penyembuhan pasien, tapi dibantu dengan obat-obatan dan kegiatan- kegiatan yang bertujuan terapeutik seperti yang diungkapkan perawat Teresia. “Gak cukup, faktor rohani seperti kebaktian tergantung agamanya. Kalau islam di panggil ustad kalau Kristen dipanggil pendeta yang memimpin kebaktiannya. Obat-obatan juga, suntikan. Dan tambahan terapi ECT electro compulsi theraphy untuk mengendorkan syaraf otak yang tegang. Ini berlaku bagi pasien yang tidak mau makan, minum obat dan berlaku untuk pasien dengan masalah resiko bunuh diri. ECT ini tidak sembarang digunakan harus ada criteria pasien yang akan digunakan terapi ini”. Setiap pasien jiwa yang dirawat dirumah sakit rata-rata melakukan penolakan untuk dilakukan pengobatan pada dirinya. Perawat dalam hal ini tetap memaksa pasien jiwa dengan batas sewajarnya dengan memegang tangan dan kakinya, demi kesembuhan pasien juga. “Harus dipaksa karena pasien jiwa ini kalau modelnya gak dipaksa kebanyakan mereka nanti tidak mau minum obat. Jadi SOP Standard Operasional Procedur nya itu harus dilakukan juga kak, setiap pasien jiwa yang tidak mau minum obat harus dipaksa” Perawat dalam bidang kesehatan yang membantu pasien dalam penyembuhannya. Perlu menjalin hubungan yang baik dengan pasien, namun tidak bisa dipungkiri kalau seorang perawat secara tidak sengaja melakukan suatu hal yang tidak disukai pasien seperti komunikasi yang kasar, salah bicara, bicara terlalu lama, dan pasien juga tidak suka dianggap sakit ataupun sakit jiwa. Namun perawat Bina Karsa berusaha bersikap lembut, sabar dan mengerti pasien. Proses komunikasi terapeutik harus dilakukan secara berurutan sama halnya dengan semua jawaban informan, jika tidak maka tidak akan berkesinambungan dan bukannya bertujuan terapi hanya komunikasi biasa. Sementara untuk kesembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan tidak dapat sepenuhnya sembuh total , pasien yang tenang, kooperatif baru bisa dipulangkan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dalam penyembuhan pasien gangguan jiwa sendiri tidak bisa dilakukan dengan komunikasi terapeutik saja. Tetapi ada bagian-bagian tim, tim medis dan tim perawat. Tim medis dilakukan oleh dokter dalam menganalisa kondisi opasien dan member obat sesuai dosisnya, kemudian dibantu oleh tim perawat dalam komunikasi terapeutik namun dokter juga sekali-sekali melakukan komunikasi terapeutik juga. Jadi itu harus seimbang, itupun dalam penyembuhan jiwa tidak dapat menjamin penyembuhan total terhadap pasien. Terkadang pasien yang sudah pulang kerumahnya kembali lagi karena pihak kelurga yang tidak mengerti dalam merawat pasien gangguan jiwa. Para perawat sendiri tidak mengalami banyak kesulitan dalam melakukan komunikasi terapeutik, karena mereka memiliki landasan ilmu tentang kejiwaan yang mereka terapkan dan juga ada beberapa perawat yang sudah memiliki pengalaman dari rumah sakit tempat bekerja sebelumnya. Selain komunikasi ada terapi-terapi lainnya yang mendukung akan perkembangan jiwa pasien seperti ECT yaitu terapi kejang listrik yang berfungsi mengendorkan saraf-saraf otak yang tegang. Kemudian rehabilitasi berupa kegiatan olahraga, hiburan seperti menyanyi dan menari. Dan ada juga kegiatan TAK terapi aktifitas kelompok yaitu aktifitas yang dilakukan kelompok aktifitasnya berupa games-games menarik yang menang akan mendapat hadiah, kegiatan ini biasa dilakukan saat hari kemerdekaan. Pihak keluarga juga sangat berperan penting dalam penyembuhan pasien, Merawat pasien dengan perhatian agar pasien tidak kambuh lagi dan juga memberikan obat dengan teratur sesuai dosis dokter. Komunikasi terapeutik salah satu upaya yang dilakukan perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada pasien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat dalam berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai. Universitas Sumatera Utara 91 Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dokumen yang terkait

Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa (Studi Deskriptif Tentang Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Kepada Pasien Halusinasi Dalam Proses Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

0 5 1

Tahapan Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar (Suatu Studi Deskriptif tentang Penyembuhan Jiwa Pasien Melalui Tahapan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

5 107 139

Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Studi Deksriptif Mengenai Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Waham Dalam Proses Penyembuhan Di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat )

0 2 1

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 15

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 2

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 7

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 1 18

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 4

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 36

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PENANGANAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

0 0 28