BAB III Gambaran Umum Program
3.1. Gambaran Umum Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM
Sejak tahun 2001 program sanitasi total berbasis masyarakat sudah mulai disosialisasikan kepada masyarakat Indonesia. Secara umum, program sanitasi
berbasis masyarakat bertujuan untuk meningkatkan akses jumlah warga miskin dapat terlayani pelayanan fasilitas air minum dan sanitasi serta meningkatkan nilai dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
42
Pemerintah telah berusaha melakukan kerjasama dengan lembaga pemberi hibah selain USAID dan lembaga kemasyarakatan lainnya
dengan harapan dapat terus membantu masyarakat mencegah dampak sanitasi buruk yang berpotensi menimbulkan penyakit seperti diare,dll. Namun sampai saat ini
masih banyak masyarakat yang membuang hajat sembarangan. Berbagai program telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi belum menunjukkan
perubahan maksimal pada perubahan sanitasi lingkungan di masyarakat.
Permasalahan lingkungan disebabkan oleh dua hal, yaitu prasarana yang ada memang tidak sesuai dengan standar kebutuhan penghuni dan adanya pendapat
masyarakat yang menilai bahwa prasarana yang ada di lingkungannya kurang dapat memenuhi kebutuhannya.
43
Pada dasarnya, sarana dan prasarana lingkungan seperti sistem air bersih dan sistem sanitasi adalah kebutuhan primer masyarakat Kelurahan
42
www.stbm-indonesia.org, diakses pada tangga 10 November 2015, pukul 17.00WIB
43
Indra Gunawan, Pe getahua asyarakat te ta g pe gelolaa sa itasi er asis asyarakat ,
Tesis Program Magister TeknikUniversitas Diponegoro, 2012hal.1
Universitas Sumatera Utara
Belawan Bahagia yang tidak memiliki pilihan lain membuang hajatnya langsung ke laut karena tiap rumah tangga tidak memiliki bidang resapan yang cukup baik, belum
lagi ketersediaan air yang terbatas memaksa mereka harus kembali lagi menggunakan WC cubluk walaupun WCseptictank sudah terpasang dirumah. Masyarakat juga
terpaksa harus menggunakan kembali air sungai yang telah tercemar. Masyarakat di Kelurahan Belawan Bahagia dikatakan miskin bukan hanya
dari segi ekonomi melainkan juga tidak memiliki daya untuk membangun desanya secara berkelompokorganisasi tanpa sumber program pemicuan dan dampingan dari
kontak luar untuk merangsang kesadaran kognitif, motivasi dan tindakan untuk mengubah perilaku hidup sehat stop buang air besar sembarangan. Ini menunjukkan
bahwa masyarakat mengalami perubahan kontak selektif dan terarah dimana sistem sosial bersifat terbuka terhadap pengaruhide yang datang dari luar atas dasar
kebutuhan yang dirasakannya sendiri.
44
Sanitasi total berbasis masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat terdiri dari 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air
minummakanan, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Program nasional STBM dikhususkan untuk skala rumah tangga,
sehingga program ini adalah program berbasis masyarakat dan tanpa memberikan
44
Hari Poerwanto. Kebudayaan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar ,2005 hal.170
Universitas Sumatera Utara
subsidi sama sekali bagi rumah tangga.
45
Pemberian bantuan pembangunan sarana sanitasi berupa pembangunan wc gratis bagi skala rumah tangga berpenghasilan
rendah untuk mendukung pilar sanitasi total berbasis masyarakat yaitu stop buang air besar menghabiskan biaya subsidi Rp.3000.000,-rumah. Tentunya dengan biaya
yang terbilang cukup besar tersebut, pembangunan sarana sanitasi gratis ini menghasilkan perubahan yang positif setelah pembangunan. Kegiatan gerakan cuci
tangan pakai sabun yang juga merupakan pilar progaram sanitasi total berbasis masyarakat merupakan suatu bentuk pendekatan pertama yang dilakukan oleh pihak
pembawa program provider untuk memicu masyarakat agar dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan seperti ini bertujuan untuk mengintervensi
sekaligus menyamakan persepsi antara pembawa program provider dan masyarakat bahwa perilaku hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan melakukan tindakan
yang sederhana seperti membiasakan diri mencuci tangan sebelumsesudah melakukan aktivitas sehari-hari.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM adalah suatu pendekatan untuk merubah prilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan Depkes RI, 2008.
46
STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi yang sedehana yang dapat merubah sikap lama, kewajiban sanitasi menjadi
tanggung jawab masyarakat. Dengan satu kepercayaan bahwa kondisi bersih, nyaman dan sehat adalah kebutuhan alami manusia.
45
Sumber:http:stbm-indonesia.org diakses 17 april 2015
Universitas Sumatera Utara
Proses fasilitasi STBM pada masyarakat pada prinsipnya adalah “pemicuan”
terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit dan rasa tanggung jawab yang berkaitan dengan kebiasaan BAB di sembarang tempat. Prinsip dari STBM adalah totalitas dan
masyarakat sebagai pemimpin. Totalitas yang dimaksud adalah seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan dan pemeliharaan. Ciri utama program sanitasi berbasis masyarakat ini adalah konsep pendekatan partisipatif masyarakat yang mengajak masyarakat untuk
menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan
kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat.
