Kondisi Lingkungan Kelurahan Belawan Bahagia

BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian

2.1. Kondisi Lingkungan Kelurahan Belawan Bahagia

Belawan dikenal sebagai kota pelabuhan dimana aktivitas masyarakat lebih dominan pada sektor pelabuhan. Daerah pelabuhan Belawan merupakan daerah yang strategis untuk perdagangan dunia pelabuhan Belawan berada di Selat Malaka yang merupakan pusat perdagangan dunia sejak zaman penjajahan dulu. Mayoritas masyarakatnya mencari penghasilan di pelabuhan Belawan baik sebagai karyawan di usaha bongkar muat Belawan, sebagai nelayan, sebagai operator peralatan untuk jasa bongkar muat dan lain-lain. Jika dilihat dari letak geografis, Belawan memiliki potensi yang cukup besar untuk perkembangan ekonomi. Daerah Belawan dilewati oleh dua sungai besar yang bermuara ke Pelabuhan Belawan. Dua sungai tersebut adalah Sungai Deli dan Sungai Belawan. Dua sungai tersebut sempat membawa jaya Kota Belawan dengan pusat Kerajaan Delinya. Banyak keuntungan yang di dapat dari kawasan pesisir seperti Belawan. Para investor dan perusahaan industri memanfaatkan pelabuhan Belawan sebagai jalur perdagangan. Sementara itu, masyarakat kecil memanfaatkan kawasan pesisir Belawan dengan berbagai macam aktivitas. Masyarakat bisa memanfaatkan sungai sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas yang bergantung pada kebutuhan air. Universitas Sumatera Utara Masyarakat Kecamatan Medan Belawan merupakan masyarakat pesisir yang secara geografis memiliki tata letak dekat dengan laut. Bagi masyarakat pesisir di Belawan, laut adalah sumber kehidupan mereka dan masih sangat bergantung pada sumber daya alamnya. Namun sangat disayangkan jika melihat kondisi laut saat ini sudah tercemar akibat aktivitas manusia. Sampah rumah tangga, limbah pabrik, dan kotoran tinja dibuang ke laut tanpa ada rasa bertanggung jawab memelihara kesehatan lingkungan. Ketika melakukan penelitian di Kelurahan ini, saya merasa benar-benar seperti masyarakat pesisir yang harus terbiasa dengan kesulitan air. Biasanya saya bisa mencuci pakaian setiap hari dan tidak pernah kekurangan air dirumah sendiri. Berbanding terbalik saat saya tinggal di rumah Bu Asnah yang harus menghemat penggunaan air. Mencuci baju baru bisa dilakukan dua hari sekali dirumahnya. Debit air tidak tersedia setiap waktu, hanya lancar di jam tertentu. Sekitar pukul 10 malam sebelum tidur sudah wajib memastikan kondisi kran air dalam keadaan menyala. Biasanya air akan mulai mengalir sekitar jam 12 malam hingga jam 6 pagi. Pada siang hari sangat jarang tersedia air di bak, aliran air mulai macet bahkan penduduk sering mengalami krisis air selama berhari-hari. Sebelum kondisi pemukiman Belawan padat dipenuhi penduduk asli maupun pendatang, PDAM mampu mengalirkan air hingga ke daerah ini. Sekarang penduduk setempat mengandalkan sumur bor atau menampung air hujan untuk mendapatkan air bersih. Terkadang juga terpaksa menggunakan air sungai walaupun kondisinya kotor jika sama sekali tidak ada lagi sesuatu yang dapat diandalkan untuk mendapatkan air bersih. Universitas Sumatera Utara Pengalaman tidak menyenangkan pun mulai mengusik ketenangan saya saat memutuskan untuk menginap dirumah pak junaidi. Beliau sudah lama tinggal di Kelurahan Belawan Bahagia selama kurang lebih 40 tahun. Rumah panggung yang dibangunnya di jalan Selar dihuni oleh 6 anggota keluarga. Keadaan rumahnya pun cukup sempit. Rumah mereka sangat mudah dihinggapi oleh kuman atau binatang lainnya ketika banjir rob. Cukup menyebalkan bagi saya ketika harus terbiasa sesekali melihat tikus melintas di dalam rumah pak junaidi, sementara mereka sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut. Tak jarang sesekali tercium bau tidak sedap dari tumpukan sampah