Pilihan Kader Masyarakat Proses Sosialisasi Program Pembangunan Sarana Sanitasi Gratis

permasalahan yang dihadapi. Penyuluhan sering diartikan sebagai suatu aktivitas sesaat dari aktivitas petugas dari lembaga tertentu yang datang ke sebuah pertemuan, berceramah, lalu tanya jawab, dan akhirnya pergi. Pada hakekatnya, berbicara tentang penyuluhan setidaknya menyangkut lima unsur yaitu: proses pembelajaran, ada subyek yang belajar, pengembangan kesadaran dan kapasitas diri dan kelompok, pengelolaan sumber daya untuk perbaikan kehidupan, dan diterapkan prinsip berkelanjutan dari sisi sosial, ekonomi, dan menerapkan fungsi kelestarian lingkungannya. 55 Kurangnya sosialisasi program pembangunan sarana sanitasi di Kelurahan Bahagia mengakibatkan masyarakat tidak mendapatkan informasi tentang sanitasi secara edukatif, tidak menumbuhkan rasa kebutuhan terhadap WC karena masyarakat secara spontan menerima bantuan pembangunan WC gratis tanpa mempertimbangkan kelayakan bentuk bangunan WC yang akan dibangun.

4.3. Pilihan Kader Masyarakat

Rozaqi 2009, persoalan pembangunan pada prinsipnya adalah menyangkut nasib kehidupan seluruh lapisan masyarakat, maka idealnya kebijakan yang telah ditetapkan perlu diketahui oleh publik agar tidak terjadi kesalahpahaman miiscommunication antara pihak yang memerintah dan diperintah. Perlu dipahami, bahwa esensi dari pada pembangunan merupakan suatu proses. Jadi selama proses itu berlangsung, maka akan terjadi interaksi yang 55 Siti Amanah, Makna Penyuluhan dan Transformasi Perilaku Manusia, 2007. Universitas Sumatera Utara melibatkan beberapa elemen – elemen sistem sosial yang dapat mempengaruhi bagaimana jalannya proses pembangunan tersebut. Perlibatan seperti tokoh masyarakat atau kader masyarakat dalam elemen sistem sosial pembangunan bersifat mempermudah mobilisasi pembangunan kepada seluruh sistem lapisan masyarakat. Peran tokoh masyarakat dalam sosialisasi pembangunan bertfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan pembangunan. Menurut Erich 2007, peran kadertokoh masyarakat dalam pembangunan diartikan juga dengan elit masyarakat dimana, ia bertindak mewakili masyarakat atas mengatasnamakannya sebagai perwakilan masyarakat dari elit non- formal. Dalam penelitian ini, Pak Junaidi dikategorikan sebagai kader dari perwakilan masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia yang lebih dominan terlibat dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi gratis. Pekerjaan sehari-hari Pak Junaidi sebagai seorang tukang becak memiliki sedikit tambahan pemasukan sejak dirinya ikut membantu berjalannya program pembangunan sarana sanitasi gratis di Kelurahannya. Setidaknya, ia mendapatkan imbalan uang saku dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan dirinya. Seperti misalnya saat hari pertama saya melakukan penelitian di Belawan, kebetulan pada hari sabtu itu ada agenda kedatangan tamu dari pemerintahan Bangladesh bersama organisasi IUWASH-Medan berkunjung ke daerah Belawan untuk melihat aktivitas masyarakat yang ada disana dari sisi kehidupan sosial, lingkungan dan ekonomi. Sebelum para tamu-tamu tersebut datang, ia bertugas untuk mengkoordinasi tempat dan mengundang beberapa masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk hadir dalam pertemuan tersebut. Pada kesempatan program sosialisasi dan pembentukan kepengurusan pelayanan air bersih, Pak Junaidijuga diminta oleh tim pelaksana untuk membantu koordinasi dengan pihak Kelurahan , mengundang kepala lingkungan setempat dan mengundang beberapa masyarakat untuk hadir di acara tersebut. Begitu juga pada saat Pak Junaidi ikut membantu mendampingi para enumerator evaluasi pembangunan sarana sanitasi di Kelurahan Belawan Bahagia untuk menjumpai kerumah-rumah responden di setiap lingkungan. Dari setiap kegiatan-kegiatan tersebut, Pak Junaidi sering mendapatkan imbalan uang saku sebagai ucapan terimakasih karena sudah membantu pekerjaan fasilitator yang saat itu bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan. Hal tersebut wajar saja jika sebagai “biaya entertain” untuk Pak Junaidi karena sudah ikut membantu setiap kegiatan-kegiatan yang membtuhkan partisipasi masyarakat. Tetapi apakah iasebagai perwakilan dari masyarakat yang lebih dominan berpartisipasi, dapat dengan sukarela melakukan pendekatan dengan masyarakat untuk melibatkan diri pada proses pembangunan. Masyarakat setempat tidak mengenali karakter Pak Junaidi yang berjiwa relawan, ketika peneliti menanyakan tentang pribadi beliau mereka menjawabnya “biasa-biasa saja, tidak begitu dekat dengan tetangga”. Pak Junaidi pernah bercerita bahwa sebelumnya ia juga sempat dicalonkan sebagai kepala lingkungan oleh mantan kepling sebelumnya. Tetapi Pak Junaidi menolaknya karena ia mengetahui bahwa tetangga sekitarnya banyak yang tidak menyetujui dan tidak suka dengan karakter beliau. Semenjak tetangganya melihat ia aktif membantu kegiatan-kegiatan dari tim Universitas Sumatera Utara IUWASH Medan, ia bercerita bahwa tetangganya mulai menganggap dirinya sombong. Sebagai seorang kader masyarakat seharusnya dapat menempatkan dirinya sebagai relawan yang dekat dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan. Hal ini justru untuk menghindari miss communication terhadap persepsi masyarakat tentang apa yang dikerjakannya. Pak Junaidi kurang memiliki pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas sosial yang melibatkan partisipasi masyarakat. Beliau juga bukan orang yang terlalu berpengaruh di tempat tinggalnya. Berbeda dengan ketika saya di tebing tinggi meneliti mengenai pelaksanaan program sanitasi, tepatnya program UKM Bisnis Sanitasi di Kelurahan Bandar Utama. Pada waktu itu saya mewawancarai Pak Rahman dan Bu Rumaida sebagai sekertaris dan koordinator. Mereka memiliki kedekatan sosial yang baik dengan tetangganya, bahkan Bu Rumaida menggagas ide mengajak para ibu rumah tangga untuk membuat tanaman sawi, sementara pak rahman saat waktu senggang mengajak warganya gotong royong. Dan saat program berjalan, mereka mampu mempromosikan bisnis sanitasi person to person dan menarik perhatian masyarakat ikut terlibat langsung dalam bisnis sanitasi. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah kadertokoh masyarakat juga harus memiliki modal sosial untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Menurut Colemen, modal sosial sebagai sumber penting bagi para individu dan dapat sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertindak dan kualitas hidup yang mereka rasakan dalam Rsyahra, Universitas Sumatera Utara 2003 56 . Modal sosial tercipta ketika relasi antara orang-orang mengalami perubahan sesuai dengan cara-cara yang memudahkan tindakan. Modal sosial berwujud keterampilan dan pengetahuan yang ditunjukkan seseorang atau sekelompok orang. 57 Modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkontribusi besar terhadap keberlanjutan produktivitas Solow, dalam Rsyahra,2003. Perihal sosialisasi dan perencanaan pembangunan yang saya teliti dengan hasil wawancara di masyarakat, ketika ditanya tentang kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh kader masyarakat mereka cenderung menjawab kurang tahu. “saya gak pernah tau sosialisasi apa-apa, yang saya tahu Pak Junaidiikut ngurus bangun WC saja” kata pak sabar. Kekurangtahuan masyarakat pada rencana pembangunan yang diusulkan berdampak pada kekurangtahuan masyarakat tentang substansi pembangunan sarana sanitasi gratis di Kelurahan Belawan Bahagia. 56 Rsyahra,Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi. 2003 57 Ibid Universitas Sumatera Utara

BAB V Teknologi Tidak Tepat Guna