47
Apabila difasilitasi secara benar, STBM dapat memicu tindakan lokal yang dipimpin oleh masyarakat untuk secara tuntas menghentikan buang air besar di
tempat terbuka. Sekali tersulut, STBM akan memicu tindakan yang spontan dan komunitas akan mulai menggali lubang-lubang untuk pembuatan lubang pembuangan
jamban yang dibuat sendiri. Ketika masyarakat sudah mandiri dengan kemampuannya membangun jamban, maka seketika mereka akan bangga
menggunakannya dibandingkan komunitas masyarakat lainnya yang tidak menggunakan. Sanitasi total yang dipimpin oleh masyarakat STBMCommunity
Lead Total Sanitation melibatkan suatu proses untuk memberdayakan masyarakat setempat menghentikan buang air besar di tempat terbuka dan membangun serta
47
Universitas Sumatera Utara
menggunakan jamban. Bagi masyarakat penerima program menganggap bahwa membuang air besar di tempat terbuka adalah hal yang biasa. Kebiasaan perilaku
masyarakat yang dianggap tidak sehat tersebut merupakan suatu tantangan bagi pembawa program provider untuk mengubah perilaku masyarakat tersebut.
Antropologi kognitif dalam konsepsi Geertz disebut sebagai model for dan pattern for yaitu pola bagi tindakan. Pengetahuan digunakan untuk memahami dan
menginterpretasi pengalamannya, serta landasan untuk mendorong terwujudnya kelakuan. Dengan demikian menurut Spradley, kebudayaan merupakan serangkaian
aturan, petunjuk, dan strategi yang terdiri atas model kognitif yang digunakan oleh manusia sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
48
Manusia menerapkan aturan perilaku yang bisa dipengaruhi oleh faktor fisik, lingkungan, kebutuhan, dan
keinginan. Mewujudkan budaya perilaku hidup sehat bagi masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia dapat dilakukan dengan intervensi termasuk pengetahuan untuk
mengubah pemikiran sebelumnya yang tidak mementingkan kebutuhan sarana sanitasi. Kesulitan mengubah perilaku masyarakat ada pada tahap penyadaran
masyarakat bahwa perilaku buang air besar sembarangan seperti menggambarkan proses mencemari diri sendiri. Pencemaran air sungai akibat pembuangan tinja
langsung dipakai ulang oleh masyarakat untuk keperluan mandi atau lainnya. Rasa jijik seperti itulah yang coba ditransfer ke masyarakat bahwa mereka pada kondisi
yang tidak sehat.
49
48
Nur Syam. Madzhab-Madzhab Antropologi.Jakarta: LKIS,2007hal.52-53
49
Kesimpulan dari hasil wawancara dengan pihak pembawa program provider
Universitas Sumatera Utara
Menurut Spradley dalam Hari,2005 suatu kebudayaan yang merupakan serangkaian aturan, strategi, maupun petunjuk adalah perwujudan model-model
kognitif yang dipakai oleh manusia yang memilikinya guna menghadapi lingkungannya. Pengoptimalan MCK di Kelurahan Belawan Bahagia melalui
program Sanitasi Berbasis Masyarakat merupakan proses mengarahkan masyarakat pada perubahan perilaku kearah yang lebih baik untuk tidak membuang air besar
sembarangan, dengan upaya melakukan pendekatan secara kognitif kepada masyarakat sehingga menimbulkan reaksi rasa “jijik dan malu” agar masyarakat
paham pentingnya perbaikan sistem sanitasi dengan menggunakan MCK. Masyarakat sadar bahwa selama ini mereka hidup dengan cara perilaku tidak sehat, bahwa mereka
akan selamanya saling memakan kotorannya masing-masing apabila buang air besar di tempat terbuka masih berlangsung
.
Persepsi yang terbentuk pada masyarakat miskin saat ini adalah bahwa keterbatasan ekonomi dan tidak adanya ruang komunikasi aktif untuk menyalurkan
aspirasi membentuk mereka sebagai kelompok masyarakat yang tidak mampu melakukan perubahan. Maka para fasilitator harus bekerja lebih keras untuk
meyakinkan, menyemangati, serta membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa pemecahan masalah sanitasi yang buruk dapat diselesaikan oleh masyarakat itu
sendiri. Faktor yang menyebabkan kegagalan beberapa program sanitasi diantaranya adalah budaya masyarakat yang menganggap segala bentuk program pemberdayaan
merupakan “bantuan dana gratis” tanpa ada dana bergulir yang menjadi kewajiban mereka membayar perawatan septictank secara berkala. Serta faktor strategi
Universitas Sumatera Utara
pendekatan promosi seringkali kurang berhasil memotivasi mereka bahwa jamban sebagai kebutuhan yang sangat penting.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV Proses Sosialisasi Program Pembangunan Sarana Sanitasi Gratis