1.3 . Kepedulian PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masih Rendah.
Penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi atau berinteraksi dengan organisme. Artinya, kualitas
dari sumber komunikasi, misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya bicara, sabar dan ulet sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang Nico Frijda,
dalam Thoby 2007. Perlu pendampingan secara berulang-ulang untuk mengubah perilaku buruk masyarakat yang sudah menjadi suatu kebiasaan lama. Masyarakat
yang tidak berdaya secara naluri membutuhkan seorang fasilitator yang tidak hanya mentransfer pengetahuan. Tetapi, dalam hal ini seorang fasilitator harus bisa menjadi
sahabatteman cerita bagi masyarakat. Pendekatan komunikasi yang dibangun antara fasilitator dan masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program
pembangunan. Dengan begitu masyarakat akan lebih paham dengan siapa dia harus mempercayai sumber pengetahuan yang diperoleh.
Perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah apabila
stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang yang bersangkutan. Seseorang dapat bertindak berperilaku positif terhadap obyek demi
pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif.
Mental instan dan praktis memang sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging pada msyarakat Belawan. Perspektif kognitif menekankan pada pandangan
Universitas Sumatera Utara
bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan
mempersepsi lingkungannya. Masyarakat pesisir di Belawan mempersepsikan lingkungannya yang dekat sungailaut sebagai ruang bebas tempat mereka melakukan
aktivitas apa saja. Ibu-ibu bisa mencuci pakaian, kepala keluarga mendapat sumber penghasilan dari melaut, hingga mereka bisa dengan bebas membuang hajat di sungai
tanpa larangan dari siapapun. Aktivitas-aktivitas tersebut akan terus berlanjut selama pengalaman mereka belum pernah mengalami ancaman yang akan merugikan atas
perilaku tersebut. Pada hakikatnya membangun
suatu bangsa atau masyarakat tidak hanya menyangkut pembangunan yang berupa fisik melainkan juga yang bersifat non-fisik. Hal inilah yang harus mendapatkan
perhatian agar tercipta adanya keselarasan dan keseimbangan yang saling mendukung Koentjaraningrat, dalam Naniek 2005.Pembangunan nonfisik berhubungan dengan
kesiapan mental masyarakat menerima suatu teknologi baru yang sebelumunya tidak pernah dipakai oleh masyarakat. Peralihan dari WC cemplung ke jamban individual
septictank biofilter dengan tujuan mengubah perilaku masyarakat tidak lagi sembarangan membuang air besar di ruang terbuka tidak cukup dengan sosialisasi
dan penyuluhan pentingnya sanitasi lingkungan di permukiman kumuh. Saat saya mendapat kesempatan mengikuti forum FGD Video Sanitasi di Belawan yang diawali
dengan penjelasan latar belakang program sanitasi berbasis masyarakat oleh fasilitator, forum diselingi tanya jawab dengan audiens mengenai sanitasi dan
kebiasan perilaku hidup sehat. Salah satu ibu menjawab “Sanitasi itu usaha
Universitas Sumatera Utara
memperbaiki kebiasaan perilaku masyarakat menjaga lingkungan bersih” dan ketika ditanya apakah sudah membiasakan diri menerapkan kebiasaan perilaku bersih
mereka menjawab belum membiasakan diri membuang hajat di jamban ataupun menjawab dengan pernyataan kadang-kadang saja. Alasan mereka pun bermacam-
macam, ada yang tidak mau menggunakannya karena tidak ada air, WC sering mengeluarkan bau tidak sedap sehabis dipakai, dan yang lainnya menjawab belum
terbiasa. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa mentransfer pengetahuan tentang sanitasi saja tidak cukup untuk mengubah perilaku hidup bersih masyarakat.
Membiasakan perilaku hidup sehat berarti tidak sekedar urusan mengubah perilaku masyarakat yang terbiasa sembarangan terbiasa membuang air besar saja.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa kebiasaan buruk masyarakat di Kelurahan Belawan Bahagia seperti tidak membiasakan diri cuci tangan. Pandangan Knauft dalam Hari
Poerawanto, 2005 menjelaskan bahwa jika kita menggunakan pendekatan ekologi manusia, maka perilaku manusia itulah yang menjadi sasaran utama untuk dibenahi
semaksimal mungkin. Misalnya, saat pada hari sabtu siang saya diajak singgah ke rumah Pak
Norman sekedar untuk bersilaturahmi sekaligus makan siang bersama. Awalnya sedikit ragu untuk menyantap makanan itu karna pandangan saya tidak sengaja tertuju
dengan bilik kamar mandi yang terbuka. Sugesti dalam pikiran saya pada kemungkinan makanan yang tidak dimasak dengan sehat karena dapur belakang
berdekatan dengan sarana MCK. Kondisi kamar mandinya cukup kotor dan tidak beratap. Saya juga memperhatikan Pak Norman yang tidak membiasakan diri
Universitas Sumatera Utara
mencuci tangan sebelum makan. Dengan kondisi rumah yang sempit dan tidak banyak ruang didalamnya, kamar mandi mereka digunakan untuk tempat mencuci
piring, mencuci baju dimana pembuangan limbahnya langsung ke sungai. Air yang digunakan berasal dari sumur bor. Itu pun aliran airnya sering macet ke rumah
penduduk. Jika mereka tidak mendapatkan air bersih, dengan terpaksa harus menggunakan air sungai untuk kebutuhannya. Dari cerita Pak Junaidibahwa
masyarakat setempat tidak begitu antusias dengan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Sewaktu itu, pak kepling sempat
berinisiatif mengajak warga melakukan gotong royong setiap hari minggu. Tetapi tidak berjalan efektif karena masyarakat semakin tidak bersemangat mengikuti
agenda tersebut. “Awalnya bapak-bapak disini mau diajak gotong royong tapi lama kelamaan mereka jadi malas” katanya.
Menurut Sudayasa
2009, Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dialakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
41
Potret kehidupan sanitasi di Belawan merupakan salah satu contoh rendahnya kualitas kesehatan di lingkungan tersebut.
Pembangunan sarana sanitasi gratis adalah suatu upaya yang dilakukan untuk membantu masyarakat agar tidak mengulang perilaku BABS Buang Air Besar
Sembarangan. Stimulan kesadaran kepada masayarakat harus dibantu oleh fasilitator melalui proses pemicuan dan pengetahuan mengenai pentingnya melakukan aksi
41
Sudayasa, Pentingnya Menerpakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, 2009
Universitas Sumatera Utara
perubahan perilaku hidup bersih untuk menjaga kesehatan. Sehungga program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM dapat membawa pengaruh perubahan
perilaku bagi setiap anggota keluarga.
Gambar1.7 Seorang pemuda memanfaatkan air sungai untuk mandi saat pasang
Gambar 1.8 Seorang ibu memanfaatkan air sungai untuk mencuci piring. Air kotoran dan limbahnya dibuan kesungai
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN