Universitas Sumatera Utara
pasien merasa dihargai yaitu mendengarkan pasien dengan perlu perhatian, perawat menunjukkan penerimaan dengan mendengarkan tanpa keraguan, menawarkan diri
perawat sebagai seseorang yang bisa diyakini untuk yang dipercayai oleh pasien, dan memberikan
kesempatan untuk
pasien untuk
memulai pembicaraan dengan
memberikan pertanyaan yang memancing pasien untuk bercerita.
4.3.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik
Beberapa informan yang diwawancarai peneliti mengaku terkadang dan pasti mengalami kesulitan dalam mengatasi pasien jiwa, namun ada juga informan yang
merasa tidak kesulitan makanya bertahan lama bekerja dirumah sakit tersebut. Tetapi semua informan mengaku pernah mengalami hambatan saat pelaksanaan komunikasi
terapeutik. Berbeda-beda hambatan yang pernah dialami para perawat dan mereka mempunyai cara masing- masing untuk mengatasi hambatan tersebut.
Informan I,II dan III mengaku sering mengalami hambatan saat pelaksanaan komunikasi terapeutik yaitu pasien yang susah diajak berbicara dan pasien yang
bicaranya ngawur. Saat perawat melayani pasien seperti ini akan menghambat proses pelaksanaan komunikasi terapeutik, bagaimana ketahap intinya jika diawalpun pasien
sudah tidak mau berbicara. Tapi cara informan ini mengatasinya dengan membujuk pasien dengan kata-kata, juga bujukan seperti memberikan roti dan rokok bagi pasien
yang perokok. Biasanya cara ini berhasil membuat pasien mulai berbicara. Menurut informan II mengatasinya dengan membiarkan pasien tenang dulu dengan menyuruh
beristirahat setelah itu baru diajak berbicara lagi. Sedangkan informan III mengatasinya dengan cara membujuk-bujuk pasien dengan menanyakan maunya
pasien. Informan IV mengalami hambatan pasien yang tidak kooperatif yaitu pasien
yang susah diajak bekerja sama, saat diberi penjelasan dan pemahaman tetap pasien tidak mengerti malah membangkang. Perawat akan kesusahan untuk melakukan
pelaksanaan komunikasi terapeutik terlebih saat tahap kerja untuk melakukan pengobatan pada pasien. Cara mengatasinya membuat pasien merasa tenang dan
membujuk pasien, karena mungkin perasaan pasien tidak dalam keadaan baik.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Informan V mengaku penghambatnya itu dari pasien yang mengamuk jadi untuk sementara tidak dilaksanakan komunikasi terapeutik karena perawat menghindari
tindakan pasien yang dapat membahayakan dan penghambat lainnya yaitu mood perawat yang tidak baik. Untuk mengatasinya mood yang tidak baik, perawat tidak
melakukan komunikasi dengan pasien saat itu perawat takut terbawa suasana hati yang bisa menyebabkan marah pada pasien, kalaupun terpaksa harus berkomunikasi
hanya bertanya yang penting-penting saja. Untuk mencapai komunikasi terapeutik yang efektif perawat jiwa perlu
mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu: 15. Perawat jiwa harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,
memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut seperti yang diungkapkan Informan I menyiapkan diri untuk tidak takut saat berkomunikasi dengan pasien.
Disini perawat mengenali kelemahan apa yang dimilikinya dan berusaha untuk mengendalikan kelemahannya demi membina hubungan yang baik dengan
pasien. 16. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai. Semua informan menunjukkan sikap menerima dengan menghadirkan
dirinya dengan
ramah membuat
pasien merasa
nyaman. Membangun hubungan saling percaya untuk mengendalikan rasa curiga pasien.
Seperti yang diungkapkan informan VI bahwa komunikasi terapeutik itu harus bisa membuat pasien merasa dihargai dan diperhatikan.
17. Perawat jiwa harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental. Kesembuhan pasien bukan seputar memperhatikan mentalnya saja tetapi kebutuhan fisik juga mendukung. Menurut informan II
“perlu memberikan suatu keterampilan kepada pasien untuk membantunya dalam memecahkan masalah
jiwa yang dialaminya”.
