4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan danatau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Bahan Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam danatau sintetik yang
merupakan komponen kosmetika termasuk bahan pewarna, bahan pengawet dan bahan tabir surya BPOM RI, 2011.
Menurut Wasitaatmadja 1997, kosmetik berasal dari kata kosmein Yunani yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk
mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi
juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan Hasanah, 2010.
2.2 Kosmetik Dekoratif
Menurut Tranggono dan Latifah pada tahun 2007, kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk mengubah
penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit.
Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit Hasanah, 2010. Menurut Tranggono dan Latifah pada tahun 2007 dalam Hasanah 2010,
kosmetik dekoratif dibagi dalam dua golongan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
5 a.
Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow dan
lain-lain. b.
Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting
rambut.
2.3 Peranan Zat Warna dalam Kosmetik Dekoratif
Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar. Menurut Tranggono dan Latifah pada tahun 2007 dalam Hasanah 2010, zat
warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok: a.
Zat warna alam yang larut Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak
zat alam ini pada kulit lebih baik daripada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal. Misalnya
carmine zat warna merah yang diperoleh dari tubuh serangga coccus cacti yang dikeringkan, klorofil daun hijau, carotene zat warna kuning.
b. Zat warna sintesis yang larut
Zat warna sintetis pertama kali disintesis dari anilin, sekarang benzene, toluena, yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna.
c. Pigmen alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada
kandungan besi oksida atau mangan oksidanya misalnya kuning, coklat, merah bata, coklat tua. Zat warna ini murni, sama sekali tidak berbahaya, penting untuk
Universitas Sumatera Utara
6 mewarnai bedak krim dan makeup sticks. Warnanya tidak seragam, tergantung
asalnya, dan pada pemanasan kuat menghasilkan pigmen warna baru. d.
Pigmen sintetis Besi oksida sintetis sering menggantikan zat warna alam. Warnanya lebih
intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain kuning, coklat sampai merah dan macam-macam violet. Pigmen sintetis putih seperti zinc oksida dan titanium
oksida termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Zinc oksida tidak hanya berperan dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga
dalam preparat kosmetik dan farmasi lainya. Banyak pigmen sintetis tidak boleh dipakai dalam preparat kosmetik karena toksis, misalnya kadmium sulfat dan
kupri sulfat.
2.4 Alas Bedak