Aplikasi sistem pengelolaan dana Asuransi Haji : studi kasus pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

(1)

UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM

MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)

Oleh :

M. Zaki Mubarok

NIM. 104053002021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH

KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh

M. Zaki Mubarok

NIM: 104053002021

Pembimbing,

Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP: 150293230

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H/2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R


(3)

MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 25 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal LK, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA

NIP:150262876 NIP: 150287029

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA Drs Sugiharto, MA

NIP: 150270815 NIP: 150277690

Pembimbing,

Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP:150293230


(4)

ABSTRAK

M. Zaki Mubarok

Pengaruh Implementasi “The Seven Habits Stephen R Covey” (Tujuh Kebiasaan Manusia

Yang Efektif) dalam Upaya Mengembangkan Organisasi pada Remaja Islam Masjid

Agung Sunda Kelapa (Riska)

The seven habits Stephen R Covey (tujuh kebiasaan manusia yang efektif) adalah buku yang membahas mengenai motivasi untuk dapat hidup lebih baik melalui tujuh kebiasaan yang sering kali kita lakukan yaitu proaktif, merujuk pada tujuan akhir, dahulukan yang utama, berpikir menang/menang, berusaha mengerti baru dimengerti, wujudkan sinergi, asahlah gergaji. Dalam hal ini RISKA berusaha untuk mengimplementasikan ketujuh kebiasaan tersebut dalam mengembangkan organisasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh implementasi the seven habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara ketika nilai realita semakin mendekati nilai ideal, maka organisasi tersebut telah menerapkan tujuh kebiasaan yang di utarakan oleh Stephen R. Covey. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang dilakukan terhadap remaja masjid RISKA dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan yang bervariasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa organisasi RISKA belum sepenuhnya mengimplementasiakan tujuh kebiasaan yang tercantum dalam buku tersebut, walaupun ada variabel yang sudah diterapkan. Terutama untuk variabel Pro aktif yang memilki nilai terbesar karena menurut hasil penelitian variabel tersebut memiliki nilai realita yang hampir mendekati nilai ideal. Sedangkan variabel merujuk pada tujuan akhir memiliki nilai terendah, karena nilai realita mempunyai selisih nilai yang cukup jauh dengan nilai ideal.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Rabb yang maha pengasih dan penyayang, sehingga atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Sholawat beriring salam semoga selalu tercurah kepadakhoirul basyar, sang pemimpin umat dari dunia sampai ahkirat panutan umat dari hidup sampai akhir hayat, dialah Nabi besar Muhammad SAW.

Subhanallah wal hamdulillah…Hanya karena bimbinganNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun sangat disadari banyak terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga banyak manfaat yang terdapat pada skripsi ini bagi orang lain khususnya bagi penulis. Karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan agar dapat tercapainya penysunan skripsi yang lebih bermanfaat.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada :

1. Ibunda Hj. Sumiati dan Ayahanda H. Chaerudin yang telah mencurahkan semua perhatian dan cinta kasihnya selama ini, masukan dan arahannya sungguh bijak sehingga mereka dapat menjadi inspirator utama dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA, sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD) sekaligus sebagai bapak yang sangat arif ketika berkonsultasi, terima kasih juga atas


(6)

masukan dan idenya ketika penulis menjadi pengurus BEM. Dan juga Drs Cecep Sastawijaya MA, selaku sekretaris jurusan Manajemen Dakwah (MD).

4. Noor Bekti Negoro M,Si., orang yang paling dekat dengan penulis karena sebagai dosen pembimbing, beliau sudah sangat bijaksana dalam memberikan bimbingan, teima kasih banyak atas semua arahan dan masukannya, semoga amal baik bapak senantiasa mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

5. Tak lupa ucapan terima kasih dihaturkan kepada seluruh Staf Perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas.

6. Andhika, selaku ketua Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA), dan teman-teman yang ada di RISKA terima kasih telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian dan juga atas kesediaannya untuk diwawancarai oleh penulis ditengah kesibukannya.

7. Teman-temanku dirumah yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, Abdul Gonjet, kang ucup, mas Aman dll, terima kasih atas semuanya.

8. Teman-teman MD A dan B angakatan 2004, Ojek, Jayus, Dini imut, Icha, dkk yang laiannya, special untuk “Tonx-tonx Group” (Fatur, Ajie, Ayi) mohon maaf lahir batin kalau selama kita bersahabat banyak khilaf dan dosa yang telah dilakukan, semoga kelak kita akan menjadi orang yang lebih baik lagi.

9. Teman-temen MD A&B angkatan dari angkatan 2005-2007, Rian, Thamren, Adhe, Evi, Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam berorganisasi selama ini.


(7)

11. Sa’idatul Awaliyah , tempat penulis bersandar ketika suka maupun duka, terima kasih atas perhatian dan motivasinya selama ini.

12.Yang paling ku nanti, ucapan terima kasih dan mohon maaf lahir bathin buat teman-teman Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) ESQ 165, Firna, Githa, Isty, Ilung, Wawan,Fadhel, Rosy, Ficky dan teman-teman yang lain kalian adalah sahabat tanpa celah yang aku pernah miliki.

Semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa dan harapan kita semua, senatiasa mendapatkan pahala setimpal dari Allah SWT, dan semua angan dan cita-cita dapat tercapai sempurna. Amin.

Jakarta, Juni 2008


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Subyek dan Obyek Penelitian... 8

F. Teknik Pengumpulan Data ... 9

G. Variabel Penelitian ... 10

H. Definisi Perasional Variabel... 10

I Teknik Analisa Data ... 18

J. Tinjauan Pustaka ... 19

K Sistematika Penulisan... 20

BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori The Seven Habits ... 22

1. Pro Aktif ... 25

2. Merujuk Pada Tujuan Akhir ... 31

3. Dahulukan yang Utama ... 33

4. Berpikir Menang... 36

5. Berusaha Mengerti Baru Dimengerti... 38

6. Wujudkan Sinergi ... 41

7. Asahlah Gergaji ... 44

B. Organisasi dan Pengembangannya ... 47

C. Strategi Kemengangan Organisasi ... 51

D. Pengertian Remaja Masjid... 52

1. Pengertian Remaja... 52

2. Pengertian Masjid ... 56

3. Pengertian Remaja Masjid... 56

BAB III Gambaran Umum Obyek Penelitian A. Sejarah Berdirinya ... 59

B. Tujuan Didirikannya... 61

C. Visi dan Misi ... 62

D. Program Kegiatan Reguler ... 62

E. Program Kegiatan Tidak Tetap ... 65

BAB IV PENGARUH IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI RISKA... 66

A. Deskripsi karakteristik Responden ... 66

B. Deskripsi kuesioner ... 67

C. Pengaruh Implementasi The Seven Habits pada RISKA ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88


(9)

B. Saran-saran... 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Profil Responden

Pandangan tentang buku The Seven Habits

Lampiran 2-8

Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Hal ideal yang harus dilaksanakan)

Lampiran 9-15

Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Realita yang terjadi di organisasi)

Lampiran 16

Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Hal ideal yang harus dilaksanakan)

Lampiran 17

Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Realita yang terjadi)


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Wawancara... Struktur Organisasi ... Brosur ...

Lampiran 2

Daftar Kuesioner ... Data Mentah Jawaban Responden Uji Instrumen ... Output SPSS 13.0 Uji Instrumen... Data Sampel Responden Penelitian... Data Mentah Jawaban Responden Penelitian... Data Responden Penelitian... Output SPSS 13.0 Regression ... Olah Data Uji Elastisitas ...

Lampiran 3

Surat Penelitian... Surat Bimbingan ... Surat Keterangan ...


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Masjid adalah lembaga pembinaan masyarakat Islam yang didirikan di atas dasar takwa dan berfungsi mensucikan masyarakat Islam yang dibina di dalamnya. Sedemikian pentingnya lembaga masjid, sehingga Nabi Muhammad SAW menjadikan program pertama yang beliau kerjakan takkala beliau mampir di desa Quba, dalam hijrahnya dari Mekkah ke Madinah, adalah mendirikan Masjid Quba. Setibanya di Madinah beliau bukan membangun rumah untuk diri dan keluarganya, juga bukan sarana untuk kaum muhajirin, melainkan membangun masjid, yaitu Masjid Nabawi. Penomorsatuan mendirikan masjid itu tak lain karena sebagaimana belakangan terbukti lembaga masjid menjadi pusat pemerintahan Islam. Semua masalah, dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga persolaan kemiliteran, dipecahkan di dalam lembaga masjid1

Masjid terambil dari bahasa Arab Sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT, secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan Islam. Dari tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi, material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung disebabkan tempat jasmani, ruhani dan intelektual di pusat peradaban, yaitu Masjid.

Sayangnya, banyak masjid yang masih memfungsikan masjid sebagai ritual ansich. Tidak menjadikan masjid sebagaimana mestinya berdasarkan kilasan sejarah tersebut. Untuk itu, para pengelola masjid hendaknya berfikir dan menginventarisasikan bagaimana bisa mencari solusi gejolak terpaan problematika jama’ah masjid. Tentu, hal ini akan

1


(13)

menjadi mimpi belaka saat mengelola masjid tanpa diiringi dengan manajemen yang professional. Masjid tidak hanya dipandang sebagai suatu bangunan yang megah semata, namun perlu untuk dimakmurkan oleh seluruh komponen pengelola, dan jama’ah agar terlaksana Izzul Islam Walmuslimin

Mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat Islam, apabila jumlah masjid yang ada di Indonesia benar-benar difungsikan sebagai ta’mir dengan baik maka dalam waktu yang tidak lama salah satunya yaitu akan mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan akibat krisis multidimensional yang sudah diderita beberapa tahun belakangan ini. Kerena fungsi masjid salah satunya adalah memberikan pembinaan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk soal ekonomi. Mengingat fungsi masjid yang sebenarnya adalah dapat terciptanya kesatuan umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, kecerdasan umat dan tercapainya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan usaha pengembangan pola idarah (manajemen), imarah (pengelolaan) dan ri’ayah (pengelolaan fisik)

Secara keseluruhan sampai saat ini diperkirakan telah terbangun tidak kurang dari 500.000 masjid di seluruh tanah air dengan berbagai bentuk gaya dan arsitektur dan ukuran yang sangat beragam. Hal ini mengindikasikan semangat membangun masjid di tanah air cukup tinggi. Hampir diseluruh lingkungan perumahan tidak terkecuali lingkungan perumahan sederhana tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid.

Tetapi ternyata semangat membangun masjid tidak diiringi dengan semangat memakmurkannya. Hal ini terlihat tidak sedikit masjid yang sunyi dari kegiatan; Masjid dilingkungan kantor misalnya hanya berfungsi seminngu sekali untuk shalat Jum’at atau hanya untuk shalat Zuhur dan Ashar berjama’ah. Ataupun banyak masjid yang ramai hanya pada pelaksanaan shalat Maghrib atau Isya saja, bahkan tidak sedikit kita temukan banyak


(14)

masjid yang ditinggalkan jamaahnya karena kotor, tempat wudhu dan WC-nya tidak terpelihara. 2

Keberadaan remaja masjid sudah sepatutnya mendapat perhatian pengurus masjid, karena itu dewasa ini banyak sekali remaja yang membentuk organisasi yang mengatasnamakan diri mereka sebagai remaja masjid, sebagai bentuk perhatian mereka terhadap perkembangan dan kemakmuran masjid, baik dilihat dari fisik masjid maupun dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus masjid. Remaja masjid merupakan calon dan kader pemimpin atau ahli waris kepemimpinan masjid. Mereka juga pendamping aktif pengurus masjid dalam melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatannya.

Remaja masjid, sebagai bagian dari remaja pada umumnya, dewasa ini berhadapan dengan berbagai problem remaja yang muncul di dalam masyarakat. Ada kenakalan remaja, perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, pergaulan bebas, dan sebagainya. Keadaan ini membuat resah dan gelisah para orang tua dan masyarakat. Jika keadaan ini berlarut, akan timbul kerusakan dalam masyarakat. Masa depan para remaja itu sendiri rusak, juga masa depan bangsa, negara dan agama.

Organisasi remaja masjid banyak digemari para remaja atau pemuda yang jiwa dan hatinya gandrung meningkatkan aktivitas agamanya lewat masjid. Generasi muda Islam, baik remaja putra maupun putri, belakangan ini berbondong-bondong memasuki organisasi. Di dalam wadah itu mereka mendapatkan sejumlah manfaat: bertambahnya wawasan keagamaan, wawasan ilmu keislaman, memperbanyak kawan seiman dan seperjuangan, mempererat rasa ukhwah islamiyah yang tidak akan mereka dapatkan dari organisasi lain

Salah satu organisasi remaja masjid yang berada dilingkungan Jakarta adalah Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Organisasi ini bertujuan untuk membina kehidupan beragama di kalangan remaja, kehidupan yang jauh dari glamour kehidupan pemuda pada zaman sekarang yang lebih cenderung terhadap hal-hal yang bersifat Fun atau

2


(15)

hiburan semata, organisasi ini mengenalkan kita untuk lebih mendalami ajaran-ajaran agama, disana juga terdapat program studi Islam untuk berbagai golongan, mulai dari SMP, SMU, Universitas sampai professional muda dan karyawan. Program organisasi ini adalah program kegiatan regular yang diadakan oleh beberapa divisi yang ada pada organisasi tersebut.3

Terkait dengan hal di atas, penulis pernah membaca sebuah buku yang sangat bagus mengenai tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif guna mencapai suatu kesuksesan bagi diri pribadi maupun organisasi. Buku tersebut berjudul The Seven Habits of Highly Efevtive People ( tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif ), karangan Stephen R. Covey. Kemudian penulis mencoba untuk menkorelasikan antara tujuh kebiasaan tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA)

The Seven Habits mengajarkan organisasi pemuda masjid untuk menemukan panggilan jiwa dan hidup penuh dengan kebanggaan maupun gairah yang luar biasa sebagai pengelola organisi remaja masjid, tidak sebaliknya merasa malu dan close minded. Sebagai pengurus sebuah organisasi, hendaknya setiap pengurus organisasi masjid senantiasa memperbaiki kinerja, sebab kesuksesan seseorang atau lembaga apapun termasuk masjid yaitu menjaga trust (kepercayaan).

The Seven Habits juga mampu memberikan inspirasi setiap pengurus organisasi menggapai kepuasan untuk bekerja, membangkitkan entrepreneurship anggota organisasi agar ekonomi umat kian membaik.4 Eksistensi entrepreneurship sangat diperlukan setidak-tidaknya untuk meminimalisasikan tingkat kriminalitas di lingkungan organisasi

Tujuh kebiasaan yang dimaksud diatas adalah Proaktif (be proaktif), Merujuk pada tujuan akhir (begin with the end in mind), Dahulukan yang utama (Put first things first),

3

Brosur pendaftaran anggota RISKA tahun 2008

4 Muhammad Zein, Jurnal Manajemen Kemasjidan (Jakarta, Dewan Masjid Indonesia Provinsi DKI Jakarta) Hal 26


(16)

Berfikir menang (think win-win), berusaha mengerti terlebih dahulu baru minta difahami (seek first to understand than to be understood), Wujudkan Sinergi (synergize), dan Mengasah gergaji (Sharpen the saw).5

Sehubungan dengan itu, penulis mempunyai keinginan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi The Seven Habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya tentang Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA. 2. Perumusan Masalah

Dan berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah pokok yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai:

a. Kebiasaan apa saja dari The Seven Habits yang dapat diiplimentasikan oleh RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi.

b. Apakah implementasi The Seven Habits dapat berpengaruh dalam upaya mengembangkan organisasi RISKA ?

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA.

b. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits dalam upaya mengembangkan organisasi RISKA. .

5 Stephen R Covey, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) Hal xv


(17)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: A. Manfaat Akademis.

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam upaya pengembangan organisasi RISKA dengan mengimplementasikan The Seven Habits

2. Untuk dapat menembah khazanah keilmuan organisasi Remeja Islam yang sudah ada

3. Dapat merubah keadaan menjadi lebih baik bagi objek yang bersangkutan dan juga bagi penulis.

B. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan (input) bagi pihak RISKA dalam rangka mengembangkan organisasi.

2. Memberikan sebuah kontribusi dibidang motivasi melalui penerapan The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi.

3. Dapat dijadikan acuan dalam agar para pengurus dapat lebih kreatif dan inovatif dalam membangkitkan semangat berorganisasi.

D. Metodologi penelitian

1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan atau mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik atau analisis terhadap variasi angka-angka.6

6


(18)

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survei, yaitu penulisan yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.7

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa yang sebenarnya mengenai objek penelitian.8

2. Waktu dan tempat penelitian.

1. Waktu penelitian.

Waktu penelitian skripsi ini akan dilaksanakan Mei 2008 sampai Juni 2008 2. Tempat penelitian

Tempat penalitian skrisi ini akan dilaksanakan di kantor RISKA yang beramat di JL. Taman Sunda Kelapa NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021) 31905839.

3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Dalam penulisan skrisi ini penulis menggunakan Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan/keajegan pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative9 tehadap Organisassi RISKA dalam menguraikan secara rinci tentang Implementasi The Seven Habits dalam berorganisasi.

4. Metode Pengumpulan Data

A. Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah meliputi : 1. Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA.

2. Motivasi untuk mengembangkan organisasi. B. Variabel Penelitian

7

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet ke-2, h. 3.

8

J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h.34.

9


(19)

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang hubungan antara implementasi The Seven Habits dengan motivasi pengembangan organisasi, maka peneliti menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh

dalam penelitian adalah motivasi pengembangan organisasi, dan variabel pengaruh dalam penelitian adalah implementasi The Seven Habits dalam organisasi RISKA.

C. Definisi Operasional Varibel (merujuk pada buku The Seven Habits of Highly Effective People karangan Stephen R Covey)10

1. Proaktif

kata ini lebih dari pada hanya sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti bahwa sebagai manusia kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi.

Indikator :

a. Mengambil inisiatif.

Sifat dasar kita adalah bertindak dan bukan menjadi sasaran tindakan. Menuntut seseorang untuk bertangung jawab tidaklah merendahkan dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun otot-otot ini ada.

b. Bertindak atau menjadi sasaran tindakan.

Perbedaan antara orang yang memilki inisiatif dan yang tidak sama seperti antara perbedaan siang dan malam. Dibutuhkan inisiatif untuk

10

Stephen R Covey, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) Hal 55


(20)

mengembangkan teori The Seven Habits ini. Sewaktu anda mempelajari keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa masing-masing tergantung pada perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masing-masing menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak.

c. Mendengarkan Bahasa Kita.

Karena sikap dan perilaku kita mengalir dari paradigma kita, jika kita menggunakan kesadaran diri kita untuk memeriksa sikap dan perilaku tersebut, kita sering dapat melihat sifat dari peta yang mendasari kita. Sebagai contoh bahasa kita adalah indikator yang sangat riil mengenai tingkatan kita memandang diri kita sebagai orang yang proaktif.

Bahasa orang yang reaktif melepaskan mereka dari tanggung jawab “Itulah saya. Memang begitulah saya.” Saya sudah ditakdirkan begitu. Tidak ada yang saya lakukan dengannya.

2. Merujuk Pada Tujuan Akhir

Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang benar.