di lingkungan sekitar dan dari tempat mereka biasa membuang tinja. Tetapi itu adalah tantangan yang sangat wajar bagi saya jika harus live in di rumah warga dalam melakukan penelitian Lain hal lagi dengan para ibu rumah tangga yang lebih senang mencuci baju di sungai. Mereka merasa lebih semangat mengerjakannya kalau bersama-sama dengan tetangga lainnya sambil bercerita. “Tak enak kalau mengerjakan apa-apa kalau gak sambil cakap- cakap” begitulah kata Bu Marlina yang tinggal di palu. Orang-orang yang tinggal di palu memang lebih sering memanfaatkan ruang terbuka di kawasan pinggiran sungai untuk kegiatan apa saja apalagi sambil bisa melakukan interaksi langsung dengan tetangga lainnya. Terlihat bahwa sungai juga merupakan ruang interaksi bagi masyarakat pesisir Kelurahan Belawan Bahagia. Biasanya penduduk yang tinggal di palu membuat sedikit celah di bagian belakang rumah yang langsung menghadap ke sungai supaya lebih mudah mendapatkan air ketika sedang mencuci atau buang air besar BAB. Universitas Sumatera Utara Penduduk yang tinggal di palu sangat mengandalkan sungai sebagai sumber kehidupan karena hal itu merupakan salah satu cara bertahan mereka menghadapi keterbatasan air dan ketidaktersediaan lahan yang cukup luas untuk membangun fasilitas MCK. Pola perilaku tidak bersih yang dilakukan terus berulang-ulang terbentuk karena mereka sudah terbiasa tinggal di lingkungan kotor dan tidak ada larangan membuang limbah di sungai. Saya mengenal Pak Junaidi sebagai kader masyarakat yang dipercaya dalam mengontrol pembangunan sarana sanitasi gratis di Kelurahan Belawan Bahagia. Dalam pandangan saya, sebagai kader masyarakat seharusnya dapat memberikan contoh dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan. Namun hal berbeda yang saya lihat pada saat itu ialah Pak Junaidi dengan sengaja membuang sampah-sampah kotak makanan seusai acara agenda pertemuan dengan para stakeholder pelaksana pembangunan. Perilaku seperti itu tentu saja mencerminkan bahwa masyarakat belum terbiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungannya. Karena hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana sikap masyarakat dalam mengubah perilaku berhenti buang air besar sembarangan jika tidak dipicu dengan kebiasaan hal-hal kecil seperti menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya ternyata memiliki pengaruh terhadap pencemaran lingkungan. Semakin banyak masyarakat yang tinggal di pesisir, maka semakin tinggi pula tingkat pencemaran sungai sebagai akibat ulah manusia itu sendiri. Tentunya perilaku masyarakat tersebut berdampak pada pencemaran sungai, Universitas Sumatera Utara warna air sungai yang sebelumnya jernih kini berubah menjadi air keruh yang sangat kotor. Kondisi pencemaran sungai ini berpengaruh pula pada kualitas ikan yang menjadi sumber penghasilan para nelayan. Jumlah dan kualitasnya ikut menurun, ekosistem yang ada di sungai secara tidak langsung telah terkontaminasi akibat ulah manusia juga dan akhirnya perlahan berkurang. Dahulu penduduk setempat sering mengkonsumsi ikan teri nasi atau udang kecil dari laut sekedar untuk mengganjal perut jika tidak punya uang yang cukup untuk berbelanja ke pasar. Saat ini, air sungai tidak mungkin bisa dimanfaakan lagi seperti semula oleh masyarakat. Airnya tidak lagi bisa langsung diminum tanpa diolah, jumlah ikan berkurang, kutu busuk mulai bermunculan dari sungai, dan mereka tidak lagi bisa merasakan segarnya mandi air sungai. Persoalan lingkungan kumuh di wilayah pesisir sulit diatasi jika masyarakat tidak mengubah kebiasaannya. Tak jarang saya melihat ibu-ibu melakukan aktivitas mencuci baju atau mencuci piring disungai. Sisa makanan sehabis mencuci piring pun juga dibuang ke sungai, bukan ditempat seharusnya. Jika ditanya alasannya, mereka dengan nada ringan mengatakan “sudah biasa, toh nantinya sampah ini hanyut juga dibawa arus”. Dari pernyataan tersebut sudah sangat jelas bahwa masyarakat belawan memang kurang peduli dengan kebersihan lingkungan. Saya juga tidak melihat adanya tempat pembuangan sampah umum di sekitar dekat rumah penduduk, lantas mereka memilih cara yang lebih praktis membuang sampah ke sungai. Sekitar 1000-4000 KK tinggal di Kelurahan Belawan Bahagia tinggal berdesak-desakan dengan posisi rumah yang sangat rapat dan berdempet dimana kondisi bangunan rumah mereka semi permanen. Universitas Sumatera Utara Perkembangan permukiman mengalami pertambahan jumlah penduduk setiap tahun dengan berbagai faktor diantaranya kelahiran dan perpindahan penduduk ke pusat kota. Hal tersebut berdampak pada perubahan luas lahan pemukiman yang semakin banyak dipadati oleh masyarakat di pinggiran sungai. Pada umumnya penduduk yang bermukim di daerah seperti ini memiliki hubungan kekerabatan saudara kandung. Dalam satu rumah bisa saja dihuni oleh lebih dari satu-dua kepala keluarga. Seperti halnya dua anak perempuan Pak Hasan yang sudah berkeluarga masih menetap dirumah beliau. Mereka dengan terpaksa tinggal satu atap dengan Pak Hasan karena kondisi perekenomian yang tidak dapat membantu mereka mencari tempat tinggal di daerah lain. Pada akhirnya tiap penduduk akan memanfaatkan setiap jengkal lahan kosong yang ada dengan membangun bilik-bilik dari material seadanya atau menumpang di rumah keluarga sekandung. Posisi tata letak bangunan rumah penduduk di Kelurahan Belawan Bahagia mengikuti kondisi geografis yang lahannya semakin sempit ke arah pesisir. Ketika memasuki Kelurahan Belawan Bahagia, tampak di lingkungan bagian depan jalanan masih bersih dan tidak ada bau tidak sedap yang menguap dari sungai. Barisan bagian depan dipadati oleh bangunan rumah layak huni dengan kondisi bangunan rumah permanen pada umumnya. Menuju lingkungan selanjutnya sekitar 2 km dari gardu Kelurahan , semakin tercium aroma tak sedap dan mulai tampak rumah- rumah panggung berdiri diatas sungai. Kondisi lingkungan di setiap pinggir jalan dipenuhi sampah. Jika terjadi pasang, sampah-sampah tersebut terbawa ke Universitas Sumatera Utara daratan, dan saat air sudah mulai surut orang-orang hanya sebatas membersihkan bagian teras rumah saja. Sampah yang terlihat di halaman atau di sekitaran lorong rumah tetap dibiarkan berserakan sampai ada pemungut sampah yang sesekali akan memunguti sampah-sampah tersebut. Banyak pemuda dan anak-anak yang sering memanfaatkan air pasang untuk berenang di sungai. Mereka tidak peduli dengan warna air yang keruh, sampah-sampah yang tergenang atau kuman pembawa penyakit. Tetapi hal itu sama sekali tidak menyurutkan niat dan keberanian mereka mandi di air sungai tercemar, justru persepsi orang tua bahwa anak-anak mereka sudah dibiasakan berenang di sungai sejak umur 6 tahun agar tubuh mereka cukup kebaltahan banting. Begitulah kondisi lingkungan di Kelurahan Belawan Bahagia berdasarkan pengamatan saya selama melakukan penelitian ini di lapangan. Kondisi lingkungan yang kumuh dan kotor merupakan cerminan dari perilaku masyarakatnya yang tidak terbiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat baik dari ruang lingkup terkecil, yaitu keluarga. Faktor kedisiplinan sangat dituntut dalam hal mengubah perilaku hidup sehat agar mampu bertanggung jawab atas kebersihan lingkungannya. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1. Kondisi rumah di Kelurahan Belawan Gambar1.2. Kondisi Mck di rumah panggung Bahagia Gambar 1.3. Kondisi rumah panggung dan sampah di sekitar rumah Universitas Sumatera Utara

2.2. Kondisi Sosial Masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia