Penyaluran Pangan Bagi Perkebunan

Afdeeling 111 Ceramah yang disampaikan oleh H.R. Blommendaal dari pusat percobaan AVROS, pada rapat umum luar biasa tanggal 5 Juni mengenai pengolahan minyak kelapa sawit dan kami telah menerbitkan laporan panjang lebar dalam koran kita, kini dicetak sebagai penerbitan dari pusat percobaan AVROS, seri umum nomor 21. membahastentang pengolahan minyak kelapa sawit. Berita mengenai hal ini dapat dilihat pada potongan surat kabar berikut ini: 112 Hasil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian AVROS kemudian akan dipublikasikan. Lembaga penelitian milik AVROS tidak hanya berjasa pada penelitian karet tetapi juga pada penelitian kelapa sawit dan tanaman keras lainnya, yang akhirnya memiliki banyak sekali manfaat. Hasil dari penelitian AVROS diterbitkan dalam bentuk buku maupun laporan dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, antara lain, Belanda, Inggris, Jerman, dan Perancis. Hasil dari penelitian yang dipublikasikan ini telah menjadikan APA terkenal di kalangan dunia internasional sebagai salah satu balai penyelidikan yang berjasa dalam “estate agricultural research”. 113 Seperti yang telah diketahui bahwa pada masa kolonial, daerah Sumatera Timur dieksploitasi menjadi perkebunan yang ditanami oleh tanaman-tanaman

3.2.3 Penyaluran Pangan Bagi Perkebunan

111 J. Paulus., loc.cit. 112 “Palmoliebereiding”, De Sumatra Post, 22 Agustus 1925. 113 Sjafrul Latief, op.cit., hlm. .32 Universitas Sumatera Utara komersial. Pada saat itu para pengusaha perkebunan hanya memusatkan perhatiannya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari tanaman komersial, namun pihak perkebunan kurang memberikan perhatiannya terhadap kebutuhan tanaman pangan di Sumatera Timur. Akibatnya daerah Sumatera Timur menjadi daerah yang kekurangan bahan pangan terutama beras. Namun, tidak semua daerah di Sumatera Timur mengalami kekurangan pangan. Ada beberapa daerah di Sumatera Timur yang memang memiliki lahan untuk menanam tanaman pangan guna memenuhi kebutuhan pangan mereka, diantaranya Serdang, Langkat, Asahan, dan Simalungun. Setelah AVROS didirikan, maka urusan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama beras bagi para anggotanya telah menjadi salah satu tugas dari AVROS. 114 Pada awalnya, AVROS tidak memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan pangan di perkebunan. 115 ….dan sejauh diperlukan mendorong pengangkutan rutin bahan makanan dan kebutuhan lainnya bagi perkebunan yang bergabung…. Tetapi dalam perkembangannya, AVROS memasukkan kegiatan penyaluran bahan pangan ini ke dalam pasal 2 yang ada pada anggaran dasarnya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut : 116 114 Karl J. Pelzer, Toean Keboen Dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm.155-156. 115 Lihat Besluit pertama AVROS, di dalam pasal-pasalnya belum tertera tugas AVROS untuk menyalurkan pangan beras kepada anggotanya.Besluit van den…31 OKT 1910.No.34. 116 Besluit van den …25 Juli 1919 No. 47. Universitas Sumatera Utara AVROS melakukan pengangkutan beras secara rutin bagi anggotanya yang memang membutuhkan. Impor beras ke Sumatera Timur biasanya dilakukan oleh beberapa daerah yang memang surplus beras. Daerah-daerah tersebut antara lain, Penang, Bangkok, Rangon, Saigon, dan Jawa. 117 Pada awal pecahnya perang di Eropa perang dunia pertama tahun 1914, yaitu di saat Jerman, Rusia, dan Prancis mulai bermusuhan, ternyata berdampak terhadap kemampuan perkebunan untuk melakukan pembayaran upah buruh dan pembelian beras. Pada tanggal 3 Agustus 1914, diadakan sebuah pertemuan besar di Medan yang membahas tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beras bagi daerah Sumatera Timur. Pertemuan besar ini dipimpin oleh residen Sumatera Timur dan dihadiri oleh perwakilan dari pengusaha perkebunan dalam hal ini diwakili oleh AVROS dan DPV. 118 Dari hasil pertemuan ini, maka diputuskan untuk melakukan pembelian beras yang setidaknya cukup untuk persediaan mereka selama dua bulan. Jumlah beras yang diputuskan untuk dibeli sebanyak 120.000 karung beras yang nantinya akan dibagi menjadi tiga. Pambagiannya yaitu sebagai berikut, 50.000 karung 117 Jaarverslag van de….1 Juli 1914 -Juni 1915,op.cit.,hlm. 7. 118 Ibid. hlm. 5. Universitas Sumatera Utara diperuntukkan bagi anggota AVROS, 40.000 karung untuk anggota DPV, dan 30.000 untuk pemerintah. 119 Atas permohonan dari mereka yang telah membeli beras dari Bangkok, AVROS menerima berita telegram bahwa harganya turun sampai f 12,80 per pikul dan pasar perlahan-lahan membaik…. Pada tahun 1919, perkebunan-perkebunan yang ada di Sumatera Timur mendapat kabar baik mengenai harga beras. Dengan turunnya harga beras, artinya perkebunan akan dapat lebih menghemat pengeluarannya. 120 Kebutuhan beras impor dari luar wilayah Hindia Belanda ternyata tidak hanya dirasakan oleh Sumatera Timur, Jawa yang juga menjadi salah daerah penghasil beras ternyata juga masih membutuhkan beras impor untuk memenuhi kebutuhan pangannya. AVROS sendiri dengan jumlah anggota yang terhitung besar juga terus melakukan impor beras. Pada bulan Maret 1919, AVROS menerima beras yang baru tiba dari Bangkok dengan diangkut oleh kapal Van Cloon sebanyak 5000 ton atau sama dengan 50.000 karung beras. Seperti yang telah disinggung bahwa daerah lain diluar Sumatera Timur juga melakukan impor beras. Terlihat sesaat setelah kapal Van Cloon mengantarkan beras untuk AVROS, kapal ini segera kembali ke Bangkok untuk mengambil beras baik bagi Jawa maupun Deli. 121 119 1 karung = 100 kg. Ibid. 120 “Good Nieuws”, De Sumatra Post, 3 Februari 1919. 121 “Rijst In Aantogt”, De Sumatra Post, 24 Maret 1919. Universitas Sumatera Utara Mengingat ketergantungan Sumatera Timur pada beras impor yang begitu besar, maka pada tahun 1939 pemerintah kolonial memutuskan untuk memerintahkan perkebunan-perkebunan agar menyisihkan tanahnya seluas 40.000 hektar untuk ditanami tanaman pangan. Sedangkan impor beras terutama untuk kebutuhan perkebunan masih terus berlanjut hingga menjelang masuknya Jepang ke Hindia Belanda. 122 Masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda dimulai sejak keberhasilan Penguasa Jepang mengeluarkan pasukan kolonial Belanda pada tahun 1942. Sumatera Timur yang merupakan wilayah perkebunan besar dan pertambangan dianggap sebagai lahan potensial oleh Jepang untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan bahan mentah yang sangat diperlukan dalam Perang Asia Timur Raya.Kemenangan Jepang atas perang tersebut, membuat pihak sekutu mengalami kerugian yang sangat besar. Seluruh aset milik Belanda diambil alih penguasa Jepang. Hal ini terjadi karena pihak sekutu harus merelakan hartanya dikuasai Jepang, termasuk didalamnya perkebunan dan industri asing lainnya yang ada di Sumatera Timur. Orang-orang sipil Belanda atau orang asing lainnya yang ikut berperang menjadi tahanan Jepangataupun kembali ke negara asalnya. Namun, sebahagian kecil dari para

3.3 AVROS PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG