perhimpunan para pengusaha perkebunan yang menangani segala urusan anggotanya yang terdiri dari komoditi karet, kelapa sawit, teh, serat, sisal, kakao, dan
tembakau.
225
Pada tahun 1956 Pemerintah Indonesia membatalkan persetujuan yang telah disepakati dalam Konferensi Meja Bundar KMB. Isi dari persetujuan yang
dihasilkan oleh KMB adalah melindungi hak milik Belanda dan Belanda memperoleh hak-hak istimewa di Indonesia. Persetujuan ini jelas sangat merugikan Indonesia.
Tidak hanya itu, tidak kunjung jelasnya pengembalian kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia juga menjadi pemicu untuk menasionalisasikan seluruh perusahaan dan
aset milik Belanda yang ada di Indonesia.
4.4 Perubahan Nama AVROS Menjadi GAPPERSU
226
Dikeluarkannya Dekrit Presiden No.225 oleh Presiden Soekarno pada 17 Desember 1957 yang mengumumkan bahwa Indonesia berada dalam keadaan darurat
perang, mengharuskan Sumatera Timur untuk menggunakan undang-undang darurat perang yang artinya Sumatera Timur berada di bawah pengawasan militer. Hal ini
terlihat dari ditempatkannya panglima militer daerah di atas gubernur, komandan
225
Sjafrul latief, loc.cit.
226
Sebelum mengambil keputusan untuk membatalkan persetujuan KMB, Indonesia sebelumnya mengajukan permasalahan mengenai kedaulatan Irian Barat yang seharusnya diserahkan
kepada Indonesia ini di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Pengajuan ini merupakan yang keempat kalinya, namun tidak mendapat tanggapan, sehingga diadakan demonstrasi
besar- besaran yang disertai dengan ancaman tindakan balasan apabila Irian barat tidak dikembalikan pada Indonesia.Demonstrasi ini ditujukan untuk menarik perhatian dunia luar terutama anggota PBB.
Pelzer,Sengketa…op.cit., hlm. 202
Universitas Sumatera Utara
resimen di atas residen, komando batalyon di atas bupati, hingga hirarki sipil dan militer terbawah. Dampak dari keputusan ini terutama terlihat pada perkebunan-
perkebunan Belanda yang secara resmi diserahkan kepada pihak militer yang kedudukannya sebagai penasihat dan pengawas perkebunan. Dekrit ini juga
mengakibatkan lebih dari lima ratus perkebunan milik Belanda dan kurang lebih tiga perempat dari seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, maupun perusahaan besar
lainnya berada di bawah pengawasan militer.
227
Untuk daerah Sumatera Timur sendiri, selama masa pengambialihan lebih dari 2300 orang berkebangsaan Belanda
pergi meninggalkan Pantai Timur Sumatera
228
AVROS yang sudah terbentuk sejak masa pemerintahan Hindia Belanda juga menjadi salah satu perusahaan yang masuk ke dalam daftar yang terkena dampak
nasionalisasi. AVROS yang pada masa itu diketuai oleh J. Fernhout tidak setuju bila perhimpunan ini dikatakan sebagai perusahaan Belanda, karena jika dilihat dari
keanggotaannya yang berasal dari berbagai bangsa, maka AVROS merasa bahwa perhimpunannya bersifat Internasional dan bukan milik Belanda.
229
Sadar bahwa eksistensinya sedang terancam, maka AVROS melakukan upaya agar tidak masuk ke dalam daftar perusahaan yang harus dinasionalisasi. Salah satu
227
Pelzer, Sengketa, op.cit., hlm. 209.
228
Stoler, op.cit., hlm. 255.
229
Surat dari J. Fernhout Ketua AVROS Kepada Komandan Komando Militer Kota Besar- Medan, Tentang Permintaan Pengakuan Sifat Internasional AVROS oleh Pihak Militer, 3 Desember
1957, dalam Inventaris AVROS No. 46.
Universitas Sumatera Utara
upaya yang dilakukan AVROS adalah dengan meminta bantuan kepada pihak militer untuk memberikan pengakuan bahwa AVROS merupakan suatu badan yang bersifat
internasional, sehingga segala tindakan atau instruksi yang ditujukan terhadap suatu bangsa dalam hal ini yang dimaksud adalah bangsa Belanda tidak berlaku baginya.
Upaya AVROS ini dilakukan mengingat bahwa pada saat itu pengaruh dan kekuasaan militer sangat besar, sehingga AVROS merasa bahwa merupakan tindakan yang tepat
untuk menyelamatkan diri dengan meminta bantuan pihak militer.
