Meleburnya DPV ke dalam AVROS

4.3 Meleburnya DPV ke dalam AVROS

Pasca Indonesia merdeka, AVROS maupun DPV banyak sekali menghadapi masalah-masalah yang ada di dalam perkebunan. Salah satunya adalah masalah yang berasal dari lahan dan buruh. Untuk menghadapi permasalahan-permasalahan ini, maka di ambil suatu langkah awal yaitu meleburkan DPV beserta seluruh anggotanya ke dalam AVROS. 218 Menurut Ann Laura Stoler, meleburnya DPV ke dalam AVROS merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk membela diri terhadap pengurangan keuntungan, kekuasaan, serta harta miliknya. 219 Pengurangan keuntungan, kekuasaan, dan harta milik DPV ini sesuai dengan keputusan yang telah dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri yang dicantumkan dalam surat keputusan tanggal 28 Juni 1951, No. Agr.12514 dan juga keputusan dari Gubernur Sumatera Utara yang dikeluarkan dalam surat keputusan tertanggal 28 September 1951, No. 36KAgr. Isi dari surat ini adalah keputusan untuk menarik kembali hak atas tanah-tanah perkebunan tembakau. 220 Pada tahun 1952, AVROS yang diwakili oleh Nolen selaku ketua AVROS dan DPV yang pada saat itu diwakili oleh yaitu E.M. Vorstman, melakukan 218 Sjafrul Latif, op.cit., hlm. .32. 219 Stoler, op.cit.,hlm.235. 220 Deli Planters Vereeniging, Algemene Vereniging van Ruberplanters Oostkust van Sumatra, Medan No. XLVII, 11 September 1952, dalam Inventaris AVROS No. 308. Universitas Sumatera Utara pertemuan untuk membicarakan tentang bersatunya AVROS dan DPV. Hasil dari pertemuan ini, AVROS maupun DPV menyatakan niat mereka untuk menciptakan cara untuk bekerja sama yang lebih erat agar kepentingan-kepentingan yang mereka wakili akan diurus oleh satu organisasi yaitu AVROS. Hal ini dilakukan karena bila dilihat sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda hingga kemerdekaan Indonesia, masalah-masalah yang dihadapi oleh AVROS Maupun DPV pada umumnya adalah sama. 221 Sebelum menentukan suatu pendirian bersama antara AVROS maupun DPV, segala hal yang bersangkutan harus dibicarakan terlebih dahulu dengan mengadakan perundingan diantar masing-masing pengurus dari kedua perhimpunan tersebut. Setelah itu, harus diadakan pertukaran pikiran bila perlu harus pula dibicarakan dalam perundingan masing-masing pengurus. 222 Dengan meleburnya DPV kedalam AVROS, diharapkan dalam penyelenggaraan kepentingan-kepentingan perkebunan tembakau ataupun tanaman keras di Sumatera Utara akan lebih efisien dan lebih baik. Dengan adanya kesepakatan ini, maka AVROS juga harus melakukan perubahan pada anggaran dasarnya, sehingga akan lebih sesuai saat perkebunan tembakau masuk menjadi 221 Komunike Bersama dari AVROS dan DPV, Medan, 11 September 1952, dalam Inventaris AVROS No.308. 222 Ibid. Universitas Sumatera Utara anggota AVROS. Jika AVROS telah merubah anggaran dasarnya, maka DPV akan beralih dalam keadaan likuidasi. 223 Bagi para anggota AVROS dan DPV, peraturan-peraturan lama yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun peraturan-peraturan dari kedua perhimpunan yang dibuat melalui kesepakatan atau tidak dengan serikat-serikat buruh, maka peraturan ini akan tetap berlaku. Tetapi dalam perjalanannya akan diusahakan untuk membuat peraturan-peraturan yang sama bagi anggota AVROS maupun DPV. Dengan dibuatnya kesepakatan ini, maka mulai tanggal 1 Juni 1952 akan menjadi masa peralihan untuk mewujudkan suatu kerjasama. Selama masa peralihan ini akan diadakan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan untuk memasukkan kepentingan-kepentingan perkebunan tembakau ke dalam AVROS. Sejak diberlakukannya masa peralihan, sekretariat dari DPV dan AVROS akan bekerja sama dalam penyelenggaraan tugas dan menangani masalah-masalah yang sedang dalam urusan. Setelah melalui masa peralihan, maka pada tanggal 11 September 1952 pengurus AVROS secara resmi juga akan menangani urusan-urusan agraria dari perkebunan tembakau. 224 Dengan meleburnya DPV kedalam AVROS, maka sebanyak 250 perkebunan telah menjadi satu dengan AVROS. Dengan demikian, AVROS menjadi 223 Ibid. 224 Deli Planters Vereeniging, Algemene…XLVII, 11 September 1952, dalam Inventaris AVROS No. 308. Universitas Sumatera Utara perhimpunan para pengusaha perkebunan yang menangani segala urusan anggotanya yang terdiri dari komoditi karet, kelapa sawit, teh, serat, sisal, kakao, dan tembakau. 225 Pada tahun 1956 Pemerintah Indonesia membatalkan persetujuan yang telah disepakati dalam Konferensi Meja Bundar KMB. Isi dari persetujuan yang dihasilkan oleh KMB adalah melindungi hak milik Belanda dan Belanda memperoleh hak-hak istimewa di Indonesia. Persetujuan ini jelas sangat merugikan Indonesia. Tidak hanya itu, tidak kunjung jelasnya pengembalian kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia juga menjadi pemicu untuk menasionalisasikan seluruh perusahaan dan aset milik Belanda yang ada di Indonesia.

4.4 Perubahan Nama AVROS Menjadi GAPPERSU