Indikator :

a. Pernyataan isi pribadi

Cara paling efektif untuk mulai merujuk tujuan akhir adalah dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah anda (karakter) dan apakah yang anda ingin lakukan (kontribusi dan


(21)

pencapaian) serta pada nilai atau prinsip yang menjadi dasar untuk menjadi dan melakukan sesuatu.

b. Berpusat pada Kerja

Orang yang berpusat pada kerja mungkin menjadi “pecandu kerja” mendorong diri mereka untuk berproduksi dengan mengorbankan kesehatan, hubungan, dan bidang-bidang penting lain dari kehidupan mereka.

c. Berpusat pada Prinsip

Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar, kita menciptakan pondasi yang kokoh untuk pengembangan keempat faktor penunjang kehidupan.

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran klasik, denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan, dan kekuatan melalui struktur kehidupan.

3. Dahulukan Yang Utama

Kebiasaan ketiga adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebiasaan 1 dan 2. Ia merupakan latihan kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat.

Kebiasaan 1 dan 2 penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3. Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa terlebih dahulu sadar dan mengembangkan sikap proaktif anda.

Indikator :


(22)

Alat perencanaan anda harus menjadi pelayan anda, tidak pernah menjadi majikan anda. Karena harus bekerja untuk anda, alat itu harus disesuaikan dengan gaya anda, kebutuhan anda, cara-cara khusus anda.

b. Melakukan Hal-hal sepele

Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting. Ketidak sopanan kecil, kekerasan kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang kecil adalah hal yang besar.

c. Memenuhi komitmen

Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar, melanggar janji adalah penarikan yang besar. Sebenarnya barangkali tidak ada penarikan yang lebih besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi seseorang dan kemudian tidak memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji dibuat, orang tidak akan percaya. Orang cenderung membangun harapan mereka disekitar janji, khususnya janji tentang mata pencarian mereka. d. Menjelaskan Harapan

Bayangkan kesulitan yang mungkin anda temui jika anda dan bos anda mempunyai asumsi yang berbeda sehubungan dengan peran siapakah yang menyusun uraian pekerjaan anda.

4. Berfikir Menang / Menang

Menang/menang bukanlah Teknik melainkan filosofi total interaksi manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma alternatifnya adalah menang/kalah, kalah/menang, kalah/kalah, menang, dan menang/menang atau tidak sama sekali.

Satu alternatif lain yang lazim adalah berfikir menang. Orang dengan mentalitas menang tisdak harus menginginkan orang lain kalah. Hal itu tidak


(23)

relevan. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika tidak ada pengertian kontes atau kompetisi, menang mungkin merupakan pendekatan paling lazim dalam negosiasi sehari-hari. Orang dengan mentalitas menang berfikir dalam pengertian mengamankan tujuannya sendiri dan menyrahkan kepada orang lain untuk mengamankan tujuan mereka.

Indikator :

a. Mendahulukan Sistem

Menang/menang hanya dapat bertahan didalam organisasi jika system organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicara menang/menang tapi memberi ganjaran untuk menang/kalah maka yang ada ditangan anda adalah program yang gagal.

b. Proses

Tidak ada cara untuk mencapai tujuan menang/menang dengan sarana menang/kalah atau kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan, “anda akan berfikir menang/menang entah anda ssuka atau tidak.” Maka, pertanyaannya menjadi bagaimana tiba pada solusi menang/menang. 5. Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu Baru Dimengerti

Dalam hal ini, ,kita diharapkan untuk dapat memahami kondisi seseoarang terlebih dahulu, jangan terlalu cepat dalam mengambil sebuah pemahaman, atau jangan terlalu cepat mendiagnosa sesuatu sebelum kita memeriksanya terlebih dahulu, setelah pemeriksaan selesasi barulah kita dapat menyimpulkan sesuatunya.

Indikator :


(24)

Terkadanag kita dipenuhi dengan kebenaran kita sendiri, autobiografi kita sendiri, kita ingin dimengerti. Percakaoan kita menjadi monolog kolektif, dan kita tidak pernah benar-benar mengerti apa yang sedang berlangsung dalam diri orang lain. Hal ini adalah suatu kesalahan besar, karena belum tentu perkataan kita lebih baik dari perkataan orang lain, karena itu kita harus mendengarkan perkataan orang lain dengan empatik.

b. Buatlah Diagnosis sebelum membuat resep.

Walaupun mengandung resiko dan sulit, berusaha untuk mengerti, atau mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari semua professional sejati. Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga penting sekali bagi dokter. Anda tidak akan percaya sedikit pun kepada resep dokter jika anda tidak percaya akan diagnosanya.

6. Wujudkan Sinergi

Sinergi berarti hubungan antar bagian dimana nagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi berfungsi katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia.

Indikator :

a. Komunikasi Sinergistik

Ketika anda benar-benar berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar membuka pikiran, hati dan ekspresi anda kepada kemungkinan baru, alternative baru, pilihan baru. Anda memulai keyajkinan bahwa pihak-pihak yang terlibat akan memperoleh lebih


(25)

banyak wawasan, dikarenakan adanya sinergi antar masing-masing individu.

b. Menghargai Perbedaan

Menghargai perbedaan adalah intisari dari sinergi- perbedaan mental, emosional, psikologis antar orang. Dan kunci menghargai perbedaan itu adalah dengan menyadari bahwa semua oreang melihat dunia, tidak sebagaiman adanya, tetapi sebagaimana mereka

c. Memancing untuk mendapatkan alternatif ketiga.

Budhisme menyebut hal inio sebagai “jalan tengah.” Tengah

dalam artian ketika dalam situasi yang sulit untuk mencari jalan keluar suatu masalah, kita dapat mencari alternatif ketiga dikarenakan adanya sinergi yang kita timbulkan antar individu.

7. Asahlah Gergaji

Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini adalah pusat sumber dari semua kebiasaan, karena ini adalah mengenai diri kita sendiri untuk dapat mneningkatkan kemampuan, baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain.

Inilah satu investasi penting yang dapat kita buat dalam hidup-investasi bagi diri kita sendiri, bagi satu-satunya instrumen yang kita milki yang dengannya kita menghadapi hidup dan memberikan kontribusi.

Indikator :


(26)

Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif, memakan jenis makanan yang tepat, mendapatkan istirahat dan relaksasi yang memadai, dan berolahraga secara teratur.

Program Olahraga yang baik adalah program yang dapat anda kerjakan di rumah annda sendiri dan program yang akan membangun tubuh anda pada tiga bidang: daya tahan tubuh, kelenturan, dan kekuatan..

b. Dimensi Spiritual

Dimensi Spiritual adalah inti anda, pusat anda, komitmen anda pada sisitem nilai anda. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat anda dan mengikat anda pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai semua humanitas. Dan orang melakukannya dengan cara yang sangat berbeda.

c. Dimensi Mental

Sebagian besar dari perkembangan mental dan disiplin studi kita berasal dari pendidikan formal. Tapi segera sesudah kita meninggalkan disiplin eksternal sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti pertumbuhannya. Kita tidak lagi membaca serius dan menulis dengan kritis akan tetapi waktu kita lebih dihabiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Metode pengumpulan data juga dapat meliputi :

a. Dokumentasi adalah data-data yang mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan


(27)

sebagainya,11 pada subyek penelitian yaitu Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA).

b. Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan Tanya jawab sambil bertatap muka antara sipenenya dan penjawab, atau responden yang menggunakan alat yang dinamakan interview Guide

(panduan wawancara). Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pengurus Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA)

c. Observasi yaitu pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan objek yang diteliti12. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu Remaja Islam Masid Agung Sunda Kelapa (RISKA)

8. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah para pengurus dan pengelola Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA)

b. Objek Penelitian

11 . Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, Hal 202.

12


(28)

Adapun objek peneliian yaitu Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) yang terletak di jalan Taman Sunda Kelapa NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021) 31905839.

c. Teknik Analisa Data

Teknik penulisan skripsi ini adalah dengan metode kuantitatif. Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah data untuk kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah.13

Metode analisa dalam penelitian ini deskriptif, terhadap data berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemuadian dikaitkan dengan data sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada.

Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Keterangan:

X = Rata-Rata Variabel X

fiX

∑ = Jumlah Hasil Data Responden Variabel X

f

i = Jumlah Responden

Adapun pedaoman yang disajikan sandaran penulis dalam penulisan skripsi ini adalah buku pedoman penulisan skripsi, Tesis, dan disetasi UIN

13

Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif h. 330

fi fiX X

∑ ∑ =


(29)

Syarif Hidatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press,2002. dan buku pegangan Metodologi penelitian kuantitatif yang ditulis oleh Prof. Dr. Lexy J Moelang, MA.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak mengambil referensi dari skripsi-skripsi terdahulu, karena sepengatahuan penulis khususnya yang menulis tentang The Seven Habits

itu belum ada, tetapi ada beberapa Skripsi terdahulu yang membahas mengenai proses pengembangan organisasi yang ada di Masjid, diantaranya mengenai manajemen organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Kemudian penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi The Seven Habits pada RISKA, penulis sangat tertarik dalam membaca buku tersebut karena mencakup hal-hal yang bersifat kebiasaan kita dalam sehari-hari, Covey menyajikan hidangan tujuh porsi tentang bagaimana mengendalikan kehidupan seseorang dan menjadi orang yang lengkap dan puas seperti yang diimpikannya, Buku ini adalah buku yang menerapkan langkah demi langkah yang memuaskan dan eneergetic dan dapat diterapkan untuk perkembangan pribadi dan organisasi.

Selain dari buku tersebut penulis juga mengambil referensi dari buku-buku mengenai perkembangan remaja, kemudian dikaitkan dengan manajemen organisasi terutama mengenai manajemen masjid.

F. Sistimatika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis berusaha ,membuat sistimatika dangan jalan membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada.


(30)

Bab I : Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan masalah tehnik penulisan yang berisikan pemilihan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan teoritis The Seven Habits Stephen R Covey dalam implementasinya dalam mengembangkan sebuah organisasai,

konsep pengembangan organisasi meliputi, pengertian organisasi, fungsi organisasi, teori-teori mengenai organisasi dan juga Teori mengenai The Seven Habits Stephen R Covey dalam implementasinya pada Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) , mulai Dari hal yang pertama yaitu Proaktif, Merujuk pada Tujuan Akhir, Dahulukan yang Utama, Berfikir Menang, Berusaha Mengerti Baru Dimengerti, Wujudkan Sinergi dan Asahlah Gergaji.

Bab III : Membahas tentang gambaran Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) , sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan misi, stuktur organisasi dan program kerja organisasi tersebut.

Bab IV : Membahas tentang implementasi The Seven Habits pada organisasi Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) ,


(31)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori The Seven Habits

1. Tujuh Kebiasaan Sebuah Tinjauan Umum

Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib,” begitu bunyi pepatah.

Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita, karena konsisten, dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita…atau ketidakefektivan kita.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Horace Mann, seorang pendidik besar, “ Kebiasaan itu seperti kabel. Kita menenun seuntai demi seuntai setiap hari dan segera kebiasaan itu tidak dapat diputuskan.” Secara pribadi saya tidak setuju dengan bagian terakhir dari pernyataan beliau. Saya tahu kebiasaan dapat diputuskan. Kebiasaan dapat dipelajari dan dilepaskan. Akan tetapi saya juga tahu hal ini bukanlah suatu perbaikan segera. Diperlukan suatu proses dan komitmen yang luar biasa untuk itu.

Kebiasaan juga memiliki tarikan gravitasi yang besar sekali lebih besar dari pada yang dapat disadari atau mau diakui. Untuk memaksakan kebiasaan yang sudah tertanam dalam seperti menunda-nunda, tidak sabar, mencela atau egois yang melanggar efektivitas manusia diperlukan perlu dari kemampuan yang kecil dan beberapa perubahan kecil dalam


(32)

hidup kita. “peluncuran” membutuhkan tenaga yang besar sekali, tetapi segera kita memutus tarikan gravitasi, kebebasan kita menghadiahkan dimensi yang sepenuhnya baru.

Seperti kekuatan alam lain, tarikan gravitasi dapat bekerja bersama atau melawan kita, tarikan gravitasi dari sebagian kebiasaan kita mungkin sekarang sedang menahan kita pergi ke tempat yang kita tuju. Akan tetapi tarikan gravitasi jugalah yang membuat dunia kita tetap berada pada orbit mereka dan alam semesta tetap berjalan baik. Gravitasi merupakan kekuatan yang besar, dan bila kita menggunakannya secara efektif, kita dapat memanfaatkan tarikan gravitasi dari kebiasaan untuk menciptakan keserasian dan keteraturan yang diperlukan untuk menegakkan efektivitas hidup kita.

Hukum alam kengatakan “ kebiasaan” membentuk sikap seseorng ‘ Habits become attitutude.’’’ Sikap adalah kesimpulan dari mata rantai kebiasaan dan pengalamannya, dimasa lalu. Itulah sebabnya seseoramh yang ingin mengembangkan potensi kepemimpinannya akan selalu memepuk berbagai kebiasaan yang positif untuk membangan tanggung jawab, ketabahan, kesabaran, serta cara memandang orang lain dengan cinta.14

Tujuh kebiasaan bukanlah seperangkat formula pemberi semangat yamg terpisah atau sepotong-sepotong. Selaras dengan hukum alam pertumbuhan, ketujuh kebiasaan tersebut memberikan pendekatan yang meningkat, berurutan dan sangat terpadu bagi perkembangan efektivitas pribadi dan antar pribadi. Kebiasaan-kebiasaan ini meningkatkan kita secara progresif pada Kontinum Kematangan dari ketergantungan (Dependence) menuju kemandirian (Independence) hingga Kesalingtergantungan (Interdependence).

Tujuh kebiasaan adalah kebiasaan efektivitas. Karena didasarkan atas prinsip, ketujuh kebiasaan ini memberi hasil jangka panjang yang menguntungkan secara maksimum. Ketujuh kebiasaan itu menjadi dasar dari karakter seseorang, menciptakan

14


(33)

pusat dari peta yang benar yang memberi kekuatan dari mana seorang individu dapat memecahkan masalah, memaksimumkan peluang, terus menerus belajar dan memadukan prinsip-prinsip lain dalam spiral pertumbuhan meningkat secara efektif. Ketujuh kebiasaan itu akan diuraikan berikut ini:

a) Jadilah Pro Aktif

Kemampuan anda untuk mengerjakan apa yang baru saja anda lakukan mnerupakan hal yang khas manusiawi. Binatang tidak mempunyai kemampuan ini. Kita menyebutnya “kesadaran diri”. Atau kemampuan untuk berfikir tentang proses berfikir anda sendiri. Ini yang menjadi alasan kenapa manusia memiliki kekuasaan atas semua benda di dunia ini dan mengapa manusia dapat membuat kemajuan penting dari generasi kegenerasi.

Inilah sebabnya kita dapat mengevaluasi dan belajar dari pengalaman orang lain dan juga dari pengalaman kita sendiri. Inilah sebabnya kita dapat membentuk dan memutus kebiasaan kita.

Kita bukanlah parasaan kita, kita bukanlah suasana hati kita, kita bukanlah fikiran kita. Kenyataan bahwa kita dapat berfikir tentang hal-hal ini memisahkan kita dari ketiga hal tersebut dan dari dunia binatang. Kesadaran diri memungkinkan kita memisahkan diri dan memeriksa cara kita “melihat” diri sendiri-paradigma diri kita sendiri, paradigma paling mendasar dari efektivitas. Hal ini mempengaruhi bukan hanya sikap dan prilaku kita, tapi juga bagaimana kita melihat orang lain. Ini menjadi peta kita untuk sifat dasar manusia.

Bahkan, sebelum kita bisa melihat diri kita sendiri (dan bagaiman kita melihat oreang lain), kita tidak akan bisa mengerti bagaiman orang lain melihat dan merasa


(34)

tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Tanpa sadar kita akan memproyeksikan maksud kita pada perilaku mereka dan menyebut diri kita obyektif.

Hal ini akan sangat membatasi potensi dan kemampuan pribadi kita untuk berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi karena kemampuan manusia yuang unik dalam hal kesadaran diri, kita dapat memeriksa paradigma kita untuk memnentukan apakah paradigma tersebut didasari realitas atau prinsip ataukah hanya merupakan fungsi dari kondisi dan pengkondisian.

Walaupun kata proaktivitas sekarang sudah lumayan lazim pada literature manajemen, ia tidak akan anda temukan di dalam kamus. Kata ini lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi.

Goleman merangkum ciri-ciri orang-orang yang kreatif atau disebutnya sebagai

star performer memiliki cirri penting antara lain,

a. Kuatnya motivasi untuk berprestasi, sangat bergairah untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan.

b. Komitmen,setia kepada visi dan sasaran perusahan atau kelompok.

c. Inisiatif dan optimisme, kedua kecakapan inilah yang menggerakkan orang untuk menagkap peluang dan membuat mereka menerima kegagalan dan rintangan sebagai awal keberhasilan.

Lihatlah kata responsibility (tanggung jawab)_ “response-ability”_ kemampuan untuk memilih respon anda. Orang yang sangat proaktif mengenali tanggung jawab itu.


(35)

Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka, berdasarkan perasaan.

Orang yang proaktif tetap dipengaruhi stimulus luar, entah fisik, sosial atau psikologis. Namun respon mereka terhadap stimulus tersebut, sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasarkan nilai tertentu.

1. Mengambil Inisiatif

Sifat dasar kita adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan. Selain memungkinkan kita memilih jawaban terhadap keadaan tertentu, sifat ini memberi kita kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu.

Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau agresif. Hal ini tidak mengakui tanggung jawab kita untuk menciptakan segalanya terjadi.

Banyak orang menunggu sesuatu terjadi atau seseorang untuk mengurus mereka. Akan tetapi orang yang akhirnya mempunyai pekerjaan yang baik ternyata adalah orang proaktif yang merupakan solusi bagi masalah, bukan masalah itu sendiri, dan yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa saja yang diperlukan, konsisten dengan prinsip-prinsip yang benar, untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

Kewaspadaan serta bertindak pro aktif menanggapi keadaan adalah ciri orang yang berinisiatif, tentu saja di dalam tindakan inisiatif itu ada terkait dengan intuisi, sebuah perasaan halus yang memberikan ilham pada seseorang. Intuisi merupakan hasil perjalanan batin dari pengalaman-pengalamannya masa lalu.


(36)

Mereka bekerja dengan penuh imajinasi, integritas, dan merasa bangga karena telah diberi amanah, karena telah diberi pekerjaan sebagai amanah bahkan anugrah. Dimaksudkan anugrah karena tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama sebagaimana yang dimilikinya. Karenanya, dia akan menunjukan tanda syukurnya dengan memnunjukan tanggung jawab yang besar dengan melaksanakan amanah pekerjaannya penuh gairah dan inisiatif.

Mereka senantiasa bertindak proaktif untuk memberikan pengaruh manfaat yang meradiasi pada orang-orang sekitarnya 15

Menurut seseorang untuk bertanggung jawab tidaklah merendahkan dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun otot-oto ini ada. Dengan menghargai sifat proaktif orang lain, kita memberi mereka setidaknya satu pantulan yang jelas dan tidak menyimpang dari cermin sosial.16

2.Bertindak Atau Menjadi Sasaran Tindakan

Perbedaan orang yang memiliki inisiatif dan tidak sama seperti perbedaan antara siang dan malam. Kita tidak berbicara tentang perbedaan 25 hingga 50 persen efektivitas; saya bicara tentang perbedaan 5000-plus persen, khususnya jika mereka cerdas, sadar dan peka terhadap orang lain.