230
Untuk mendapatkan bantuan dari pihak militer tersebut, AVROS sebelumnya telah mengadakan pembicaraan dengan salah satu Kepala Staf Komando Militer
Kota Besar Medan, yaitu Mayor Sitepu untuk membicarakan tentang apa yang harus dilakukan AVROS dalam menghadapi permasalahan ini. Dari pertemuan ini, AVROS
mengirimkan surat kepada Komandan Komando Militer Kota Besar Medan yang berisi agar Komandan Militer tersebut mau untuk mengusulkan kepada panglima
militernya untuk mengeluarkan suatu pernyataan yang menegaskan bahwa AVROS merupakan sebuah perhimpunan yang bersifat internasional. Namun hingga akhhir
tahun 1957, AVROS belum juga mendapatkan jawaban atas surat yang telah dikirimkan.
231
Berdasarkan Peraturan Militer tanggal 9 September 1957, yang berisi peraturan bahwa semua perusahaan Belanda ditempatkan di bawah kekuasaan militer
230
Ibid.
231
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
membuat para pembesar militer mengambil tindakan atas perusahaan-perusahaan Belanda. Salah satunya adalah AVROS memperoleh kabar bahwa Komandan Militer
Djakarta Raya telah mengambil tindakan terhadap kantor perwakilan AVROS yang berada di Jakarta. P. Rozendaal yang pada saat itu menjadi pimpinan kantor
perwakilan AVROS di Jakarta akhirnya dibebastugaskan oleh pembesar militer tersebut, dan digantikan wakilnya, Jhon Suleika. AVROS keberatan atas hal ini dan
merasa bahwa peraturan yang diterapkan tersebut benar-benar tidak tepat bila ditujukan kepada AVROS.
232
Peristiwa ini telah membuat AVROS merasa cemas dan akhirnya mengirimkan surat tertanggal 15 Desember 1957 kepada Menteri Pertanian Republik
Indonesia yang pada saat itu dipegang oleh Sadjarwo untuk memberitahukan tentang hal ini dan menjelaskan bahwa AVROS bukanlah perhimpunan Belanda yang
mengutamakan anggota Belandanya.
233
Walaupun AVROS tidak setuju bila dikategorikan sebagai perusahaan Belanda, namun Menteri Pertanian Sadjarwo
menyatakan bahwa pemerintah juga akan mempertimbangkan sifat internasionalnya. Akan tetapi pada kenyataannya, kepentingan Belanda sangat terlihat dalam AVROS,
sehingga AVROS juga harus ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah.
234
232
Surat dari AVROS Kepada Menteri Pertanian Tentang Pembebastugasan Rozendal dari Kantor Perwakilan AVROS di Jakarta, 15 Desember 1957, dalam Inventaris AVROS No. 46.
233
Ibid.
234
Pelzer, Sengketa…, op.cit., hlm. 207.
Universitas Sumatera Utara
AVROS kembali memberikan penjelasan bahwa perhimpunan ini telah mengusahakan untuk mempekerjakan pegawai-pegawai dari bangsa Indonesia,
namun tenaga keluaran akademi dan tenaga ahli lainnya yang diperlukan oleh AVROS justru berasal dari orang-orang non Indonesia. Kebutuhan akan tenaga ahli
asing ini membuat AVROS terpaksa untuk mempekerjakan orang-orang non Indonesia dan menjadikannya mayoritas di lingkungan AVROS. Banyaknya orang-
orang Belanda di dalam lingkungan AVROS, membuat kegiatan surat-menyurat dan komunikasi lainnya digunakan dalam bahasa Belanda. Namun, setelah kejadian ini
AVROS sedapat mungkin juga menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatannya atau setidaknya menggunakan dua bahasa yaitu Indonesia dan Belanda.
235
AVROS menjelaskan bahwa anggotanya yang berkebangsaan Belanda hanya sebanyak 24 dari 104 anggota, atau hanya 23 dari keseluruhan anggota. Dan bila
dilihat dari jumlah hektar yang ditanami, luas lahan maskapai-maskapai Belanda hanya meliputi 150.211 hektar, sehingga menurut AVROS perhimpunannya tidak
dapat digolongkan sebagai milik ataupun sebagian besar untuk kepentingan Belanda.
Ini artinya bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari juga dipermasalahkan.
236
Penantian AVROS atas surat jawaban yang berisi pengakuan dari Panglima T T-I BUKIT BARISAN yang pada saat itu diduduki oleh Lt. Kol. Hasan Kasim,
235
Surat dari AVROS Kepada Menteri Pertanian …loc.cit.
236
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
akhirnya terjawab dengan dikeluarkannya Surat Keterangan pada tanggal 28 Januari 1958 No. SK-00758. Surat ini menerangkan bahwa AVROS merupakan suatu badan
yang bersifat internasional dan hal ini dapat dilihat dari kenggotaannya yang terdiri dari berbagai bangsa.
237
Peristiwa ini membuat para anggotanya sepakat untuk merubah nama AVROS manjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera GAPPERSU atau dalam
Bahasa Inggris disebut sebagai Sumatra Planters Association SPA. Menurut AVROS perubahan nama perhimpunan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Februari
1958 yang dapat dilihat dari pengumuman yang dibuat pada tanggal 31 Januari 1958.
Namun, usaha yang dilakukan AVROS dengan mengeluarkan pernyataan maupun pembelaan ternyata tidak dapat mengubah
kenyataan bahwa AVROS yang telah masuk dalam daftar nasionalisasi.
238
Berbeda dengan anggotanya yang sebagian besar dinasionalisasikan pada tahun 1959, AVROS justru lebih dahulu diambilalih oleh pemerintah.
239
Perubahan nama AVROS menjadi GAPPERSU kemudian disahkan melalui Penetapan Menteri Kehakiman tanggal 10 April 1958, No. J.A.5359.
240
237
Surat Keterangan dari Pihak Militer Kepada AVROS Tentang Pemberitahuan Status Internasional AVROS, No.SK-00758, 28 Januari 1958, dalam Inventaris AVROS No. 46.
238
Lihat lampiran XII.
239
Selebaran Pemberitahuan yang di buat AVROS Mengenai Kesepakatan Anggota Tentang Perubahan Nama AVROS Menjadi GAPPERSU, 31 Januari 1958, dalam Inventaris AVROS No.46.
240
Anggaran Dasar Serikat-Serikat dalam Tambahan Berita Negara R.I. tanggal, 1812 – 1959 No. 101 “Kutipan dari Daftar Menteteri Kehakiman Tertanggal 10 April 1958 No.J.A. 5359., dalam
Inventaris AVROS No. 46. Lihat juga, lampiran XIII.
Dengan
Universitas Sumatera Utara
disahkannya perubahan nama AVROS, maka angggaran dasarnya juga mengalami perubahan. AVROS yang baru berubah nama menjadi GAPPERSU pada saat itu
dipimpin oleh Manis Manik. Setelah menjadi GAPPERSU, anggota AVROS tidak lagi hanya berasal dari Sumatera Utara dan Aceh, tetapi meluas hingga daerah
Sumatera Barat dan Jambi. Setelah meluasnya wilayah cakupan GAPPERSU, maka dinyatakan bahwa tidaklah dilebihkan bahwa lebih dari 95 pengusaha perkebunan
dalam wilayah yang disebutkan telah bergabung ke dalam GAPPERSU.Beberapa nama lembaga yang ada di dalam GAPPERSU juga mengalami perubahan lembaga
perekrut buruh VEDA yang berubah menjadi Free Emigratie of the Sumatra Planters Association FESPAdan lembaga penelitian atau balai penyelidikan APA yang
berubah menjadi Research Institute of the Sumatera Planters Association RISPA.
241
Kami mengingat kepada nama2 jang dipakai oleh para anggauta organisasi kita bangsa asing mis. Goodyear Sumatra Plantations Coy., P.T. United
States Rubber Sumatra Plantations, N.V. Sumatra Rubber Cult. Mij. “Serbajadi”, Shanghai Sumatra Rubber Estates Ltd., Sumatra Caoutchouc
Plantage Mij., Sumatra Chaoutchouc Maatschappij N.V. dll. Lagi jang namanya tidak perlu kami sebut disisni satu persatu, jang mendorong kami
Pemilihan nama GAPPERSU sebagai pengganti AVROS, sebenarnya juga memiliki riwayat sendiri. Riwayat ini kemudian dijelaskan oleh wakil GAPPERSU di
Jakarta dalam suratnya tertanggal 25 Februari 1958 yang berisi, sebagai berikut:
Tentang nama Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera atau Sumatera Planters Association, jang telah dipilih oleh para anggauta organisasi kita
ini, perlu kiranja kami memberi sekedar pendjelasan mengenai pendapat jang mendorong kami memilihnja untuk pengganti nama jang lama.
241
Laporan Tahunan Dewan Pengurus GAPPERSU pada Rapat Tahunan Anggota, 28 September 1963.Dalam Inventaris AVROS No.46, hlm.1-2.
Universitas Sumatera Utara
untuk memilih nama jang sesuai dengan apa jang dipakai oleh para anggauta.
Dalam hal ini kami memilih nama ini tidak ada kami mengingat sedikitpun kepada faktor2 yang mengandung aliran politik kenegaraan atau jang serupa
dengan itu.
Disamping itu kami memilih nama jang enak didengar oleh telinga kalau diutjapkan. Misalnja kalau kami pilih Gabungan Pengusaha Perkebunan
Atjeh dan Sumatera Utara potongannja kurang enak didengar oleh saudara2 di Djawa sebab bunjinja demikian: GAPPER-ASU, atau Gabungan
Pengusaha Perkebunan Atjeh, Sumatera Utara dan Tapanuli potongannja berbunji GAPPER-ASTT, sehingga sukar untuk menjebutnja.
242
Masih dalam tahun 1958, AVROS yang telah berubah menjadi GAPPERSU kembali berseteru karena status internasionalnya dengan sebuah majalah perkebunan
yaitu majalah Menara Perkebunan.
243
242
Surat tentang Penjelasan Riwayat Perubahan Nama AVROS Menjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera GAPPERSU, 25 Februari 1958, dalam Inventaris AVROS No. 46.
Nasionalisasi yang pada saat itu sedang menjadi berita utama dalam setiap pemberitaan, membuat majalah Menara Perkebunan
memuat ulasannya mengenai hal ini dalam beritanya. Tepatnya tulisan dalam majalah Menara Perkebunan No. 1 edisi Januari 1958 pada halaman 17, kolom sebelah kanan
alinea kedua, dituliskan bahwa AVROS maupun ALS, ASSI, dan perkumpulan dari perusahaan perkebunan yang sama sifatnya diletakkan di bawah Badan Koordinasi
Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan yang artinya sebenarnya AVROS dalam masuk daftar aset Belanda yang harus dinasionalisasikan dan berada di bawah Badan
Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan. Dengan kata lain perubahan
243
Majalah Menara Perkebunan pada awalnya diterbitkan dengan nama majalah Bergcultures pada tahun 1926. Selama masa pendudukan Jepang, penerbitan dari majalah ini terhenti, dan kemudian
setelah kemerdekaan tahun 1945 majalah ini kembali diterbitkan dengan nama yang sama saat dipertama kali diterbitkan. Pada tahun 1957 nama majalah ini diubah menjadi majalah Menara
Perkebunan. Http:Sulistyobasuki.wordpress.com
, diunduh pada tanggal, 25 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
nama AVROS menjadi GAPPERSU merupakan peraturan dalam rangka aksi pembebasan Irian Barat.
244
AVROS yang selalu menyangkal bahwa perubahannya menjadi GAPPERSU terjadi karena adanya aksi pembebasan Irian Barat, kemudian mengirimkan surat
pernyataan tidak setujunya kepada redaksi Menara Perkebunan bahwa AVROS bersifat internasional dan perubahannya menjadi GAPPERSU tidak ada hubungannya
dengan aksi pembebasan Irian Barat yang pada saat itu sedang terjadi di Indonesia. Surat ini dikirim bersamaan dengan dilampirkannya surat keterangan dari Panglima
T.T.I Bukit Barisan yang sebelumnya diminta oleh AVROS sebagai keterangan sifat internasionalnya. Selain itu, AVROS juga tidak setuju bila perhimpunannya
disamakan dengan ALS ataupun ASSI yang sudah jelas disebutkan dalam surat keputusan menteri. Sebaliknya, AVROS beralasan bahwa namanya tidak pernah
dicantumkan didalam Keputusan Menteri Pertanian, sehingga AVROS tidak mau disamakan dengan ALS dan ASSI.
245
244
Surat dari GAPPERSU Kepada Redaksi “Menara Perkebunan” Tentang Pernyataan Tidak Setujunya Jika Perubahana Nama AVROS Menjadi GAPPERSU Dikaitkan dengan Aksi Pembebasan
Irian Barat, Medan, 2 Juni 1958 No. 505 , dalam Inventaris AVROS No. 46.
245
Ibid.
Bantahan AVROS mengenai tulisan yang dimuat dalam majalah ini kemudian mendapat tanggapan dari Menara Perkebunan. Tanggapannya dituliskan dalam
sebuah keterangan, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Walaupun nama AVROS tidak secara langsung dicantumkan dalam
Keputusan Menteri Pertanian No.247Um57 pasal 1 ayat 1, seperti yang dialami oleh ALS maupun ASSI, namun bila dilihat selama ini AVROS
tidak memiliki perbedaan sifat dengan ALS maupun ASSI. Justru berdasarkan persamaan yang dimilikinya, maka terjalin hubungan erat dan
kerjasama diantara perhimpunan ini. 2.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian ini, maka diadakan pengambilalihan Ibukota pada tanggal 12 Desember 1957. Pada saat itu
Rozendaal, yang merupakan perwakilan AVROS di Jakarta diminta untuk datang ke gedung Factorij yang menjadi tempat pengambilalihan. Pada
saat itu juga Rozendal dibebas tugaskan dan kemudian tugasnya diserahkan kepada John Suleika. Pada saat yang bersamaan Ir. Kaslan A.
Tohir menegaskan bahwa AVROS berada di bawah Badan Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan.
3. Menurut redaksi majalah Menara Perkebunan, penyerahan tugas dari ketua
AVROS, J. Fernhout kepada Manis Manik yang yang menjadi ketua dari GAPPERSU juga tidak memiliki alasan dasar lain daripada Keputusan
Menteri Pertanian No. 247 Pasal 1 ayat 1 tersebut.
246
246
Surat dari Redaksi-Komisi Madjalah “Menara Perkebunan” kepada Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera GAPPERSU Tentang Status AVROS, Jakarta, 11 Juni 1958
No.Publ. 187, Inventaris AVROS No. 46.
Universitas Sumatera Utara
Redaksi Menara Perkebunan kemudian menegaskan bahwa keterangan di atas telah menunjukkan dan menjadi bukti bahwa perubahan AVROS menjadi
GAPPERSU memang berdasarkan dari keputusan Menteri Pertanian pasal 1 ayat 1, dan perubahannya memang merupakan efek dari nasionalisasi yang terjadi di
Indonesia. Dan dengan nada agak kesal, redaksi Menara Perkebunan mengatakan dalam suratnya, apabila AVROS tidak terima dengan pernyataan ini, maka untuk
penyelesaiannya sebaiknya dilaporkan ke pihak yang berwajib.
247
Keterangan fakta yang diterangkan oleh Redaksi Majalah Menara Perkebunan, telah jelas menunjukkan bahwa pada kenyataannya perubahan nama
AVROS merupakan efek dari nasionalisasi. Berbeda dengan saat AVROS menyampaikan surat protesnya dengan menggunakan bahasa yang tegas dan
bersikeras dengan pendiriannya, surat terakhir yang disampaikan oleh AVROS memperlihatkan rasa agak malu dan cenderung mencoba untuk menenangkan pihak
redaksi Majalah Perkebunan. Walaupun begitu, AVROS tetap menyangkal mengenai sebab perubahan namanya.Dalam suratnya AVROS menyatakan bahwa AVROS
tidak meminta pertimbangan mengenai status perhimpunannya maupun pertanggungjawaban dari pihak redaksi.Dalam hal ini AVROS hanya mencoba untuk
meluruskan bahwa perubahan AVROS menjadi GAPPERSU tidak berkaitan dengan nasionalisasi atau dalam rangka pembebasan Irian Barat.
248
Karl J. Pelzer, Toean Keboen Dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm.154.
247
Ibid.
248
Surat dari Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera kepada Redaksi Majalah Menara Perkebunan, Medan, 29 Agustus 1958 No.792, dalam Inventaris AVROS No. 46.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan mengenai perhimpunan
AVROS. Perkembangan yang dialami oleh perkebunan karet menjadi latar belakang
berdirinya Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra AVROS. AVROS merupakan sebuah perhimpunan yang didirikan oleh para
pengusaha karet di Sumatera Timur pada tanggal 27 Juni 1910. Munculnya gagasan untuk mendirikan organisasi ini karena adanya kesamaan permasalahan yang
dihadapi oleh para pengusaha perkebunan karet. AVROS berperan sebagai wadah yang menampung segala permasalahan
perkebunan dan memenuhi segala kepentingan para pengusaha perkebunan ternyata memiliki posisi yang sangat penting perkembangan ekonomi perkebunan. Meskipun
AVROS hanya sebuah konsorsium, akan tetapi masa Pemerintahan Hindia Belanda merupakan puncak kejayaan AVROS. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan
yang berafiliasi dengan AVROS mendapat manfaat yang sangat besar terutama untuk kelangsungan dan perkembangan perkebunan-perkebunan yang ada di Sumatera
Timur.
Universitas Sumatera Utara