commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Morfologi adalah ilmu linguistik yang membahas tentang kata dan pembentukan kata. Harimurti Kridalaksana 2008:159 memberi definisi
morfologi sebagai berikut: 1. bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; 2. bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan
bagian-bagian kata, yakni morfem. Ilmu ini hanya mempelajari dan membahas seluk beluk morfem dan pola pembentukan kata yang tidak membawa
konsekuensi sintaksis. Kata sebagai bagian dari morfologi, mempunyai pengertian suatu unit
dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional yang berarti memiliki komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas
Gorys Keraf, 2005:21. Berdasarkan kategorinya, kata dapat dibedakan menjadi 8 jenis yaitu nomina, verba, adjektiva, pronominal, numeralia, adverbial, kata tugas,
dan interjeksi Sudaryanto, dkk., 1992:70. Menurut Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka 2008:115-150 dalam bahasa Jawa terdapat 10 jenising tembung yaitu
tembung aran, kriya, kahanan, katrangan, sesulih, wilangan, panggandheng, ancer-ancer, panyilah,
dan tembung panyeru. Penelitian ini penentuan kategori kata menggunakan teori dari Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka karena lebih
lengkap. Gabungan dari kata akan membentuk frasa, kata majemuk, kalimat, paragraf, hingga wacana. Setiap gabungan itu memiliki maksud dan tujuan
tertentu serta memiliki perbedaan penggunaannya.
commit to user 2
Unsur pembentuknya memiliki makna leksikal akibatnya konstruksi kata majemuk dikacaukan dengan konstruksi satuan lain, seperti frasa. Penulisan kata
majemuk ada dua macam yaitu ditulis secara terpisah dan dirangkai, sedangkan frasa selalu ditulis dengan cara terpisah. Kata majemuk merupakan hasil proses
morfologis, sedangkan frasa merupakan hasil dari proses pembentukkan berdasarkan konstruksi sintaksis. Keduanya memiliki struktur pembentuk yang
hampir sama yaitu gabungan dari dua kata atau lebih, tetapi mempunyai makna yang berbeda setelah proses penggabungan. Jika frasa mengandung makna yang
dapat terlihat dari morfem-morfem pembentuknya, sedangkan kata majemuk memiliki makna yang berbeda dari morfem pembentuknya setelah proses
penggabungan terjadi atau makna baru. Secara morfologi kata majemuk dapat dibagi menjadi kata majemuk kerja
verba, benda nomina, bilangan numeralia, sifat adjektiva, penghubung konjungsi, kata ganti, keterangan, kata seru interjeksi, dan kata majemuk kata
sandang. Menurut Didi Yulistio, dkk. 2002:7 komponen kata majemuk dapat berupa bentuk dasar atau kata dasar, berupa bentuk kata jadian atau berafiks, dan
bentuk bereduplikasi atau kata ulang, serta bentuk morfem unik. Soepomo Poedjosoedarmo 1978:167 menggolongkan kata majemuk berdasarkan dari segi
bentuk, posisi modifikasi, kadar luluh komponen, persamaan arti komponen, arti, jenis kata, dan bidang yang dilambangkan. Meskipun penelitian ini merupakan
bagian dari penelitian Soepomo Poedjosoedarmo, tetapi penelitian ini mempunyai kelebihan dibanding penelitian tersebut. Kelebihannya terletak pada analisis
bentuk dari kata majemuk yang dianalisis berdasarkan struktur dan kategori
commit to user 3
pembentuknya. Dalam analisis penelitian ini juga membahas mengenai fungsi dan peran dari kata majemuk nomina bahasa Jawa.
Terdapat tujuh kiat yang dapat dilakukan untuk mengikat suatu konstruksi lingual menjadi berstatus polimorfemis jenis majemuk. Tujuh kiat itu adalah
penghadiran makna baru yang tak terkembalikan seperti banyak angrem ‘rasi
bintang’ , penghadiran makna baru yang berambu-rambukan makna bentuk dasar seperti tepaslira
‘timbang rasa’, penghadiran bentuk fonemis antarbentuk dasar seperti dol tinuku
‘jual beli’, penghadiran bentuk dasar yang berupa unsur unik seperti peteng dhedhet
‘gelap gulita’, penghadiran bentuk penggalan sebagai bentuk dasar seperti jitu siji pitu
‘hebat’, dan onomatope sebagai bentuk dasar seperti cespleng
‘mujarab’ Sudaryanto, dkk., 1992:47-56. Tujuh kiat ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk membedakan kata majemuk dengan gabungan
kata lainnya. Contoh dari kata majemuk nomina dalam kalimat bahasa Jawa adalah
sebagi berikut. 1
Suket wit-witan kalempit wedhus gembel. JJ188Jan2011IX
‘Rumput dan pepohonan dibinasakan awan panas.’
Kata wedhus gembel ‘awan panas’ termasuk kata majemuk nomina karena
mempunyai makna baru setelah proses penggabungan. Kata wedhus gembel ‘awan
panas’ diberi makna berdasarkan bentuk awan yang menyerupai wedhus gembel ‘kambing jenis gembel’. Ini membuktikan bahwa kata wedhus gembel ‘awan
panas’ pada kalimat 1 merupakan kata majemuk nomina.
commit to user 4
Jika wedhus gembel ‘awan panas’ pada kalimat 1 disisipi dengan sufiks –
e ‘nya’ menjadi wedhuse gembel ‘kambingnya gembel’, maka mengubah makna
kata majemuk tersebut. Hasil penyisipan ini jika diterapkan dalam kalimat akan menjadi
1a Suket wit-witan kalempit wedhuse gembel.
‘Rumput dan pepohonan dibinasakan kambingnya gembel.’.
Tampak pada kalimat 1 jika ditambahi –e ‘nya’ pada kata wedhus gembel ‘awan
panas’ maka kalimat ini menjadi tidak berterima. Perubahan struktur inilah yang digunakan untuk membedakan kata majemuk dengan kumpulan kata lain seperti
frasa. Penelitian atau buku yang membahas tentang kata majemuk yang pernah
dilakukan antara lain. 1
Morfologi Bahasa Jawa oleh Soepomo Poedjosoedarmo, 1978, dalam bentuk buku. Buku ini tidak hanya membahas kata majemuk saja, tetapi hal
–hal yang berkaitan dengan morfologi bahasa Jawa. Pembahasan kata majemuk
dibahas pada bab VII yang terdiri dari pendahuluan, batasan, dan klasifikasi kata majemuk. Pengklasifikasian kata majemuk berdasarkan dari segi bentuk, posisi
modifikasi, kadar luluh komponen, persamaan arti komponen, arti, jenis kata, dan bidang yang dilambangkan.
2 Kajian Morfologi Bahasa Jawa oleh EM Uhlenbeck tahun 1982. Buku ini
hanya membahas komposium numeralia saja. EM Uhlenbeck membagi komposium numeralia menjadi tiga bagian yaitu komposium numeralia dengan
commit to user 5
seri –iji ‘biji’ dan –puluh ’puluh’, -welas ’belas’ dan –likur ’…’, dan komposium
dengan ping- ‘-kali’, kaping- ‘ke-‘, dan pra- ‘per-‘.
3
“Kata Majemuk dalam Bahasa Jawa” oleh Tugiya tahun 1991 dalam
bentuk skripsi. Skripsi ini membahas bentuk kata majemuk, ciri morfologis kata majemuk, dan makna kata majemuk bahasa Jawa yang terdiri dari dua kata.
4 Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa oleh Sudaryanto, dkk. pada tahun 1992.
Buku ini memberi batasan mengenai konstruksi lingual yang dapat disebut dengan bentuk majemuk. Dalam buku ini Sudaryanto, dkk. Menyebutkan tujuh kiat untuk
mengikat konstruksi lingual menjadi berstatus polimorfemis jenis majemuk sebagaimana telah disebutkan di atas.
5 “Kata Majemuk yang Unsur-Unsurnya Bersinonim: Identik dengan
Tembung Saroja dalam Bahasa Jawa ” oleh Edi Suwatno pada tahun 2006.
Penelitian ini membahas tentang bentuk dan hubungan makna kata majemuk yang unsur-unsurnya bersinonim: identik dengan tembung saroja. Penelitian ini khusus
meneliti kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya bersinonim, misalnya waras
wiris ‘segar bugar’.
Dari uraian di atas, penelitian secara khusus mengenai “Kata Majemuk
Nomina Bahasa Jawa Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran ” perlu dilakukan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas terletak pada.
a. Pada buku 1 dan penelitian 3 mengkaji semua bentuk kata majemuk;
buku 2 hanya membahas komposium numeralia saja, buku 4 mengikat konstruksi majemuk berdasar tujuh kiat sebagaimana telah
disebutkan di atas, dan penelitian 5 mengkhususkan pada kata
commit to user 6
majemuk yang unsur-unsurnya bersinonim. Penelitian “Kata Majemuk
Nomina Bahasa Jawa Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran” ini dikhususkan pada kata majemuk kategori nomina.
b. Dilihat dari segi bentuk, penelitian ini didasarkan pada jumlah morfem
dan kategori kata yang membentuk kata majemuk nomina, baik camboran
wutuh maupun camboran tugel. Bentuk kata majemuk yang dibahas dari kelima buku dan penelitian di atas adalah bentuk
camboran wutuh.
c. Kelima penelitian di atas belum mengkaji tentang fungsi sintaksis dan
peran dari kata majemuk, sedangkan pada penelitian ini menganalisis tentang kedua aspek tersebut.
Hal lain yang menarik dilakukan penelitian ini adalah 1. dari segi bentuk tidak semua kata majemuk nomina bahasa Jawa terbentuk dari gabungan kategori
nomina, tetapi gabungan dari dua kategori kata selain nomina, 2. kekhasan bentuk kata majemuk nomina dapat dijumpai pada kalimat bahasa Jawa dalam medis tulis
seperti majalah Panjebar Semangat, majalah Jayabaya, suplemen Jagad Jawa dalam surat kabar SOLOPOS dan Mekar Sari pada Kedaulatan Rakyat. Oleh
karena itu, peneliti mendeskripsikan mengenai masalah kata majemuk nomina bahasa Jawa dari segi bentuk, fungsi, dan peran.
B. Pembatasan Masalah