18. Perawat jiwa harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut. Sama halnya dengan pernyataan informan III
“Kita mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya yang nantinya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan pasien untuk berperilaku adaptif yaitu pasien mampu melakukan kebebasan pribadi dan juga mampu beradaptasi secara pribadi”.
19. Perawat jiwa harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Seperti yang diungkapkan informan V bahwa dia berusaha mengajari pasien
berinteraksi kepada orang lain dan mendukung aktivitas pasien dengan contoh memberikan nasihat kepada pasien.
20. Perawat jiwa harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan,
maupun frustasi. Pastinya dalam merawat pasien jiwa perawat mengalami tekanan dan menguras emosi, namun perlu pengendalian agar perasaan perawat
tidak berlebihan. Karena emosi perawat berpengaruh juga dalam kesembuhan pasien.
21. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya. Semua
informan memperhatikan durasi dalam melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien karena seperti yang dikatakan informan III “kalau kita ngomong terlalu lama pasien bisa marah”
22. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
23. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik. 24. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat jiwa perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik , mental, spiritual, dan gaya hidup.
25. Disarankan untuk mengeskpresikan perasaan bila dianggap mengganggu. 26. Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi. 27. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil
keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
28. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain
yaitu pasiennya Damaiyanti, 2008 : 13. Menurut Egan, ada lima sikap ataupun cara untuk menghadirkan diri secara
fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik bagi tenaga medis, yaitu: 1. Berhadapan
Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk Anda”. Hampir semua informan
yang peneliti wawancarai akan duduk berhadapan dengan pasiennya ketika mengajak orang tersebut berkenalan dan melakukan pendekatan. Hal ini perawat
lakukan agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif. 2. Mempertahankan kontak mata
Menjaga kontak mata berarti menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Tatapan yang hangat dan bersahabat akan membuat
pasien jiwa nyaman untuk berkomunikasi dengan perawat. 3. Membungkuk kearah pasien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu. Hal ini dilakukan oleh para informan untuk dapat mendekatkan diri dengan
pasien jiwa. 4. Memperlihatkan sikap terbuka
Salah satu sikap yang menunjukkan keterbukaan perawat jiwa dalam berkomunikasi dengan pasien jiwa adalah tidak melipat kaki atau tangan, hal
begini juga terkesan sombong yang membuat pasien jiwa merasa takut. 5. Tetap rileks
Perawat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien. Hampir semua informan menghadapi situasi
yang kurang menyenangkan dengan pasien jiwa, namun perawat harus rileks dan tidak terbawa emosi dalam melayani pasien.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan proses komunikasi terapeutik perawat jiwa Bina Karsa Medan melakukan beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist
1992 serta Stuart dan Sundeen 1998 dalam Damaiyanti 2008 : 14 antara lain: 21. Mendengarkan dengan perlu perhatian
Perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan. Seperti yang dilakukan para perawat, cara mendengarkan dengan perlu perhatian
yaitu menggunakan bahasa nonverbal fokus dan menunjukkan keseriusan mendengarkan pasien ketika berbicara
22. Menunjukkan penerimaan Bersedia mendengarkan tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Salah
satu kunci utama menjalin hubungan yang baik dengan pasien yaitu dengan menerima kehadiran pasien. Semuan informan selalu menunjukkan penerimaan
dengan pasien biasanya pada saat pertama bertemu dengan pasien, menyapa pasien dengan senyum yang hangat akan membuat pasien merasa diterima oleh
perawat. 23. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan klien. Contoh
: “Berapa bersaudara sekeluarga? Jadi kamu anak yang keberapa?”
24. Pertanyaan terbuka Pertanyaan yang memerlukan jawaban yang luas dan bukan pertanyaan yang
memiliki jawaban “ya” dan “tidak” sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya, dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberikan
informasi yang diperlukan. Seperti yang diungkapkan informan IV “apa yang
menyebabkan bapak meyakini yang demikian. Silahkan pak Anton, cerita tentang apa yang pak Anton yakini”
25. Menawarkan informasi Memberikan tambahan informasi berupa tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien
dengan tujuan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Perawat
memeberikan informasi seputar kesehatan dan kesembuhan pasien tentang apa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang harus dilakukannya untuk mendorong kesembuhannya. Penting juga memberikan informasi bagi keluarga pasien agar pasien tidak kambuh lagi.
26. Meringkas Yaitu pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.Manfaatnya
untuk mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan percakapan selanjutnya. Perawat meringkas hasil pembicaraan dan mengambil inti pokoknya
saja yang bermanfaat bagi pasien. 27. Menawarkan diri
Bukan tidak mungkin pasien belum siap berkomunikasi dengan perawat, tetapi tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sering juga perawat hanya menawarkan kehadirannya.
Sebaiknya komunikasi ini dilakukan tanpa pamrih dan tidak mengharapkan balasan terhadap pasien. Perawat cukup menyediakan diri tanpa respons
bersyarat atau respons yang diharapkan. 28. Memberikan kesempatan pada pasien untuk memulai pembicaraan
Perawat harus memberikan kesempatan pada pasien berinisiatif memilih topik yang ingin dibicarakan bersama. Buat pasien merasakan bahwa ia diharapkan
membuka pembicaraan. 29. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Berikan kesempatan kepada pasien mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan
dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat berusaha menafsirkan dan mengarahkan diskusi pembicaraan.
30. Menempatkan kejadian secara berurutan Mengurutkan kejadian membantu perawat dan pasien melihat dalam suatu perspektif.
Dan kelanjutan dari suatu kejadian menuntun perawat dan pasien melihat kejadiaan berikutnya yang merupakan akibat dari kejadian sebelumnya dan
menemukan pola kesukaran dalam hubungan interpersonal. Perawat berusaha mengurutkan kejadian maupun masalah pasien, bagaimana awalnya pasien sakit
jiwa, apa penyebabnya, apakah pasien menganggu sekitar danlain- lain. 31. Memberikan kesempatan pada pasien menguraikan persepsinya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif pasien jika ingin mengerti pasien. Pasien harus bebas menguraikan persepsinya pada perawat. Semua
informan selalu mendorong dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menguraikan persepsinya agar perawat tahu apa masalah pasien dan bagaimana
menjiwai pasien tersebut. 32. Refleksi
Perawat mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien. Metode ini menganjurkan pasien untuk mengemukakan dan menerima ide
serta perasaannya sebagai bagian dirinya sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh informan III bahwa perawat mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan
pikirannya yang akan mengarahkan pasien untuk berperilaku adaptif. 33. Humor
Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan keberhasilan dalam asuhan keperawatan dalam menangani pasien jiwa, perawat
perlu menggunakan humor dalam berkomunikasi dengan pasien. Sikap humoris bagi diri perawat memiliki pengaruh dalam menjalin hubungan baik dengan
pasien yang tentunya bagi kesembuhan pasien juga. Justru muka yang tegang dan serius membuat pasien merasa takut. “Kalau tidak mau ngomong gimana lagi, di
ajak bercanda aja dulu”
Dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari berbagai keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubugan
dengan fisik, maupun dengan mental. Salah satu gangguan mental yang dapat menimpa seseorang adalah gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan gangguan
mental yang terjadi ditengah masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh dalam Skizofrenia. Oleh karena itu dunia kesehatan mempunyai
metode baru dalam penyembuhan yaitu dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi merupakan komponen yang penting dalam keperawatan. Perawat
perlu menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pasien, peran komunikasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan
pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunikasi yang dilakukan perawat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan pasien bukanlah komunikasi sosial biasa, melainkan komunikasi terapeutik yang merupakan komunikasi antara perawat dengan pasien yang dilakukan secara
sadar, selain itu bertujuan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi antara perawat dan pasien termasuk bentuk komunikasi antar pribadi. Sedangkan pengertian komunikasi
antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal dan nonverbal. Banyakyang mengira atau berpendapat bahwa komunikasi terapeutik identik
dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat ini tidak salah tapi mungkin terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri, karena inti dari
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk tujuan terapi. Berikut beberapa pengertian komunikasi terapeutik: komunikasi terapeutik itu sendiri adalah
komunikasi yang
direncanakan dan
dilakukan untuk
membantu penyembuhanpemulihan pasien Damaiyanti, 2008 : 11. Northouse, 1998 dikutip
Nurhasanah, 2010:65, komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Sedangkan pendapat Stuart,1998 dikutip Nurhasanah, 2010 : 65 komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan pasien, dalam hal ini perawat dan pasien memperoleh pengalaman belajar besama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional pasien. Dalam
proses wawancara penulis menanyakan pengertian komunikasi terapeutik menurut dokter Donald Sitompul
“Bagaimana cara perawat dan dokter berkomunikasi dengan pasien supaya pasien menjadi lebih bagus, untuk sembuh tidak, tapi
untuk lebih bagus” Sedangkan menurut perawat Suryadi bahwa komunikasi terapeutik adalah
“komunikasi yang mengarahkan yang membuka pikiran pasien sehingga dia mengerti apa yang dialaminya apa
penyebabnya dan tindak lanjutnya harus gimana” Pada proses komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan
tidak dapat berjalan dengan baik apabila antara perawat dan pasien tidak terbina
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
hubungan saling percaya, sehingga pasien tidak terbuka bercerita kepada perawat. Maka perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik memperhatikan dan
menguasai teknik-teknik komunikasi terapeutik yang berguna bagi perawat dan pasien.
Dalam proses komunikasi terapeutik dengan pasien perawat mengatur waktu agar pasien tidak merasa kelamaan dan membuatnya resah karna terlalu lama.
Frekuensi waktu yang dilakukan perawat antara 15 menit sampai 30 menit. Seperti yang perawat Richard katakana bahwa pasien merasa tidak senang bila berbicara
terlalu lama dengan pasien. Perawat melakukan komunikasi terapeutik sekali dalam satu hari, karena ini merupakan terapi untuk penyembuhan jiwa pasien. Yang lebih
baik komunikasi terapeutik dilakukan selama shift kerja berganti. Di Rumah Sakit Bina Karsa Medan memiliki pergantian shift dua kali, jumlah perawat lebih banyak di
pagi hari yaitu 3 orang perawat sedangkan untuk shift malam berjumlah 2 orang perawat.
Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stress yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat
terapeutik. Instrumen utama yang dipakai adalah dirinya sendiri sehingga perlu menganalisa diri terlebih dahulu sebagai langkah awal dalam proses komunikasi
terapeutik. Sebagai perawat jiwa harus lebih menguasai dan memahami aspek- aspek kejiwaan ketika peneliti menanyakan perbedaan perawat jiwa dan perawat umum
pada dokter Donald Sitompul “Perawat jiwa itu harus tau tentang semua aspek-aspek
kejiwaan kalau perawat umum tidak perlu dia tau itu. Sekolahnya lebih lanjut daripada perawat biasa. Untuk
perawat jiwa tambah setahun lagi” Hubungan antara perawat dan pasien yang terapeutik adalah pengalaman
belajar dan pengalaman perbaikan emosi pasien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik-teknik komunikasi
agar perilaku pasien berubah kearah positif seoptimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus bisa membina
hubungan saling percaya dengan pasien. Seluruh perilaku dan pesan yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
disampaikan oleh perawat baik verbal maupun nonverbal hendaknya bertujuan terapeutik untuk pasien.
Hampir semua informan mengatakan bahwa komunikasi terapeutik saja tidak cukup dalam penyembuhan pasien, tapi dibantu dengan obat-obatan dan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan terapeutik seperti yang diungkapkan perawat Teresia. “Gak cukup, faktor rohani seperti kebaktian tergantung
agamanya. Kalau islam di panggil ustad kalau Kristen dipanggil pendeta yang memimpin kebaktiannya. Obat-obatan
juga, suntikan. Dan tambahan terapi ECT electro compulsi theraphy untuk mengendorkan syaraf otak yang tegang. Ini
berlaku bagi pasien yang tidak mau makan, minum obat dan berlaku untuk pasien dengan masalah resiko bunuh diri. ECT
ini tidak sembarang digunakan harus ada criteria pasien yang
akan digunakan terapi ini”. Setiap pasien jiwa yang dirawat dirumah sakit rata-rata melakukan penolakan
untuk dilakukan pengobatan pada dirinya. Perawat dalam hal ini tetap memaksa pasien jiwa dengan batas sewajarnya dengan memegang tangan dan kakinya, demi
kesembuhan pasien juga. “Harus dipaksa karena pasien jiwa ini kalau modelnya gak
dipaksa kebanyakan mereka nanti tidak mau minum obat. Jadi SOP Standard Operasional Procedur nya itu harus
dilakukan juga kak, setiap pasien jiwa yang tidak mau minum
obat harus dipaksa” Perawat
dalam bidang
kesehatan yang
membantu pasien
dalam penyembuhannya. Perlu menjalin hubungan yang baik dengan pasien, namun tidak
bisa dipungkiri kalau seorang perawat secara tidak sengaja melakukan suatu hal yang tidak disukai pasien seperti komunikasi yang kasar, salah bicara, bicara terlalu lama,
dan pasien juga tidak suka dianggap sakit ataupun sakit jiwa. Namun perawat Bina Karsa berusaha bersikap lembut, sabar dan mengerti pasien.
Proses komunikasi terapeutik harus dilakukan secara berurutan sama halnya dengan semua jawaban informan, jika tidak maka tidak akan berkesinambungan dan
bukannya bertujuan terapi hanya komunikasi biasa. Sementara untuk kesembuhan pasien Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan tidak dapat sepenuhnya sembuh total ,
pasien yang tenang, kooperatif baru bisa dipulangkan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyembuhan pasien gangguan jiwa sendiri tidak bisa dilakukan dengan komunikasi terapeutik saja. Tetapi ada bagian-bagian tim, tim medis dan tim
perawat. Tim medis dilakukan oleh dokter dalam menganalisa kondisi opasien dan member obat sesuai dosisnya, kemudian dibantu oleh tim perawat dalam komunikasi
terapeutik namun dokter juga sekali-sekali melakukan komunikasi terapeutik juga. Jadi itu harus seimbang, itupun dalam penyembuhan jiwa tidak dapat menjamin
penyembuhan total terhadap pasien. Terkadang pasien yang sudah pulang kerumahnya kembali lagi karena pihak kelurga yang tidak mengerti dalam merawat
pasien gangguan jiwa. Para perawat sendiri tidak mengalami banyak kesulitan dalam melakukan
komunikasi terapeutik, karena mereka memiliki landasan ilmu tentang kejiwaan yang mereka terapkan dan juga ada beberapa perawat yang sudah memiliki pengalaman
dari rumah sakit tempat bekerja sebelumnya. Selain
komunikasi ada
terapi-terapi lainnya
yang mendukung
akan perkembangan jiwa pasien seperti ECT yaitu terapi kejang listrik yang berfungsi
mengendorkan saraf-saraf otak yang tegang. Kemudian rehabilitasi berupa kegiatan olahraga, hiburan seperti menyanyi dan menari. Dan ada juga kegiatan TAK terapi
aktifitas kelompok yaitu aktifitas yang dilakukan kelompok aktifitasnya berupa games-games menarik yang menang akan mendapat hadiah, kegiatan ini biasa
dilakukan saat hari kemerdekaan. Pihak keluarga juga sangat berperan penting dalam penyembuhan pasien,
Merawat pasien dengan perhatian agar pasien tidak kambuh lagi dan juga memberikan obat dengan teratur sesuai dosis dokter.
Komunikasi terapeutik salah satu upaya yang dilakukan perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada pasien. Untuk dapat
melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat dalam berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi
terapeutik dapat tercapai.
Universitas Sumatera Utara
91
Universitas Sumatera Utara BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan