Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik rangking Karakteristik responden terhadap pengimplementasian The seven

Hal ini sesuai dengan pernyataan K.H Toto Asmara dalam bukunya Spiritual Centered Leadership yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada intinya. Dan inti dari perbuatan kita adalah keyakinan yang dibalut rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah. Bisikan hati dan seluruh tindakan kita berada dalam sorotan kamera ilahiah yang sangat teliti dan tidak pernah salah merekam dan mencatat perbuatan kita.

B. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik rangking

terendah Sebagian besar pengurus RISKA adalah orang-orang terpelajar dan mempunyai latar belakang agama yang cukup baik, akan tetapi menurut hasil survey yang dilakukan mereka kurang care dengan kesehatan mereka, hal ini menurut analisa penulis lebih disebabkan karena kegiatan mereka yang cukup padat, mereka tidak hanya aktif di organisasi tapi juga aktif di masyarakat, disamping mereka juga kuliah dan kerja di berbagai tempat. Kesehatan fisik adalah sesuatu yang harus dijaga oleh setiap orang, tanpanya sesibuk apapun kita atau sebanyak apapun kegiatan kita kalau kesehatan fisik kita tidak mendukung kita tidak akan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut.

B. REKAPITULASI SKOR RATA-RATA VARIABLE RESPON RISKA TERHADAP

IMPLEMENTASI SEVEN HABITS DALAM MENGEMBANGKAN ORGANISASI TABEL VIII Skor Rata-rata No Variable Ideal Realita Deviasi Rangking

1. Pro Aktif

148,6 138,4 10,2 I

2. Merujuk pada tujuan akhir

146,5 125 21,5 VII

3. Dahulukan yang utama

146,67 136 10,67 II

4. Berfikir menang

149 130,25 18,75 V

5. Berusaha mengerti baru di

mengerti 148,25 132,25 16 IV

6. Wujudkan sinergi

149,25 129,5 19,75 VI

7. Asahlah gergaji

149,2 136 13,2 III PEJELASAN 1. Pro aktif rangking variable tertinggi Ternyata, variable pro aktif adalah variable yang telah diterapkan oleh RISKA, meskipun belum sepenuhnya. Pro aktif adalah sikap yang selalu bertindak, ia senantiasa mempunyai inisiatif untuk dapat melangkah maju. Rasa ingin mendorong dirinya untuk berprestasi achievement sehingga tumbuh semangat bersaing competitiveness untuk menampilkan karya-karya prestatif sebagai rasa syukurnya kepada sang kholiq.Mereka menganggap berhenti berpikir secara kreatif,berarti memadamkan cahaya ilahi dan karenanya hudupnya sama sekali tidak punya arti. Dengan demikian,kreativitas adalah segala kecenderungan diri kita untuk melahirkan sesuatu yang benar-benar baru innovation}atau kombinasi-kombinasi baru dengan memanfaatkan ciptaan Ilahi yang ada di sekitarnya.. Mereka sangat eksploratif dalam pengertian selalu ingin tahu, ingin mencoba,dan mempertahankan sesuatu bukan sebagaimana biasanya. Mereka disebut kreatif karena memang sering kali keluar dari kebiasaan-kebiasaan umum. Cara berpikir mereka tidak konvergen, tetapi divergen. Mereka mampu merangkaikan atau mengkombinasikan sesuatu menjadi yang baru. Begitu juga dengan RISKA, mereka begitu proaktif dalam menjalankan organisasi, mereka sangat kreatif dalam mermbuat program-program kereja, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan okeh RISKA tidak terkesan monotan karena penuh dengan inovasi-inovasi yang baru.

2. Merujuk pada tujan akhir rangking variable terendah

Dalam hal ini, dalam melaksanakan kegiatan organisasi para pengurus RISKA sebenarnya telah menerapkan tujuan mereka sesuai visi dan misi organisasi, akan tetapi ada beberapa kekurangan dalam menjalankan visi dan misi tersebut, sehingga terkesan ketika melaksanakan suatau program mereka kurang terkoordinir dengna baik, mungkin disebabkan para pengurus tersebut kurang dapat memahami visi dan misi organisasi, terlebih lagi tujuan akhir dari kehidupan kita dalam berorganisasi adalah mencari ridho Allah SWT. Akan tetapi menurut hemat penulis mereka telah menjalankan kepengurusan dengan baik, hanya perlu beberapa masukan dari pihak luar agar kepengurusan ini dapat lebih berkembang. 98

BAB IV IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS PADA ORGANISASI REMAJA

MASJID RISKA DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI C. Implementasi The Seven Habits Pada Organisasi Remaja Masjid Dalam bab ini penerapan the seven habits secara umum pada dasarnya sudah diterapkan dalam upaya mengembangkan organisasi walaupun masih terdapat berbagai macam kekurangan yang terdapat dalam penerapan the seven habits tersebut. Hal ini terlihat dari hasil survey yang penulis lakukan terhadap organisasi RISKA beberapa waktu lalu. Bentuk penerapan The Seven Habits tersebut dilakukan dalam menjalankan roda organisasi, mulai dari kegiatan harian maupun dalam melaksanakan progam-program yang mereka telah rencankan dalam rapat kerja Raker. Seperti penerapan sikap-sikap yang tercantum dalam buku The Seven Habits Pertama, Pro aktif , hal ini diterpkan oleh pengurus RISKA dalam menjalankan organisasi, mereka dituntut untuk dapat menjadi orang yang akif ketika berorganisasi, dapat membuat inovasi-inovasi yang signifikan sehingga dapat mengembangkan organisasi, selain itu mereka juga harus dapat berfikir kreatif dalam melaksanakan setiap program kerja agar program tersebut tidak berjalan secara monoton akan tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Bertindak pro aktif berarti selalu dapat mencari hal-hal yang belum pernah terfikir oleh organisasi yang lain, yang dapat membedakan mereka dari yang lainnya, terutama mengenai program kerja yang mereka telah rencanakan. Kedua, Merujuk pada tujuan akhir, semua pengurus RISKA harus dapat mengembalikan seluruh kegiatan yang mereka lakuakan kepada visi dan misi organisasi, terlebih lagi harus diniatkan apa yang dilakukan hanya untuk Allah semata. Hal ini begitu penting mengingat dalam organisasi ini tidak berorietasi pada profit oriented, sehingga harus timbul kesadaran sendiri dalam upaya mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanagkan oleh para pengurus RISKA. Orang-orang yang sukses adalah mereka yang menetapkan tujuan yang akan diraihnya. Bagi mereka hidup adalah pilihan untuk menentukan arah kiblat yang benar yang memberikan arah ke mana dia harus bergerak. Tujuannya adalah untuk membentuk sikap dan prilaku seseorang. Mengetahui arah kiblat, menyebabkan seluruh umat islam menjadi tertib dalam urusan shalatnya. Begitu juga menetapkan tujuan, akan menumbuhkan disiplin dan gairah kehidupan karena tindakan dan perbuatan kita dikerahkan menuju arah tersebut. Sikap dan prilaku seseorang ditentukan oleh tujuannya. Ketiga, Dahulukan yang utama, dalam hal ini seluruh pengurus harus dapat memprioritaskan hal-hal yang paling penting yang dapat mengembangkan organisasi, kepentingan pribadi tidak boleh didahulukan, mengingat RISKA adalah organisisi, walau bagaimanapun juga kepentingan oganisasi adalah diatas segalanya. Ketika membuat sebuah program harus dikaji terlebih dahulu mana yang menjadi hal-hal prioritas yang harus didahulukan, kalau perlu kita membuat analisis SWOT Streenght, weakness, opportunity, treatment atau kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu program. Keempat, Berpikir menangmenang, keoptimisan dalam menjalankan organisasi sangat dibutuhkan, selalu berfikir menang dengan cara yang baik dan bijaksana, ketika menjalankan suatu program haruslah yakin bahwasannya program tersebut akan berjalan lancar sesuai yang telah direncanakan. Akan tetapi selain dengan keyakinan, haruslah diimplementasikan dengan perbuatan, bukan hanya keyakinan dan niat semata. Napoleon Hill berpendapat bahwa yang disebut berpikir menang atau berpikir positif adalah dengan sikap mental positif yang mencakup segala hal yang plus yang dinyatakan lewat kata-kata, seperti keyakinan, integritas, harapan, optiomisme, keberanian, inisiatif, kedermawanan, toleransi, kebaikan dan berpikir sehat. Kelima, Berusah mengerti baru dimengerti, ketika melihat suatu permasalahan dalam organisasi, sebelumnya kita harus mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang terjadi, mempelajari kronologi awal mulanya terjadinya masalah, sehingga tidak langsung menyimpulkan pada suatu masalah tertentu. Memahami suatu masalah terlebih dahulu adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanaklan oleh semua pengurus, agar tidak terjadi kesalahpahaman, hal ini sangat dibutuhkan mengingat dalam berorganisasi banyak sekali masalah yang dihadapi. Dalam memahami sesuatu kita harus dapat menjadi pendengar yang baik, mendengar dengan penuh empati yaitu mendengar untuk memahami apa yang disampaikan orang lain, mendenger dengan memasuki kerangka acuan orang lain frame of references, mengerti dan memahami perasaan orang lain, serta melihat dunia pengalaman orang lain field experience, Keenam, wujudkan sinergi, bersinergi dengan orang lain adalah salah satu kunci sukses dalam suatu organisasi, hal ini sangat penting karena organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang diatur dalam undang-undang organisasi, sehingga sangat diwajarkan ketika dalam berorganisasi terjadi kesalahpahaman mengingat ini adalah kumpulan orang banyak yang mempunyai karakter berbeda-beda. Inilah pentingnya sinergi dengan orang lain, dimana perasaan ego kita kita harus dikesampingkan terlebih dahulu guna mencapai tujuan organisasi, karena kita tidak dapat bekerja sendiri tanpa bersinergi dengan yang lain. Para pelaku organisasi harus memilki lebih dari sekedar kemampuan teknis, akan tetapi lebih dari itu, mereka harus dapat berinteraksi dengan orang- orang yang juga bekerja di organisasi itu. Terutama bagi pemimpin organisasi harus lebih dapat bersinergi dengan bawahannya dan juga harus lebuh bijak dalam memberikan keputusan agar dapat diterima oleh semua pihak. Ketujuh, Asahlah gergaji, inilah hal terpenting yang harus dimilki oleh setiap pengurus dalam organisasi, ini bermakna , kita harus tetap menjaga nilai- nilai spiritual, emosional dan intelektual yang telah diberikan Allah kepada kita. Sesungguhnya Allah telah memberikan kita berbagai macam kelebihan yang harus kita syukuri, salah satunya adalah dengan cara mengasah terus segala kemampuan yang kita miliki, baik dengan cara selalu mendekatkan diri dengan Allah agar spiritual kita tetap tertanam, dengan menjaga perasaan kita untuk terus berfikir positif agar emosional kita tetap terjaga, ataupun dengan memperbanyak membaca buku-buku ilmiah guna menigkatkan nilai-nilai intelektual yang kita miliki. Untuk lebih jelas memahami implementasi The Seven Habits dalam organisasi RISKA, beberapa waktu lalu penulis membuat quesioner yang kemudian disebarkan kepada pengurus RISKA untuk diisi sesuai dengan kondisi yang ada. Adapun quesioner ini berjumlah 30 yang akan diberikan kepada 30 responden dengan kriteria 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, usia mereka sebagian besar berkisar antara 20-30 tahun dan latar belakang pendidikan mereka sebagian besar SI walaupun ada beberapa orang yang S2. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan quesioner ini, penulis menulisnya di lampiran skripsi ini, sedangkan dalam bab ini penulis mencantumkan perbandingan respon RISKA antara ideal dan realita yang terjadi di lapangan dalam mengimplementasikan The Seven Habits dalam upaya mengembangkan organisasi, kemudian penulis akan mengambil poin yang terbesar dan yang terkecil kemudian menjelaskannya. Selain itu penulis juga akan mencantumkan mengenai rekapitulasi skor rata-rata variable respon riska terhadap implementasi The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi dan juga akan mengambil poin terbesar dan terkecil yang kemudian menjelaskannya.

D. Karakteristik responden terhadap pengimplementasian The seven

Habits dalam organisasi RISKA Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Jenis Kelamin Frekuensi Frekuensi Relatif Laki-Laki 18 60 Perempuan 12 40 Total 30 100 Mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12 orang atau 40 dan sisanya responden laki-laki sebanyak 18 orang atau 60 Usia Frequency Frekuensi Relatif 17 3 10 17 17 56.7 25 10 33.3 30 0 Total 30 100 Usia responden 17 tahun sebesar 10, usia 17 tahun sebesar 56.7, usia 25 sebesar 33.3, dan usia di 30tahun sebesar 0 TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Pro aktif dalam mengembangkan organisasi. PRO AKTIF No Pertanyaan Ideal Skor Realita Skor Deviasi Rangking 1. Mempuyai inisiatif 150 137 13 IV 2. Cepat mengambil tindakan 147 139 8 II 3. Membuat komitmen 149 134 15 V 4. Memenuhi komitmen 149 140 9 III 5. Cepat tanggap 148 142 6 I Rata-rata Skor 148,6 138,4 Dalam variabel pro aktif ini kita dapat melihat bahwasannya indikator terbesar yang telah diterapkan oleh RISKA adalah cepat tanggap, sedangkan indicator yang terkecil adalah membuat komitmen, sehingga indicator cepat tanggap adalah sikiap yang selalu diterapkan dalam kepegurusan RISKA dalam menjalankan organisasi, karena lebih mendekati dari nilai ideal. Begitu juga sebaliknya, sikap membuat komitmen kurang diterapkan dalalm kepengurusan RISKA karena jauh dari niali ideal, untuk lebih jelasnya terurai di bawah ini. Penjelasan : C. Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi. rangking tertinggi Cepat tanggap dalam melihat berbagai masalah yang terdapat dalam organisasi adalah suatu kelayakan yang harus dimiliki oleh RISKA, hal ini terbukti dengan terbentuknya divisi- divisi baru yang berorientasi pada kebutuhan anggota dan juga ketika melihat kondisi masyarakat yang membutuhkan mereka sering kali langsung terjun ke lapangan. Dalam berbagai persoalan RISKA sering sekali cepat dalam mengambil keputusan, akan tetapi tidak sembarang dalam mengambil keputusan, mereka juga melakukan banyak pertimbangan dan penuh dengan kehati-hatian dalam mengambil suatu keputusan. Kebijakan organisasi selalu dikeluarkan secara musyawarah, tidak mengambil otoritas penuh seorang pemimpin, sehingga keputusan tersebut dapat diterima semua pihak.

D. Membuat komitmen dalam usaha mengembangkan