Afiksasi Reduplikasi Pengulangan Proses Morfologis

commit to user 11 1992:18. Menurut Samsuri, yang dimaksud dengan proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain 1982:190. Proses ini juga disebut dengan proses morfemis, karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Harimurti Kridalaksana memberi definisi proses morfologis sebagai proses yang mengubah leksem menjadi kata 2008:202 dan membaginya atas 6 bagian. Proses ini dibagi menjadi derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, dan derivasi balik. Wedhawati, dkk. dalam bukunya menyebutkan bahwa proses pembentukan kata melalui perubahan morfemis ada 9 yaitu afiksasi, modifikasi vokal, diftongisasi, pengulangan, pemajemukan, proses kombinasi, pemaduan, pemenggalan, dan pengakroniman 2006:40. Menurut JD Parera dalam buku Morfologi, proses morfologis dapat dibedakan menjadi 6 proses 2007:18. Proses morfemis itu adalah proses morfemis afiksasi, proses morfemis pergantian atau perubahan internal, proses morfemis pengulangan, proses morfemis zero, proses morfemis suplesi, dan proses morfemis suprasegmental. Samsuri membagi proses ini menjadi lima bagian yaitu afiksasi, reduplikasi, perubahan internal, suplisi, dan modifikasi kosong 1982:190-194.

a. Afiksasi

Afikasasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakkan pada sebuah morfem bebas secara lurus JD Parera, 2007:18. Harimurti Kridalaksana berpendapat bahwa afiksasi adalah proses atau hasil commit to user 12 penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas 2008:3. Pengertian afiksasi yang diberikan Wedhawati, dkk. adalah proses perangkaian afiks pada bentuk dasar 2006:40. Samsuri 1982:190 berpendapat bahwa afiksasi yaitu penggabungan akar atau pokok dengan afiks. Jadi afiksasi adalah proses morfologis yang terjadi pada bentuk asal, dasar, maupun bentuk akar yang diditambah dengan afiks. Terdapat empat macam afiks yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Afiks sebagai alat pembentuk kata baru akan menimbulkan atau menambahi komponen maknawi baru Sudaryanto, dkk., 1992:31. Contoh proses afiksasi adalah kala menjing ‘jakun’ + e ‘nya’  kala menjinge ‘jakunnya’. Proses afiksasi pada kata majemuk diterapkan pada awal atau akhir kata majemuk seluruhnya Soepomo Poedjosoedarmo, 1978:165. Afiks yang dapat diterapkan hanya berupa awalan, akhiran, maupun kombinasi keduanya. Sisipan tidak dapat diterapkan dalam kata majemuk karena akan mengubah makna. Contoh proses afiksasi pada kata majemuk adalah karanggesing ‘nama makanan’ + e ‘nya’  karanggesinge ‘karanggesingnya’.

b. Reduplikasi Pengulangan

Reduplikasi merupakan suatu proses morfologis yang banyak sekali terdapat pada bahasa-bahasa dunia. Reduplikasi adalah kata jadian yang dibentuk dengan proses pengulangan Sudaryanto, dkk., 1992:39. Menurut Wedhawati dkk, pengulangan merupakan proses pembentukan kata dengan mengulang seluruh atau sebagian bentuk dasar 2006:41, sedangkan Harimurti Kridalaksana 2008:208 berpendapat reduplikasi sebagai proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagi alat fonologi atau gramatikal. Jadi, reduplikasi atau pengulangan commit to user 13 merupakan proses morfologis dengan cara mengulang seluruh atau sebagian bentuk dasar. Proses pengulangan penuh ada tiga macam Wedhawati, dkk., 2006:41 yaitu pengulangan tanpa perubahan vokal, pengulangan dengan perubahan vokal, dan pengulangan semu. Sementara pengulangan parsial atau sebagian ada empat macam yaitu dwipurwa, dwiwasana, pengulangan sebagian bentuk dasar atau pengulangan dasar primer atau sekunder, dan pengulangan parsial perubahan vokal Wedhawati dkk,2006:42. Proses reduplikasi pada kata majemuk harus diulang seluruhnya Soepomo Poedjosoedarmo, 1987:166. Hal ini karena kelakuan kata majemuk seperti pada sebuah kata biasa. Pengulangan ini bisa terjadi seperti pengulangan biasa maupun dikombinasikan dengan afiks. Cotoh proses reduplikasi pada kata majemuk adalah sebagai berikut. Kata majemuk tapak dara ‘nama tanaman’ + R  tapak dara- tapak dara ‘banyak tanaman tapak dara’. Jika kata majemuk itu direduplikasi dan mendapat afiks, maka menjadi tapak dara-tapak dara ‘banyak tanaman tapak dara’ + e ‘nya’  tapak dara-tapak darane ‘banyak tanaman tapak dara miliknya’.

c. Pemajemukan Komposisi