Kata Majemuk Landasan Teori

commit to user 18 menghilangnya beberapa komponen yang produktif. Contoh dari proses pemajemukan ini adalah palakesimpar ‘umbi-umbian yang terletak di atas tanah’, juru tulis ‘sekretaris’, dan juru madharan ‘koki’. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata majemuk yang langsung terjadi yang keberadaannya tidak diragukan. Hal ini diperkuat dengan adanya kata majemuk yang muncul dengan kesatuan bentuk dan kesatuan arti yang baru. Misalnya kata nagasari ‘nama pohon’ dalam kalimat berikut. 2 Mligine para peziarah jalu westri padha golek berkah ana sangisoring wit nagasari sarampunge nyekar. PS52Des201042 ‘Umumnya para peziarah laki-laki perempuan mencari berkah di bawah pohon nagasari selesai ziarah.’ Kata majemuk nomina nagasari ‘nama pohon’ kalimat 2 merupakan kata majemuk yang langsung terjadi. Hal ini mengacu pada pernyataan Soepomo Poedjosoedarmo yang menyatakan bahwa kata majemuk yang langsung terjadi dapat ditemui pada penamaan tanaman. Selain itu, kata majemuk nomina nagasari ‘nama pohon’ juga diperkuat dengan adanya perubahan makna secara keseluruhan dari unsur-unsur pembentuknya. Kata nagasari ‘nama pohon’ berasal dari kata naga ‘jenis ular’ dan sari ’inti’, tetapi setelah bergabung membentuk makna baru nama pohon.

4. Kata Majemuk

Harimurti Kridalaksana 2008:111 berpendapat bahwa kata majemuk merupakan gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan leksem yang bukan kata majemuk. Kriteria kategori majemuk commit to user 19 dapat dilihat dari cirinya yaitu dari segi semantik, memiliki satu makna, dari segi fonologis, memiliki satu tekanan, dan dari segi struktur, dua unsur, sistem gabungan dari dua unsur Fatimah Djajasudarma, 1993:47. Hal ini yang membedakan antara kata majemuk dengan frasa. Kata majemuk mempunyai ciri tersendiri jika dibandingkan dengan kumpulan kata lain seperti frasa. Kata majemuk mempunyai ciri-ciri yaitu, terdiri dari dua kata, sistem keeratannya ketat atau bersifat rapat, setelah bergabung membentuk makna baru, dan diberlakukan sebagai satu kata. Secara morfologis, kata majemuk tidak dapat disisipi dengan kata apapun. Jika mendapat imbuhan, diterapkan pada awal atau akhir kata majemuk seluruhnya dan jika diduplikasikan harus pula diulang secara keseluruhan Soepomo Poedjosoedarmo, 1978:165. Kata majemuk dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung camboran. Kata ini berasal dari bahasa Kawi cambor yang bermakna campur dan mendapat sufiks –an W. J. S. Poerwadarminta, 1939:624. Menurut Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka kata majemuk dibagi menjadi dua yaitu tembung camboran wutuh kata majemuk dua kata dan tembung camboran tugel kata majemuk satu kata 2008:113-114. Camboran wutuh adalah kata majemuk yang terdiri dari kata-kata yang masih utuh. Contoh: randha royal ‘nama makanan’. Camboran tugel adalah kata majemuk yang terdiri dari kata yang utuh dan kata penggalan atau kata majemuk yang merupakan bentuk panggalan dari dua kata. Contoh: bangjo ‘lampu lalu lintas’ yang berasal dari kata abang ‘merah’ dan ijo ‘hijau. Jadi, kata majemuk adalah gabungan dua unsur yang masing-masing mempunyai makna dan mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan, tetapi setelah bergabung commit to user 20 memiliki makna tersendiri. Kata majemuk berkategori nomina adalah kata majemuk yang mempunyai makna menunjukkan suatu benda nomina.

5. Kalimat