Universitas Sumatera Utara
Perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif pasien jika igin mengerti pasien. Pasien harus bebas menguraikan persepsinya pada perawat.
18. Refleksi Perawat mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada
klien. Metode ini menganjurkan pasien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dirinya sendiri.
19. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.
20. Humor Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dalam menangani pasien jiwa, perawat perlu menggunakan humor dalam berkomunikasi dengan pasien.
2.2.6 Teknik Komunikasi Yang Kurang Tepat
Beberapa teknik komunikasi yang kurang tepat yang dikemukakan dalam bukuNurhasanah,2010:87
a. Memberi jaminan: Teknik ini tidak tepat, sebab apabila hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang dijaminkan, pasien menjadi tidak percaya lagi atau bahkan
mungkin menjadi marah. b. Memberikan penilaian: berkaitan dengan kemampuan perawat dalam memahami
dan mengklarifikasi nilai-nilai yang dianutnya. Teknik ini kurang tepat, karena apabila teknik ini digunakan dapat mengakibatkan klien merasa bahwa perawat
mengabaikan perasaan pasien atau merendahkan dirinya. c. Memberi komentar klise: memberi komentar yang itu-itu saja atau yang terlalu
umum. Contoh: setiap pasien melakukan atau menjawab sesuatu dengan tepat, perawat mengatakan “bagus”.
d. Memberi saran pada klien tidak tepat karena apabila sarannya tidak mampu mengatasi masalah, pasien akan menyalahkan atau meluangkannya pada perawat.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
e. Mengubah pokok pembicaraan: Teknik ini tidak tepat karena berorientasi pada perawat. Ketika menggali masalah pasien, terkadang perawat tidak tertarik pada
ungkapan pasien sehingga perawat mengubah topik pembicaraan. f. Defensif: Respon perawat yang defensif bisa menghambat pasien dalam
mengungkapkan perasaannya. Dengan memberikan respons defensif, sebenarnya perawat sedang menutupi kekurangan atau kelemahannya.
2.2.7 Proses Komunikasi Terapeutik
Dalam proses komunikasi terapeutik, seorang perawat mempunyai empat tahapan yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh
seorang perawat. Stuart Sundeen Damaiyanti, 2008 : 21. a. Fase Pra-Interaksi
Fase ini dimulai sebelum perawat bertemu dengan pasien untuk pertama kalinya dan merupakan fase dimana perawat merencanakan pendekatan terhadap
pasien. Pada fase ini perawat dapat melihat kembali catatan medik pasien, mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin timbul pada interaksi pertama,
mempersiapkan lingkungan yang nyaman dan merencanakan waktu yang cukup untuk interaksi. Pada fase ini juga perlu mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan yang ada di dalam dirinya serta menganalisis kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki sebelum melakukan interaksi dengan pasien. Perawat yang berhasil
melalui fase ini dengan baik akan menampilkan sikap yang lebih percaya diri dan lebih siap menghadapi segala macam kemungkinan.
b. Fase Orientasi atau Perkenalan Fase ini dimulai saat pertama kali perawat bertemu dengan pasien dan saling
mengenal satu sama lainnya. Perawat perlu menampilkan sikap yang hangat, empati, menerima dan bersikap penuh perhatian terhadap pasien. Hubungan pada fase ini
masih bersifat superfisial, tidak pasti dan masih tentatif. Pasien biasanya akan menguji kemampuan dan komitmen perawat dalam memberikan asuhan sesuai
dengan harapan yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
c. Fase Kerja Fase kerja merupakan dimana perawat dan pasien bekerja sama untuk
memecahkan suatu masalah dan mencapai tujuan bersama. Perawat perlu memotivasi pasien untuk berekspresi, mengeksplorasi dan menetapkan tujuan yang hendak
dicapai. Pada fase ini perawat dapat menunjukkan sikap caring dengan memberikan informasi yang dibutuhkan klien, melakukan tindakan yang sesuai dan menggunakan
teknik komunikasi terapeutik. Perawat juga dapat membantu pasien dalam menggali pikiran dan perasaannya, mengeksplorasi stressor, mendorong perkembangan
kesadaran diri pasien, mendukung pemakaian mekanisme koping yang adaptif dan merencanakan program selanjutnya yang sesuai dengan kemampuan pasien. Perawat
juga perlu mengatasi penolakan pasien terhadap perilaku adaptif yang hendak diajarkan oleh perawat dengan teknik dan pendekatan yang sesuai.
d. Fase Terminasi Fase terminasi merupakan fase untuk mengakhiri hubungan. Perawat bersama
pasien dapat saling mengeksplorasi perasaan yang muncul akibat dari perpisahan yang akan dijalani. Pada fase ini baik perawat maupun pasien dapat merasakan
perasaan puas, senang, marah, sedih, jengkel dan perasaan lainnya yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan. Perawat perlu menghadirkan realitas perpisahan
kepada pasien dan melakukan evaluasi dari pencapaian tujuan setelah interaksi dilakukan. Pada fase ini perawat juga perlu menetapkan rencana tindak lanjut yang
perlu dilakukan pasien terkait intervensi yang baru saja dilakukan pada fase kerja dan menetapkan kontrak untuk interaksi yang berikutnya. Terminasi terbagi dua yaitu,
terminasi sementara dan terminasi akhir. a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antarperawat dan pasien, dan
sifatnya sementara, karena perawat akan menemui pasien lagi, apakah satu atau dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan interaksi.
b. Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar atau pulang dari rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Tahap komunikasi terapeutik Intan dalam Damaiyanti, 2008
1 Tahap prainteraksi
Mengumpulkan data tentang pasien. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
Membuat rencana pertemuan dengan pasien kegiatan, waktu, tempat.
2 Tahap orientasi
Memberikan salam dan tersenyum pada pasien. Melakukan validasi kognitif, psikomotor, afektif.
Memperkenalkan nama perawat. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien.
Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
Menjelaskan tujuan. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melalukan kegiatan
Menjelaskan kerahasiaan.
3 Tahap kerja
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya. Menanyakan
keluhan utamakeluhan
yang mungkin
berkaitan dengankelancaran pelaksanaan kegiatan.
Memulai kegiatan dengan cara yang baik. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
4 Tahap terminasi
Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Memberikan reinforcement positif. Merencanakan tindak lanjut dengan pasien.
Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya waktu, tempat, topik. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
Dimensi responperilaku non verbal minimal yang perlu
ditunjukkan:
Berhadapan. Mempertahankan kontak mata.
Tersenyum pada saat yang tepat Membungkuk ke arah klien pada saat yang diperlukan.
Mempertahankan sikap terbukatidak bersedekap, memasukkan tangan ke
kantung atau melipat kaki.
2.2.8 Gangguan Jiwa 2.2.8.1 Pengertian Gangguan Jiwa