kan tetapi sama sekali tidak menguntungkan bagi masyarakat sebagai penerima manfaat yang tidak merasakan manfaat dari kebijakan pembangunan partisipatif.
1.5.4.2. Partisipasi dan Mobilisasi
Peran serta masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Tanpa peran serta masyarakat, khususnya dalam memanfaatkan hasil pembangunan, berarti
masyarakat tidak menerima peningkatan kesejahteraan, padahal pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Untuk itu, tanpa peran serta
masyarakat, maka setiap proyek pembangunan harus dinilai tidak berhasil Slamet M, dalam Warlan 2014
31
Partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada hak demokrasi.Hal tersebut selaras dengan konsep man-centered development yaitu jenis
pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan.
32
Manusia harus diutamakan pada semua tahap proyek pembangunan yang mempengaruhi mereka. Mengutamakan manusianya di dalam
campur tangan pembangunan berarti memenuhi kebutuhan bagi perubahan yang mereka rasakan.
33
Beberapa syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan yaitu, adanya kesempatan untuk membangun
kesempatan dalam pembangunan, kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, dan
31
Asep Warlan Yusuf, Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Kota yang Berkelanjutan dan Keadilan, 2014.hal 9
32
Gonyers dalam Indra Gunawan, 2013
33
Michael M.Cerrea.Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan Jakarta:UI Press.hal429
Universitas Sumatera Utara
adanya kemauan
untuk berpartisipasi.
34
Membangun kesempatan
dalam pembangunan yang dimaksud adalah bertujuan untuk melibatkan seluruh masyarakat
sebagai penerima manfaat pembangunan dalam mengambil keputusan sehingga proses pembangunan tidak sepenuhnya hanya dikendalikan oleh stakeholders.
Cleaver mengatakan bahwa partisipasi adalah sebuah instrumen atau alat untuk mencapai hasil dan dampak programkebijakan yang lebih baik, sedangkan
dalam argumen demokratisasi dan pemberdayaan, partisipasi adalah sebuah proses untuk meningkatkan kapasitas individu-individu, sehingga menghasilkan sebuah
perubahan yang positif bagi kehidupan mereka dalam Eko Prasojo,2002.
35
Dalam perspektif instrumental, hubungan antara masyarakat sebagai sasaran program dan
pengambil kebijakan atau lembaga pemberi bantuan relatif tidak terjadi. Dengan kata lain tidak ada interaksi antara kedua pihak, sehingga desain program dan kebijakan
pembangunan yang dibuat lebih banyak atau bahkan sepenuhnya berada di tangan para elite community leader.
36
Sementara masyarakat penerima manfaat hanyalah terlibat seputar implementasi program bahkan hanya sebagai tukang. Masyarakat
sasaran harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung, sehingga mereka tahu apa yang diputuskan dan manfaat yang akan diambil pada saat program
diimplementasikan dan selesai dijalankan Parfitt,dalam Erman 2010.
34
Ida Yustina. Membentuk Pola Perilaku Manusia pembangunanBogor:IPB Presshal.9
35
Eko Prasojo. People and Society Empowermen.Pers[ektif:Perspektif Membangun Partisipasi Publik, 2002.
36
Hetifah Sj Sumarto,Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hlm 20.
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat
penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan
mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak
negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Conyers,
dalam M.Noor 2013 Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebuah keniscayaan yang
tak terelakkan ketika sebuah proses pembangunan dilaksanakan. Masalah yang kemudian sering muncul adalah bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan
seringkali berwujud mobilisasi masyarakat. Katanya partisipasi masyarakat, nyatanya adalah mobilisasi masyarakat.
37
Menurut Kimbal Young dan Raymond W.Mack mobilisasi adalah suatu proses dalam struktur sosial yakni pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam
37
Sya sudi RS, Agus Ah ad Safe’i, Wardi Ba htiar, Sosiologi Pembangunan Gerbang Masyarakat baru Jakarta:UI Press, 2002, hlm 81
Universitas Sumatera Utara
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
38
Mobilisasi sosial dalam konteks nasional dan regional merupakan proses membangkitkan keinginan
masyarakat, secara aktif meneguhkan konsensus dan komitmen sosial diantara stakeholders pembuat kebijakan yang memungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan secara kolektif.
39
Sebagai sebuah proyek, tentu mempunyai batas waktu. Seiring dengan berakhirnya masa berbagai proyek maka berakhir pula kegiatan
lainnya yang mengatasnamakan pembangunan untuk masyarakat. Dalam waktu singkat, berbagai proyek yang ada terbengkalai. Masyarkat yang tak dilibatkan dalam
proses, meski proyek tersebut ”ditujukan” untuk mereka, namun akibat tak ada rasa memiliki, rakyat pun tak peduli. Adanya partisipasi masyarakat adalah sesuatu yang
tidak bisa ditolak, setidaknya karena sejumlah alaan berikut : pertama, berusaha mengawinkan model pembangunan yang bersifat top-down dengan bottom up.
Kedua, memberikan dorongan kepada rakyat agar mereka memiliki rasa memiliki dan bertanggung jawab sense of responsibility atau melu bandarbeni dalam terminologi
Jawa terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan yang sedang dijalankan.
40
1.6 Metode Penelitian