Dibutuhkan inisiatif untuk mengembangkan tujuh kebiasaan tersebut. Sewaktu anda mempelajari keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa masing-masing tergantung perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masing-masing menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak. Jika anda menunggu

15

K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 148

16


(37)

untuk menjadi sasaran tindakan, anda pun akan memjadi sasaran tindakan. Dan peluang pertumbuhan serta konsekuensi ada pada kedua jalan tersebut.

Bisnis, kelompok masyarakat, segala bentuk organisasi_termasuk keluarga_dapat menjadi proaktif. Mereka dapat menggabungkan kreatifitas dan sumber daya dari individu-individu yang proaktif untuk menciptakan budaya yang proaktif dalam organisasi. Organisasi tidak perlu berada di bawah kekuasaan lingkungan; organisasi dapat mengambil inisiatif untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan-tujuan bersama dari individu-individu yang terlibat.

Orang yang proaktif membuat cinta sebagai kata kerja. Cinta adalah sesuatu yang anda lakukan: pengorbanan yang anda buat, pemberian diri anda, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Jika anda ingin mempelajari cinta, pelajarilah mereka yang mengorbankan diri untuk orang lain, bahkan untuk orang yang memusuhinya atau tidak membalas cintanya. Jika anda orang tua, lihatlah cinta yang anda punyai untuk anak-anak kepada siapa anda mengorbankan diri.

Orang proaktif memfokuskan upaya mereka di dalam lingkaran pengaruhnya. Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat berbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.

3. Membuat Dan Memenuhi Komitmen

Bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat


(38)

pada diri sendiri danb orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu, adalah intin dan manifestasi paling jelas dari proaktivitas kita. Dengan membuat dan memenuhi janji pada diri sendiri dan orang lain, sedikit demi sedikit kehormatan kita menjadi lebih besar dibandingkan suasana hati kita.

Kekuatan untuk membuat dan memenuhi komitmen pada diri sendiri adalah inti dari pengembangan kebiasaan dasar yang efektif. Pengetahuan, keterampilan, dan keinginan semuanya ada dalam kendali kita

b) Merujuk Pada Tujuan Akhir

Walaupun kebiasaan 2 berlaku pada banyak keadaan dan tingkat kehidupan yang berbeda, sebagian besar aplikasi dasar dari “merujuk pada tujuan akhir” adalah untuk memulai hari ini dengan bayangan, gambaran atau paradigma akhir kehidupan anda sebagai kerangka acuan atau criteria yang menjadi dasar untuk menguji segala sesuatu. Tiap bagian dari kehidupan anda-perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku minggu depan-dapat diuji dalam konteks seluruhan, dari apa yang benar-benar paling penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir tersebut tetap jelas dalam fikiran, anda dapat memastikan bahwa apapun yang anda kerjakan pada hari tertentu tidak melanggar criteria yang sudah anda definisikan sebagai yang paling penting, dan bahwa setiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda miliki tentang seluruh hidup anda dengan cara yang berarti.

Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu barada pada arah yang benar.


(39)

1. Segala Diciptakan Dua Kali

“Merujuk pada tujuan akhir” didasarkan pada prinsip bahwa segalanya diciptakan dua kali. Ada ciptaan mental atau pertama, dan ada ciptaan fisik atau kedua.

Sebagai contoh, lihatlah pembangunan sebuah rumah. Anda menciptakannya secara rinci sebelum anda menanam pasak pertama ditempatnya. Anda mencoba mendapatkan pengertian yang jelas tentang rumah macam apa yang anda kehendaki. Jika anda menginginkan sebuah rumah yang berpusat pada keluarga, maka anda akan merancang untuk menempatkan ruang keluarga sebgai tempat berkumpul. Anda merancang pintu sorong dan pekarangan dibelakang rumah tempat anak-anak bermain. Anda bekerja dengan gagasan. Anda bekerja dengan fikiran anda sehingga anda mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang anda ingin bangun

Pada tingkatan yang bervariasi, orang menggunakan prinsip ini dalam banyak bidang kehidupan. Sebelum anda pergi melalukan suatu perjalanan, anda menentukan tempat tujuan dan merencanakan rute terbaik. Sebelum anda berkebun, anda merencanakannya terlebih dahulu dalam benak anda, mungkin di atas kertas. Anda menyusun pidato di atas kertas sebelum anda menyampaikannya, anda menggambarkan dalam fikiran susunan tanaman di taman anda sebelum anda menata taman anda, anda merancang pakaian yangb anda buat sebelum anda memasang benang pada jarum.


(40)

Cara paling efektif untuk mulai merujuk pada tujuan akhir adalah dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah anda (karakter) dan apakah yang anda ingin lakuakan (kontribusi dan pencapaian) serta pada nialai atau prinsip yang menjadi dasar untuk menjadi dan melakuakn sesuatu

Sebuah misi pribadi yang didasari prinsip-prinsip yang benar menjadi sejenis standar yang sama bagi individu. Pernyataan misi ini menjadi konstitusi pribadi, dasar kuntuk mengambil keputusan utama yang mengatuir kehidupan, dasar untuk mengambil keputusan sehari-hari di tengan kondisi dan emosi yang mempengaruhi hidup kita. Pernyataan ini memberdaya individu dengan kekuatan yang sama di tengah perubahan yang terjadi.

Dengan pernyataan misi, kita dapat mengalir bersama perubahan. Kita tidak perlu berprasangka dan membuat keputusan terlalu cepat. Kita tidak perlu memikirkan hal-hal lain dalam hidup, untuk memberi stereotip dan menggolongkan segala sesuatu dan semua orang agar sesuai dengan realitas.

Segera sesudah anda merasa memiliki misi ini, anda memilki sari dari produktivitas anda. Anda mempunyai visi dan nilai yang mengarahkan hidup anda. Anda memiliki arah dasar yang anda gunakan untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek anda. Anda mempunyai kekuatan konstitusi tertulis yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang benar, dan darinya semua keputusan sehubungan dengan pemakaian waktu, bakat dan energi anda yang paling efektif dapat diukur secara efektif pula.


(41)

Prinsip adalah pusat dari integritas dan standar moral yang tidak dapat ditawar atau dikorbankan. Prinsip adalah cara berfikir yang bersifat final dan yang menjadi kerangka acuan dalam mengambil keputusan. Prinsip adalah ikatan yang sangat kuat. Begitu kuatnya sehingga membelenggu dirinya untuk tidak keluar dari ikatan tersebut. Prinsip merupakan wajah kepribadian seseorang yang paling dalamdan jati diri yang bersifat manusiawi. Prinsip bersifat universal karena berkaitan dengan harga dir, kebanggaan dan kebermaknaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip adalah ketaatan seseorang pada hati nuraninya sendiri. Sebuah perjuangan untuk tetap menapaki jalan lurus. Setiap penyimpangan dari jalan ini merupakan pengkhianatan terhadap prinsip dan keyakinannya.

Prinsip tidak bereaksi terhadap apa pun. Prinsip tidak menjadi marah dan memperlakukan kita secara berbeda. Prinsip tidak akan menceraikan kita atau melarikan diri bersama sahabat terbaik kita. Prinsip tidak bermaksud menguasai kita. Prinsip tidak dapat melicinkan jalan dengan jalan pintas dan perbaikan kita. Prinsip tidak bergantung pada prilaku orang lain, lingkungan, atau mode mutakhir untuk keabsahannya. Prinsip tidak mati. Prinsip tidak barada disini hari ini dan pergi pada hari berikutnya. Prinsip tidak dapat dihancurkan oleh api, gempa bumi atau pencuri

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran klasik, denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan dan kekuatan melalui struktur kehidupan.

Bahkan di tengah orang banyak atau keadaan yang tampaknya mengabaikan prinsip tersebut, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa prinsip adalah sesuatu yang lebih besar dari pada orang atau keadaan, dan bahwa sejarah ribuan


(42)

tahun telah menyaksikan kemenangan prinsip, berulang kali. Bahkan lebih penting lagi, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa kita dapat mengabsahkan prinsip dalam kehidupan kita sendiri, melalui pengalaman kita sendiri

Prinsip selalu memilki konsekuensi wajar yang melekat padanya. Ada konsekuensi positif ketika kita hidup selaras dengan prinsip tersebut. Ada konsekuensi negative jika kita mengabaikannya. Akan tetapi karena prinsip ini berlaku pada semua orang, entah disadari atau tidak, keterbatasan ini bersifat universal. Dan semakin banyak kita tahu tentang prinsip yang benar, semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.

c) Dahulukan Yang Utama

Kebiasaan 3 adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebisaan 1 dan 2. Ia merupakan latihan dari kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat.

Kebiasaan 1 dan 2 mutlak penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3. anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar dan mengembangkan sifat proaktif anda. Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar tentang paradigma anda dan mengerti bagaimana mengubah paradigma tersebut dan menyelaraskannya dengan prinsip. Anda tidak dapat menjadi berpusat pada prinsip tanpa visi dan focus pada kontribusi unik yang bisa anda lakukan.

Namun dengan kondisi itu, anda dapat berpusat pada prinsip, hari demi hari, saat demi saat, dengan menjalani kebiasaan 3 –dengan mempraktekan manajemen diri yang efektif.


(43)

Manajemen yang efektif mendahulukan yang utama. Sementara kepemimpinan memutuskan apa saja “hal yang utama” itu,manajemen lah yang mendahulukan hal-hal tersebut, hari demi hari, saat demi saat. Manajemen adalah disiplin dalam melaksanakannya.

1. Empat Generasi Manajemen Waktu

Gelombang atau generasi pertama dapat dicirikan dengan catatan dan daftar pustaka, sebuah upaya untuk dapat memberi semacam pengenalan dan keterlibatan pada banyak tuntutan yang diajukan pada waktu dan energi kita.

Generasi kedua dapat dicirikan dengan kalender dan buku janji. Gelombang ini mencerminkan suatu usaha untuk memandang ke depan, untuk menjadwalkan peristiwa dan aktivitas di masa datang.

Genarasi ketiga mencerminkan bidang manajemen waktu masa kini. Generasi ini menambahkan pada generasi-generasi sebelumnya gagasan penting penetapan prioritas, penjelasan nilai, dan pembandingan nilai relatif aktivitas-aktivitas yang didsarkan pada hubungan mereka dengan nilai-nilai itu

Walaupun generasi ketiga telah memberikan kontribusi yang berarti, orang mulai sadar bahwa penjadwalan yang “efisien” dan kendali terhadap waktu justru sering kontraproduktif. Fokus pada efesiensi menciptakan harapan-harapan yang sering kali berbenturan dengan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang kaya, untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan untuk menikmati saat-saat spontan sesehari.

Akibatnya, banyak orang yang kehilangan minat akan program planners


(44)

mereka membuang cara itu, kembali keteknik generasi pertama atau kedua agar dapat memelihara hubungan, spontanitas dan kualitas hidup.

Namun mulai muncul generasi keempat yang berbeda jenisnya. Generasi ini mengakuai bahwa “manajemen waktu” sesungguhnya merupakan istilah yang tidak cocok_tantangannya bukanlah untuk mengatur waktu, melainkan diri sendiri. Kepuasan merupakan fungsi dari harapan sekaligus realisasi.

2. Rekening Bank Emosi

Kita semua tahu apa itu rekening Bank uang. Kita mendeposito uang ke bank dan menambah cadangan yang darinya kita dapat menarik uang kita jika kita memerlukannya. Rekening Bank Emosi adalah kiasan yag menggambarkan jumlah kepercayaan yang sudah kita tambahkan ke dalam suatu hubungan. Hal inilah perasaan aman yang anda miliki dengan orang lain.

Rekening bank emosi berarti menggambarkan besarnya kepercayaan yang diberikan orang lain kepada kita dikarenakan pada awalnya hubungan kita yang memberikan pesan baik kepada orang lain sehingga tertanam dalam diri seseorang bahwasanya kita memilki karakter yang memang layak dijadikan sebagai catatn kebaikan dalam kehidupan kita.

Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji adalah penarikan yang besar. Sebenarnya, barangkali tidak ada penarikan yang lebih besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi seseorang dan kemudian tidak memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji dibuat, orang tidak akan percaya. Orang cenderung membangun harapan mereka disekitar janji khususnya janji tentang mata pencarian mereka.


(45)

3.Mengerti si Individu

Benar-benar mengerti orang lain mungkin merupakan salah satu deposito paling penting yang anda dapat buat, dan ini adalah kunci untuk semua deposito lain. Anda sungguh tidak tahu apa yang merupakan deposito bagi orang lain sebelum anda mengerti individu itu.

Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula dikembangkan oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep tersebut terdapat perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisa kembali prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya.17

4. Melakukan Hal-hal Sepele

Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting. Ketidaksopanan kecil, kekasaran kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang kecil adalah hal yang besar.

Terkadang hal-hal yang sepele sebenarnya adalah hal yang sangat penting yang terkadang itu mempengaruhi hasil dari seluruh efektifitas kerja kita.

d) Berfikir Menang/Menang

17

Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 36


(46)

Menang/menang bukanlah teknik, melainkan filosofi total interaksi manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma alternatifnya adalah :

1. Menang/Menang

2. Menang/Kalah

3. Kalah/Menang

4. Kalah/Kalah

5. Menang

6. Menang/Menang Atau Tidak Sama Sekali

Menang/menang adalah kerangka fikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang-menang berarti bahwa kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Dengan solusi menang/menang, semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang koperatif, bukan kompetitif. Kebanyakan orang berfikir secara dikotomi: kuat atau lemah, keras atau lunak, menang atau kalah. Akan tetapi cara berfikir seperti ini sebenarnya cacat. Cara berfikir seperti ini didasarkan pada kekuasaan dan posisi dan bukan pada prinsip. Menang/menang didasarkan pada paradigma bahwa ada banyak untuk setiap orang, bahwa keberhasilan satu orang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasialn orang lain.


(47)

Menang/menang adalah kepercayaan akan alternative ketiga. Kita bukan jalan anda atau jalan saya; ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi.

1. Lima Dimensi Dari Menang/Menang

Berfikir menang/menang adalah kebiasaan kepemimpinan antar pribadi. Ia memerlukan latihan pada masing-masing anugrah manusia yang unik_kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas_dalam hubungan kita dengan orang lain. Ia melibatkan usaha belajar bersama, pengaruh timbal balik dan keuntungan bersama.

Prinsip menang/menang adalah dasar untuk keberhasilan pada semua interaksi kita, dan ini meliputi lima dimensi kehidupan yang saling tergantung. Prinsip ini dimulai dengan karakter dan bergerak ke arah hubungan, dan darinya mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini dipelihara dalam lingkungan dimana stuktur

dan system didasarkan pada Menang/menang. Dan ini memerlukan proses; kita tidak dapat mencapai tujuan menang/menang dengan sarana Menang/Kalah atau kalah/menang.

1) Karakter

Karakter adalah dasar dari menang/menang, dan semua yang lain dibangun di atas dasar itu. Ada tiga ciri karakter yang esensial untuk paradigma menang/menang.

a. Integritas

Kita sudah mendefinisikan integritas sebagai nilai yang kita tempatkan pada diri kita sendiri. Kebiasaan 1, 2, dan 3 membantu kita mengembangkan dan memelihara integritas. Ketika kita dengan jelas


(48)

mengidentifikasi nilai-nilai kita dan secara proaktif mengorganisasi dan melaksanakan diri di sekitar nilai-nilai itu setiap hari, kita mengembangkan kesadaran diri dan kehendak bebas dengan membuat dan memenuhi janji serta komitmen yang bermakna.

b. Kematangan

Kematangan adalah keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa. Jika seseorang dapat mengekspresikan perasaan dan keyakinannya dengan keberanian yang diimbangi dengan pertimbangan akan perasaan dan keyakian orang lain, maka ia sudah matang, khususnya jika persoalannya sangat penting bagi kedua belah pihak.

c. Mentalitas kelimpahan

Ciri karakter ketiga bagi Menang/menang adalah mentalitas kelimpahan (abundance Mentality), paradigma bahwa ada banyak di luar sana untuk semua orang. Mentalitas kelimpahan mengalir dari nilai diri dan rasa aman pribadi yang mendalam. Ia adalah paradigma bahwa ada banyak di luar sana dan cukup dibagi untuk semua orang. Paradigma ini menghasilkan pembagian prestise, pengakuan laba, pengambilan keputusan. Paradigma ini membuka kemungkinan, pilihan, alternatif, dan kreativitas.

2) Hubungan

Dari dasar karakter, kita membangun dan memelihara hubungan Menang/menang. Kepercayaan, rekening Bank Emosi, adalah intisari menang/menang. Tanpa kepercayaan, yang terbaik yang dapat kita lakuakn Cuma berkompromi; tanpa kepercayaan, kita tidak mempunyai kredibilitas


(49)

untuk belajar dan komunikasi yang terbuka dan timbal balik serta kreativitas yang rill.

3) Kesepakatan

Dari hubungan mengalir kesepakatan yang memberi definisi dan arah bagi Menang/menang. Ia kadang disebut kesepakatan kinerja (performancep agreement) atau kesepakatan kemitraan (partnership agreement), perubahan paradigma interaksi produktif dari vertikal menjadi horizontal, dari penyeliaan yang mengintai menjadi penyeliaan sendiri, dari pengaturan posisi menjadi mitra dalam keberhasilan.

a. Sistem

Menang/menang hanya dapat bertahan di dalam organisasi jika system organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicaraa menang/menang, tetapi memberi ganjaran untuk menang/kalah, maka yang ada di tangan anda adalah program yang gagal

b. Proses

Tidak ada cara untuk mencapai tujuan Menang/menang dengan saran menang/kalah atau Kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan, “Anda akan berfikir menang/menang, entah anda suka atau tidak.” Maka, pertanyaannya mennjadi bagaimana tiba pada solusi Menang/menang.


(50)

e) Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti

Dalam hal ini, berkomunikasi dengan baik juga sangat dibutuhkan dalam usaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi. Tetapi pikirkan ini: Anda sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar bagaimana membaca dan menulis, bertahun-tahun belajar bagaimana membaca dan menulis, bertahun-tuhun belajar bagaimana berbicara. Tetapi bagaiman dengan mendengarkan? Pelatihan atau pendidikan apa yang sudah anda dapatkan yang memungkinkan anda mendengarkan sehingga anda benar-benar mengerti orang lain secara mendalam dari kerangka acuan individu itu sendiri?

Hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian besar, pelatihan meraka adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pengertian otentik atas orang lain.

1. Mendengarkan Dengan Empatik

Berusaha mengerti terlebih dahulu” memerlukan peubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya berusaha telebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti; mereka mendengar dengan maksud untuk menjawab. Mereka entah berbicara atau bersiap untuk berbicara. Mereka menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri, membacakan autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain.

Kamus Webster mendefinisikan empati sebagai tindakan untuk memahami, menyadari, dan sensitive pada apa yang dialami orang lain (the action of


(51)

understanding, being aware of and being sensitive to) atau dapat kita artikan sebagai kemampuan seseorang yang secara aktif dan penuh perhatian mampu memahami dan merasakan suasana hati orang lain. Dia mampu beradaptasi, merasakan rintihan, kegetiran, dan bahkan mampu mendengarkan debaran jantung atau gelora jiwa para pengikutnya.18

Ketika orang lain berbicara, kita biasanaya “mendengarkan” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu, tidak benar-benar mendengarkannya. Kita mungkin berpura-pura. ”Ya. Hmm. Benar.” Kita mungkin

mendengar secara selektif. Mendengar hanya bagian-bagian tertentu dari percakapan. Kita sering melakukan ini sewaktu mendengar celotehan terus-menerus dari anak prasekolah. Atau mungkin kita mendengar secara atentif, menaruh perhatian dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Tetapi sedikit sekali dari kita pernah mempraktekan tingkat kelima, bentuk tertinggi dan mendengarkan, yaitu mendengar dengan empatik.

Ketika kita mengatakan mendengar secara empatik, yang dimaksud adalah mendengar dengan maksud untuk mengerti. Maksudnya adalah berusaha terlebih dahulu untuk mengerti, untuk benar-benar mengerti. Ini adalah paradigma yang sepenuhnya berbeda.

Mendengar secara empatik (dari empati) masuk dalam kerangka acuan orang lain. Anda memandang keluar melewati kerangka acuan itu, anda melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia, anda mengerti paradigma mereka, anda mengerti bagaimana perasaan mereka.

18


(52)

Empati bukanlah simpatik. Simpati merupakan semacam kesepakatan, semacam penilaian. Dan ini kadang merupakan emosi dan respon yang lebih cocok. Tetapi orang sering hidup dari simpati. Hal ini membuat mereka tergantung. Intisari dari mendengarkan empatik bukanlah bahwa anda setuju dengan seseorang, tetapi bahwa anda sepenuhnya, secara mendalam, mengerti orang itu, secara emosional sekaligus intelektual.

2. Buatlah Diagnosis Sebelum Membuat Resep

Walaupun mengandung resiko sulit, berusaha untuk mengerti, atau mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar yang dimanifestasikan dibanyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari profesional sejati. Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga penting sekali bagi dokter. Anda tidak akan percaya sedikit pun kepada resep dokter jika anda tidak percaya akan diagnosanya.

Prinsip ini juga berlaku untuk penjualan. Penjual yang efektif berusaha terlebih dahulu untuk mengerti kebutuhan, kekhawatiuran, situasi pelangan. Penjual amatir menjual produk; penjual profesioanal menjual solusi untuk kebutuhan dan masalah. Pendekatan yang sepenuhnya berbeda. Penjual professional belajar bagaimana, bagaimana mengerti. Ia juga belajar bagaimana menghubungkan kebutuhan orang dengan produk dan jasanya. Dan ia harus mempunyai integriras untuk mengatakan, “Produk atau jasa saya tidak akan memenuhi kebutuhan itu” jika memang tidak dapat.

Mendiagnosa sebelum anda membuat resep juga merupakan hal mendasar bagi hukum. Pengacara profesional lebih dahulu mengumpulkan fakta-fakta untuk mengerti situasinya, untuk mengerti hukum dan presedennya, sebelum menyiapkan


(53)

kasus. Pengacara yang baik hampir selalu menulis kasus pengacara lawan sebelum menulis kasusnya sendiri.

3. Pengertian Dan Persepsi

Sementara anda belajar mendengarkan orang lain secara mendalam, anda akan menemukan perbedaan besar dalam persepsi. Anda juga akan mulai menyadari dampak yang dapat ditimbulkan oleh perbedaan ini ketika orang berusaha bekerja sama pada situasi salingrtergantungan.

Persepsi kita bisa menjadi sangat berbeda. Namun kita sama-sama telah hidup dengan paradigma kita selama bertahun-tahun, berfikir bahwa paradigma tadi adalah “fakta,” dan mempertanyakan kecakapan karakter atau mental dari siapa saja yang tidak dapat “ melihat fakta-fakta tersebut.”

Sekarang, dengan semua perbedaan kita, kita berusaha bekerja sama _dalam perkawinan, pekerjaan, proyek pelayanan masyarakat_ untuk mengelola sumber daya dan mencapai hasil. Lalu, bagaimana kita mengerjakannya? Bagaimana kita mengatasi keterbatasan persepsi individual kita supaya kita dapat berkomunikasi secara mendalam, suipaya kita dapat berurusan secara koperatif terhadap isu tertentu dan muncul dengan solusi menang/menang?

Jawabannya adalah kebiasaan 5. Ia merupakan langkah pertama dalam proses menang/menang. Walaupun (dan khusunya ketika) orang lain tidak berasal dari paradigma itu, berusahalah mengerti terlebih dahulu.


(54)

Berusah terlebih dahulu untuk mengerti…baru dimengerti. Mengetahui bagaimana untuk dimengerti adalah separuh lagi dari kebiasaan 5, dan sama pentingnya dalam mencapai Menang/menang.

Sebelumnya kita mendefinisikan kematangan sebagai keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa. Berusaha untuk mengerti memerlukan tenggang rasa; berusah untuk dimengerti membutukan keberanian. Menag/menang memerlukan kadar yang tinggi dari keduanya. Jadi, didalam situasi salingtergantungan penting sekali bagi kita untuk dimengerti.

Anda tidak terbungkus di dalam “urusan sendiri,” menyampaikan pidato muluk dari atas peti sabun. Anda benar-benar mengerti. Apa yang anda sajikan mungkin bahkan berbeda dengan apa yang semula anda pikirkan karena dalam usaha anda untuk mengerti, anda belajar.

Kebiasaan 5 mengangkat anda ke akurasi yang lebih besar, integritas yang lebih besar, dalam presentasi anda. Dan orang-orang tahu itu. Mereka tahu anda menyajikan gagasan yang benar-benar anda yakini, dengan memperhitungkan semua fakta dan persepsi yang diketahui, yang akan menguntungkan setiap orang.

f) Wujudkan Sinergi

Jika dimengerti dengan benar, sinergi adalah efektivitas tertinggi dalam semua kehidupan_ujian dan manifestasi sebenarnya dari semua kebiasaan lain digabungkan menjadi satu.

Sinergi adalah intisari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Sinergi adalah intisari dari keorangtuaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai


(55)

katalisator, menyatukan dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia. Semua kebiasan yang sudah kita bahas menyiapkan kita untuk menciptakan mukjizat sinergi.

Apakah sinergi? Didefinisikan secara sederhana, sinergi berarti keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ia berarti hubungan antar bagian dimana bagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi bukan merupakn suatu bagian belaka, melainkan bagian yang paling bersifat katalisator, paling memberdaya, paling menyatukan danb paling menyenangkan.

Sinergi ada dimana-mana di alam raya ini, jika anda menanam dua batang tanaman berdekatan satu sama lain, akar kedua tanaman tadi akan berbaur menjadi satu dan meningkatkan mutu tanah sehingga kedua tanaman akan tumbuh lebih baik daripada jika keduanya dipisahkan. Jika anda menyatukan dua batang kayu, kedua batang kayu itu akan menahan bobob jauh lebih besar dibandingkan jumlah keseluruhan beban yang ditanggung oleh masing-masing secara sendiri-sendiri. Keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagin-bagiannya. Satu ditambah satu sama dengan tiga atau lebih.

Tantangannya adalah menerapkan prinsip kerja sama kreatif, yang kita pelajari dari alam, dalam interaksi sosial kita. Kehidupan keluarga memberi banyak peluang untuk mengamati sinergi dan mempraktekannya

1. Komunikasi Sinergistik

Ketika anda berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar membuka fikiran, hati, dan ekspresi anda kepada kemungkinan baru, alternatif baru, pilihan baru. Mungkin tampak seolah anda menyingkirkan kebiasaan 2 (merujuk pada tujuan akhir); tetapi sebenarnya anda melakukan hal yang sebaliknya_anda memenuhinya. Anda tidak tahu pasti ketika anda terlibat dalam komuniukasi


(56)

sinergistik bagaiman segala sesuatunya akan terjadi atau bagaiman akhirnya akan terlihat, tetapi anda mempunyai perasaan bersemangat, rasa aman dan petualanagn, percaya bahwa ini pasti akan lebih baik secara signifikan dibandingkan sebelumnya. Dan itu adalah tujuan akhir yang ada dlam fikiran anda.

Anda mulai dengan keyakinan bahwa pihak-pihak yang telibat akan memperoleh lebih banyak wawasan, dan bahwa kesenangan dari belajar dan peningkatan wawasan bersama itu akan menciptakan momentum ke arah wawasan, proses belajar, dan pertumbuhan yang jauh lebih besar lagi.

Banyak orang tidak benar-benar mengalami sinergi bahkan dalam kadar yang sedang-sedang saja pada kehidupan keluarga mereka atau ineteraksi lain. Mereka sudah dilatih dan naskah hidup mereka ditulis dalam komunikasi yang defensive dan protektif atau dalam kepercayaan bahwa kehidupan atau orang lain tidaklah dipercaya. Akibatnya, mereka tidak pernah benar-benar terbuka pada kebiasaan 6 dan kepada prinsip-prinsipnya.

Hal ini menggambarkan salah satu dari tragedi besar dan pemborosan dalam hidup karena begitu banyak potensi yang tidak tersadap_sepenuhnya tidak berkembang dan tidak digunakan. Orang-orang yang tidak efektif hidup hari demi hari dengan potensi yang tidak digunakan. Mereka mengalami sinergi hanya dengan cara yang kecil, bukan yang pokok dalam hidup mereka.

2. Sinergi Dan Komunikasi

Sinergi memang menggairahkan. Kreativitas memang menggairahkan. Memang luar biasa apa yang dapat dihasilkan olek keterbukaan dan komunikasi.


(57)

Kemungkinan keuntungan yang sungguh berarti, perbaikan yang begitu nyata sehingga sepadan dengan resiko yang diminta oleh keterbukaan seperti ini.

Komiunikasi yang penuh respek memang baik dalam situasi yang bebas atau mandiri,tetapi kemungkinan kreatifnya belum terbuka. Dalam situasi yang saling tergantung, kompromi adalah posisi yang biasa diambil. Kompromi berarti bahwa 1+1=1 ½. Keduanya sama-sama memberi dan menerima. Komunikasi tidak defensive atau protektif atau marah atau manipulatif; komunikasi jujur atau tulus dan penuh respek. Namun hal ini belum kreatif atau sinergistik. Komunikasi ini menghasilkan bentuk yang rendah dari Menang/menang.

Sinergi berarti 1+1 dapat sama dengan 8.16, atau bahkan 1600. posisi sinergistik dari kepercayaan yang tinggi menghasilkan solusi lebih baik dibandingkan dengan usulan semula, dan semua pihak mengetahuinya. Lebih jauh, mereka secara tulus menikmati usaha yang kretif.

3. Sinergi Negatif

Berapa banyak energi negatif yang biasanaya dikeluarkan ketika orang berusaha memecahkan masalah atau mengambil keputusan dalam realitaas kesalingtergantungan? Berapa banyak waktu dihabiskan dalam membeberkan dosa orang lain, berpolitik, persaingan, konflik antarpribadi, melindungi diri dari belakang, penguasaan pikiran, dan dugaan-dugaan buruk?

Masalahnya adalah bahwa ada orang yang sangat tergantung yang berusaha untuk sukses di dalam realitas kesalingtergantungan. Mereka bergantung dengan meminjam kekuatan dari kekuasan posisi dan menggunakan menang/kalah, atau mereka bergantung untuk menjadi popular dengan orang lain dan menggunakan


(58)

Kalah/Menang, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh dalam mendengarkan, mereka memanipulasi. Dan sinergi tidak dapat tumbuh subur dalam lingkungan ini.

Orang-orang yang merasa tidak aman berpikir bahwa senua realitas harus sesuai dengan paradigma mereka. Mereka memiliki kebutuhan yang tinggi untuk membuat duplikat orang lain, untuk mencetak orang lain ke dalam cara berpikir mereka. Mereka tidak sadar bahwa kekuatan hubungan itu sendiri adalah dengan memliki juga sudut pandang orang lain. Kesamaan bukanlah kesatuan; keseragaman bukanlah ketunggalan. Kesatuan, atau persatuan, adalah saling melengkapi, bukan kesamaan. Kesamaan tidak kreatif…dan membosankan. Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan.

4. Menghargai Perbedaan

Menghargai perbedaan adalah intisari dari sineregi_perbedaan mental, emosional, psikologis antar orang. Dan kunci untuk menghargai perbedaan-perbedaan in adalah menyadari bahwa semua orang melihat dunia, tidak sebagaimana adanya, tapi sebagaimana mereka.

Orang yang benar-benar kreatif mempunyai kerendahan hati dan rasa hormat untuk mengakui keterbatasan persepsinya sendiri dan menghargai sumber daya yang kaya yang tersedia melalui interaksi dengan hati dan pikiran manusia lain. Menghargai perbedaan karena ia justru menambah pengetahuannya, pengertiannya tentang realitas. Ketika kita dibiarkan sendirian dengan pengalaman kita saja, kita terus menerus menderita kekurangan data.


(59)

Kebiasaan 7 adalah meluangkan waktu untuk mengasah gergaji. Kebiasaan ini melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma Tujuh Kebiasaan karena ia adalah kebiasan yang menjadikan semua kebiasaan lain mungkin.

1. Empat Dimensi Pembaruan

Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini memperbarui keempat dimensi alamiah anda_fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional.

“Asahlah Gergaji” pada dasarnya mengekspresikan keempat motivasi. Hal ini berarti menjalankan keempat dimensi sifat anda, secara teratur dan konsisten dengan cara-cara yang bijaksana dan seimbang.

1. Dimensi Fisik

Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif_memakan jenis makan yang tepat, mendapatkan istirah dan relaksasi yang memadai, dan berolahraga secara teratur.

Kebanyakan dari kita berfikir kita tidak mempunyai cukup watu untuk berolahraga. Paradigma yang sangat keliru! Kita sebenarnya tidak mempunyai waktu untuk tidak berolahraga. Kita berbicara tentang tiga atau enam jam seminggu_atau minimum tiga puluh menit sehari, setiap dua hari sekali. Hal itu kelihatannya bukan jumlah waktu yang banyak mengingat manfaatnya yang besar sesuai dengan dampaknya pada 162-165 jam lainnya dalam seminggu.

Dan kita perlu bijaksana dalam mengembangkan program olahraga. Ada kecendrungan, khususnya jika anda belum pernah berolahraga sama sekali, untuk berlatih secara berlebihan. Dan itu dapat menimbulkan rasa nyeri yang


(1)

Sedangkan variable dengan rangking terbesar dalam teori The Seven Habits yang telah diterapkan dalam organisasi RISKA adalah variable pro aktf. Sedangkan variable dengan rangking terendah dalam teori The Seven Habits yang telah diterapkan dalam organisasi RISKA adalah variable merujuk pada tujuan akhir.

B. Faktor pendukung dan penghambat RISKA dalam mengembangkan organisasi.

1. Faktor pendukung

a. Riska mempunyai visi dan misi yang cukup bagus dalam menghadapi era globalisasi

b. Riska bernaung dibawah lindungan DKM Masjid Agung Sunda Kelapa, yang notabenenya adalah salah satu masjid terbesar yang ada di Jakarta, sehingga memiliki jaringan yang kuat ketika berurusan dengan masalah-masalah eksternal.

c. Remaja RISKA memiliki karakter yang kuat dalam membangun kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual bagi pribadi maupun organisasi

d. remaja RISKA dapat berkomunikasi dengan baik dikarnakan perubahan zaman dan kemajuan teknologi sekarang ini

e. Terdapatnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan organisasi RISKA untuk dapat berjalan dengan baik.


(2)

f. F.remaja RISKA memiliki tingkat spiritual yang tinggi sehingga apapun yang dikerjakan selalu diiringi dengan niat kepada Allah SWT.

2. Faktor Penghambat

a. Kesibukan remaja yang cukup padat di luar sehingga perhatian terhadap RISKA terpecah

b. Kurang kordinasi antara pengurus RISKA dengan DKM Masjid Sunda Kelapa.

c. Kurangnya konsolidasi antar pengurus.

d. Remaja RISKA identik dengan image organisasi masjid orang-orang kaya sehingga sulit beradaptasi dengan kalangan bawah.

B. Saran-saran

Seiring denga penelitian sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Semoga saran-saran ini bermanfaat dalam upaya mengembangkan organisasi RISKA ke arah yang lebih baik.

1. Dapat membuat komitmen dalam menjalankan organisasi agar RISKA dapat berjalan sesuai dengan harapan, sehingga komitman tersebut dapat dijadikan acuan dalam keseriusan RISKA dalam mengembangkan organisasi.


(3)

2. Dapat merujuk pada tujuan akhir agar seluruh kegiatan yang ada pada RISKA senantiasa bernilai ibadah karena tujuan akhir dari organisasi selain visi dan misi adalah yang paling mendapatkan ridho Allah SWT.

3. Menghilangkan kebiasaan rubber time atau jam karet dalam setiap mengadakan kegiatan dalam organisai, atau selalu memenuhi janji yang telah direncanakan.

4. Berhubung RISKA adalah organisasi yang memilki pengurus dan anggota yang cukup banyak, maka ketika terjadi selisih pendapat atau berbeda pandangan dalam masalah organisasi maka harus dapat lebih bijak dalam memahami persepsi.

5. Selalu dapat mengadakan kerjasama yang kreatif antar individu maupun antar divisi yang ada di RISKA, agar dapat membuat suatu program kerja yang lebih menarik dan menghasilkan hasil yang memuaskan.

6. Meskipun pengurus RISKA memiliki kesibukan yang padat, hendaknya tetap menjaga kesehatan fisik, karena walau bagaimanapun juga seperti orang bijak berkata “ health is not everything, but everything without health is nothing”


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II.

Ayub, E Moh, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996) Brosur pendaftaran anggota RISKA 2008

Chowdhury, Subir, Organisasi Abad 21, (Jakarta : PT Indeks Gramedia, 2005)

Covey, R Stephen, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi)

_ _ _ _ _ _ _ _ . Living The Seven Habits. Jakarta: Binarupa Aksara, 2002.

Dubrin J. Andrew, The Complete Ideal’s Guides Leadership (Jakarta: Prenada, 2006)

Dharma, Agus, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta : Erlangga, Edisi Ke-4) Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : PT Bumi

Aksara, Edisi Revisi)

Kast, Fremont E, dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 22, Edisi Revisi,

Nasir, Muhammad, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998) Rukmana, Nana, Masjid Dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002) Supriyono, Iman, Financial Spiritual Quotient. (Surabaya: Lutfansyah, 2006).

Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)

Surakhmat, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980). Tasmara, Toto, Spiritual Centered Leadership, (Jakarta : Gema Insani, 2006) Toha, Miftah, Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Raja


(5)

Grafindo Persada, 2003)

Winardi, J. Entrepreneur dan Entrepreneurship. (Jakarta: Kencana 2004).

Yani, Achmad dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI Haramain, 2001)

Zein, Muhammad, Jurnal Kemasjidan (Jakarta: Dewan Masjid Indonesia Prov DKI Jakarta 2006)


(6)