. Bangunan WC Tidak Terpakai.

BAB V Teknologi Tidak Tepat Guna

5.1 . Bangunan WC Tidak Terpakai.

Pelaksanaan pembangunan prasarana sanitasi berbasis masyarakat merupakan hal yang baru bagi masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia. Pembangunan yang telah terlaksana sejak tahun 2014 ini diharapkan tidak hanya mengejar target proyek pembangunan saja tetapi dengan adanya pembangunan sarana sanitasi kali ini juga dapat mengubah kebiasaan buruk perilaku masyarakat membuang air besar sembarangan. Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang terbiasa untuk buang air besar sembarangan. Usaha yang dilakukan melalui program pembangunan sanitasi gratis pun hasilnya masih belum menunjukkan perubahan yang positif. Sarana MCK yang dibangun untuk rumah panggung bagi masyarakat di daerah pesisir tentunya memiliki perbedaan sistem septictank dan perangkat khusus dengan model-model WC yang digunakan pada umumnya. Septictank biofilter adalah sistem teknologi septictank yang secara teknis dirancang khusus dengan menggunakan tabung filter yang menyaring tinja sebelum terbuang ke sungai. Sistem penyaringan tinja pada tabung filter berfungsi untuk mengurangi pencemaran air sungai yang selama ini kondisi airnya sudah banyak tercemar dari limbah masyarakat dan akibat perilaku buang air besar sembarangan masyarakat setempat. Secara teknis, sistem septictank tersebut memiliki fungsi ekologis untuk mengurangi pencemaran Universitas Sumatera Utara air sungai. Tetapi apakah model WC tersebut sudah tepat dan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang tinggal di rumah panggung. Dibawah ini adalah gambar septictanck biofilter yang dibangun khusus untuk rumah panggung : Sumber: concept system sanitasi file presentation iuwash-medan Gambar diatas menunjukkan konsep sistem sanitasi rumah panggung di atas air. Teknologi ini dirancang oleh tim promosi dari program IUWASH Indonesia Urban Water Sanitation Hygiene yang diaplikasi untuk rumah panggung di Universitas Sumatera Utara Kelurahan Belawan Bahagia. Pada gambar tersebut terlihat penggunaan kayu sebagai penyangga septictank di atas air. Dari hasil wawancara peneliti dengan responden penerima manfaat pasca pembangunan, terdapat beberapa keluhan dari masyarakat yang masih merasa kurang nyaman menggunakan WC tersebut. Diantaranya, pak sopian yang mengeluh dengan bangunan WC yang sudah rusak karena penyangganya kurang kokoh. Akhirnya beliau memutuskan untuk menjual fiber ke tukang loak seharga Rp.20.000,-. Lebih mengagetkan lagi ketika saya melakukan pemantauan sarana sanitasi dirumah Bu Mariam ,WC yang dibangun sama sekali tidak terpakai dan kamar mandinya dijadikan sebagai tempat kandang ayam. Dari beberapa responden yang saya temui di lapangan banyak dari mereka mengalami keluhan yang sama dengan bangunan WC. Mereka mengeluh WC sering mengeluarkan bau tidak sedap setiap kali selesai digunakan. Seorang ibu bernama rodiah mengatakan “Sebetulnya kami terbantu dengan adanya WC ini, tapi gak sering-sering kali dipakai. Lebih sering pakai yang lama” Saat peneliti mendapat kesempatan untuk hadir pada agenda FGD Pretesting Video Sanitasi, sesekali ibu-ibu yang hadir pada forum waktu itu mengeluh tentang kondisi WC yang sudah selesai dibangun, mereka mengeluh WC suka tumpat dan terkadang air kotoran keluar dari tempat penampungan dan sangat repot harus membersihkannya lagi. Universitas Sumatera Utara Jika diamati dari segi teknis pembangunan, penyangga kayu yang menahan sistem septictank diatas air tidak cocok untuk digunakan. Material kayu lama- kelamaan akan mengalami pengikisan oleh air dan diragukan bisa bertahan lama menopang WC yang dibangun diatas air tersebut. Setelah beberapa hari menggunakan WC yang dibangun, mereka mengaku cukup terbantu tetapi di kemudian hari mereka beralih kembali ke WC cemplung. Sebenarnya sulit untuk membangun sarana sanitasi di pemukiman padat Kelurahan Belawan Bahagia, jika dilihat dari kondisi lingkungan yang setiap jengkal lahan kosong dimanfaatkan untuk membangun rumah panggung yang semakin padat dan berdempetan. Sehingga pekerjaan para tukang menjadi asal-asalan membangun WC untuk rumah panggung. Pak imul mengaku tidak lagi menggunakan sarana sanitasi dirumahnya, karena WCnya sering mampet dan sesekali muncul bau tidak sedap dari septictank tersebut. Parahnya lagi ia membongkar WC itu dan menjual fiber tangki septik seharga Rp.20.000,- daripada dibiarkan tidak terpakai. Ketidaksiapan mereka dengan teknologi septictank model baru terlihat pada realita di lapangan. Banyak dari mereka yang WC pribadinya telah terpasang tetapi tidak berniat untuk menggunakan, merawat serta memperbaiki tangki septic yang rusak. Ada dari mereka yang menjual fiber dari tukang loak, menjadikannya bak mandi, dan ada juga yang membuangnya. Mereka juga tidak memiliki uang yang cukup untuk memperbaiki material yang rusak. Keterbatasan dana mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Belum lagi mereka yang tidak begitu memperdulikan soal tarif biaya bulanan yang harus dibayar masyarakat di Universitas Sumatera Utara Belawan untuk layanan sedot tangki septic sebesar Rp 5.000 atau Rp 60.000 per tahun. Pandangan Steward dalam Poerwanto,2005 dalam konsep culture type tipe kebudayaan, yaitu yang didasarkan atas jenis teknologi tertentu dan mengaitkannya dengan sifat-sifat suatu lingkungan dan jenis teknologi yang dipergunakannya. Masyarakat di belawan tidak menggunakan bantuan sarana MCK gratis bukan karena mereka tidak paham cara menggunakan sarana tersebut melainkan karena teknologi septictank yang dibangun tidak bersifat sederhana dari cara perawatannya. Gambar 1.5. Contoh bangunan WC tidak terpakai Faktor kurangnya sosialisasi dari stakeholders tentang promosi banguan WC yang akan diterima oleh masyarakat merupakan perihal yang tidak terlepas dari dampak beralihnya masyarakat kembali ke WC cemplung karena faktor Universitas Sumatera Utara ketidaknyamanan mereka menggunakan WC yang baru dibangun. Masyarakat tidak diajak berdiskusi untuk menentukan keputusan model WC yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut Roger Shoemaker dalam Poerwanto, 2005 tentang benda discoveryinvention penemuan menjelaskan bahwa suatu teknologi untuk perubahan perilaku masyarakat belum dapat dikategorikan sebagai suatu penemuan jika tidak disesuaikan dengan kondisi budaya itu sendiri. Secara teknis, fungsi septictank biofilter positif untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Tetapi bagi masyarakat belawan yang berawatak pemalas dan berpenghasilan rendah sistem septictank biofilter yang dibangun tidak sesuai dengan mereka. Masyarakat tidak mau repot untuk merawat atau memperbaiki bangunan WC yang rusak. Belum lagi mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak sesuai dengan pendapatan mereka jika harus memperbaiki ulang material bangunan WC tersebut. Lantas, bangunan WC menjadi tidak terpakai. Universitas Sumatera Utara

BAB VI Non-Partisipatif