berpengaruh terhadap waste. Data yang dihitung korelasinya adalah data aktual penerapan lima elemen primer lean di perusahaan. Setelah itu, pendefinisian proses
dilanjutkan dengan mengolah data tingkat implementasi lean manufacturing di perusahaan. Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat implementasi lean adalah
data yang diperoleh dari tabulasi kuesioner.
5.1.1.1 Penerapan Lima Elemen Primer Lean
Lima elemen primer lean yang diamati adalah manufacturing flow, organisasi, logistik, metrics dan proses kontrol. Pengumpulan data penerapan lima elemen primer
ini dilakukan pada proses produksi Baygon jenis 2 DC Pasang Coil yang dikerjakan pada line 6 dan line 7 selama 6 hari proses produksi. Pengamatan difokuskan pada
produk Baygon jenis 2 DC, karena menurut hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan produk jenis ini merupakan produk yang sering mengalami kendala dalam
proses produksinya. Pengamatan dilakukan pada proses produksi shift .
1. Aliran produk pada line 6 dan line 7 dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1
di bawah ini menunjukkan pada saat proses produksi Baygon jenis 2 DC. Operator helper bertugas sebagai orang yang mengerjakan produk di bagiannya masing-masing.
Setiap operator memiliki tanggung jawab terhadap jalannya proses produksi dua line sekaligus. Jadi, pada lline 6 dan line 7 ada dua orang operator, yaitu operator untuk
bagian belakang bagian stamping dan operator untuk bagian depan wrapping dan packing. Line leader adalah orang yang bertanggung jawab terhadap hasil produksi
dan jalannya proses produksi mulai dari bagian stamping sampai dengan bagian packing.
Universitas Sumatera Utara
Line 6
Line 7
Keterangan: : Operator Helper
= Line Leader : Operator
= Alur Proses
Gambar 5.1. Aliran Produk pada Proses Produksi
Target jumlah produksi Baygon jenis 2 DC selama 8 jam kerja adalah sebanyak 87360 pasang coil. Target ini dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Jam kerja dalam satu shift = 8 x 60 menit
= 480 menit Kecepatan speed mesin stamping = 182 pasang coil menit
Jadi, jumlah coil yang dihasilkan = 480 menit x 182 pasang coilmenit
= 87.360 pasang coil
Stamping Drying
Wrapping Packing
Formulasi dan
Mixing
Stamping Drying
Wrapping Packing
Universitas Sumatera Utara
Penerapan elemen primer manufacturing flow yang baik pada lini produksi akan berdampak pada kelancaran proses produksi, sehingga tidak akan terjadi penumpukan
produk sementara berupa work in process di lantai produksi. Pada proses produksi Baygon di perusahaan terjadi penumpukan produk sementara. Penumpukan produk
sementara terjadi pada bagian wrapping, dimana coil ditumpuk untuk sementara sebelum dilakukan proses packing. Jumlah penumpukan produk sementara yang terjadi
di lini produksi dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Jumlah Penumpukan Produk Sementara Hari
WIP di Lini 6 pasang coil
WIP di Lini 7 pasang coil
1 7.210
8.116 2
7.778 8.123
3 7.668
8.324 4
8.280 8.994
5 8.445
8.221 6
8.578 9.878
Total 47.959
51.656
Rata-rata 7.993
8.609
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Penerapan Elemen primer organisasi yang baik akan berdampak pada ketersediaan tenaga kerja di lini produksi memadai, sehingga mengakibatkan jumlah
jam kerja produktif karyawan juga tinggi. Pada proses produksi Baygon di perusahaan terjadi kehilangan jam kerja yang disebabkan oleh lamanya waktu istirahat operator
dan penyesuaian tempat kerja pada saat change over time untuk pergantian shift juga lama. Lama waktu kehilangan jam kerja operator dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Data Kehilangan Jam Kerja Operator Hari
Kehilangan Jam Kerja Operator di Lini 6 menit
Kehilangan Jam Kerja Operator di Lini 7 menit
1 61
75 2
63 75
3 60
75 4
118 78
5 116
65 6
106 60
Total
524 428
Rata-rata
87 71
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Kehilangan waktu kerja operator akan berdampak pada kinerja produksi yang dapat dikonversi dengan jumlah kehilangan coil yang seharusnya dapat dihasilkan.
Dalam keadaan normal jumlah coil yang dihasilkan selama 1 jam kerja adalah sebanyak 12.920 pasang coil. Jumlah kehilangan hasil produksi coil dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Data Kehilangan Jam Kerja Operator yang Dikonversi dengan Jumlah Coil
Hari Lini 6 pasang coil
Lini 7 pasang coil
1 13.650
13.650 2
13.650 13.650
3 13.650
13.650 4
14.196 14.196
5 11.830
11.830 6
10.920 10.920
Total 95.368
77.896
Rata-rata
15.895 12.983
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Penerapan elemen primer logistik yang baik akan berdampak pada terpenuhinya permintaan pelanggan dengan tepat waktu pada jumlah yang tepat pula. Perencanaan
logistik tidak hanya berkaitan dengan penjadwalan produksi produk, tetapi juga berkaitan dengan penjadwalan proses maintenance mesin dan peralatan. Pada proses
Universitas Sumatera Utara
produksi Baygon di perusahaan terjadi keterlambatan disebabkan oleh tidak adanya coil yang produksi dan terjadi kerusakan mesin. Lama kehilangan jam kerja operator yang
disebabkan oleh tidak ada coil yang diproduksi dan kerusakan mesin dapat dilihat pada
Tabel 5.4. Tabel 5.4. Data Keterlambatan Proses Produksi
Hari Lini 6 menit
Lini 7 menit
1 15
50 2
32 11
3 45
50 4
45 100
5 46
60 6
38 78
Total 221
349
Rata-rata
37 58
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Keterlambatan proses produksi akan berdampak pada kinerja produksi yang dapat dikonversi dengan jumlah kehilangan coil yang seharusnya dapat dihasilkan.
Dalam keadaan normal jumlah coil yang dihasilkan selama 1 jam kerja adalah sebanyak 12.920 pasang coil. Jumlah kehilangan hasil produksi coil dapat dilihat pada
Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Data Keterlambatan Proses Produksi yang Dikonversi dengan Jumlah Coil
Hari Lini 6 pasang coil
Lini 7 pasang coil
1 2.730
9.100 2
5.824 2.002
3 8.190
9.100 4
8.190 18.200
5 8.372
10.920
Tabel 5.5. Data Keterlambatan Proses Produksi yang Dikonversi dengan Jumlah Coil Lanjutan
Hari Lini 6 pasang coil
Lini 7 pasang coil
Universitas Sumatera Utara
6 6.916
14.196
Total
40.222 63.518
Rata-rata 6.704
10.586
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Penerapan elemen primer metrics yang baik akan berdampak terjadinya peningkatan kinerja karyawan yang disebabkan oleh membaiknya budaya atau sikap
kerja. Hasil dari penerapan elemen primer metrics adalah tercapainya target rencana produksi. Pada proses produksi Baygon di perusahaan jumlah produksi coil yang
dihasilkan tidak mencapai target. Jumlah target produksi coil selama 8 jam proses produksi adalah 87.360 pasang coil, sedangankan hasil produksi aktualnya tidak sampai
87.360 pasang coil. Jumlah produksi coil dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Data Hasil Produksi Coil
Hari Lini 6 pasang coil
Lini 7 pasang coil
1 80.640
74.880 2
74.880 80.640
3 72.096
71.040 4
80.640 70.080
5 64.032
65.664 6
74.880 59.904
Total
447.168 422.208
Rata-rata 74.528
70.368
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Data kekurangan target produksi dapat diperoleh dengan mengurangkan target produksi yang berjumlah 87.360 pasang coil dengan hasil coil yang diperoleh. Jumlah
kekurangan target produksi dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Data Kekurangan Target Produksi Hari
Lini 6 pasang coil Lini 7 pasang coil
1 6.720
12.480 2
12.480 6.720
3 15.264
16.320 4
6.720 17.280
5 23.328
21.696 6
12.480 27.456
Total 76.992
101.952
Rata-rata 12.832
16.992
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Penerapan elemen primer proses kontrol yang baik akan berdampak pada proses produksi produk tanpa cacat, sehingga hasil produksi yang diperoleh sesuai dengan
kualitas yang diinginkan pelanggan. Pada proses produksi Baygon di perusahaan terjadi kecacatan produk berupa coil kering yang sudah melalui proses pemanggangan dengan
oven pada bagian drying. Jumlah produk cacat pada proses produksi coil dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Data Jumlah Coil Cacat Hari
Lini 6 pasang coil Lini 7 pasang coil
1 698
744 2
814 767
3 303
930 4
930 814
5 2.211
465 6
1.313 1.254
Total 6.270
4.975
Rata-rata 1.045
829
Sumber: PT. SC Johnson Manufacturing Medan
Perhitungan korelasi linier sederhana dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen
pada penelitian ini adalah data penerapan lima elemen primer lean dan variabel
Universitas Sumatera Utara
dependennya adalah total waste yang terjadi di perusahaan. Jadi, pada penelitian ini terdapat lima variabel dependen, yaitu:
1. X1
.. =
. data jumlah penumpukan produk sementara penerapan elemen lean
…….. manufacturing flow yang tidak baik.
2. X2 =
. data kehilangan jumlah coil yang seharusnya dapat dihasilkan akibat
……... kehilangan jam kerja operator penerapan elemen lean organisasi yang
……... tidak baik.
3. X3 =
. data kehilangan jumlah coil yang seharusnya dapat dihasilkan akibat
……... keterlambatan proses produksi penerapan elemen lean logistik yang
……... tidak baik.
4. X4 = data kekurangan target produksi yang disebabkan oleh sikap kerja yang
……... tidak baik penerapan elemen lean metrics yang tidak baik.
5. X5 = data jumlah produk cacat penerapan elemen lean proses kontrol yang
……… tidak baik.
Kelima variabel independen di atas merupakan waste yang terjadi di perusahaan. Variabel dependen Y pada penelitian ini adalah total waste yang terjadi
di perusahaan. Data variabel dependen dan independen yang akan diolah korelasi linier sederhanya pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Data Variabel Dependen dan Variable Independen X1
Manufacturing Flow
X2 Organisasi
X3 Logistik
X4 Metrics
X5 Proses
Kontrol Y
Waste
7.210 11.102
2.730 6.720
698 28.460
7.778 11.466
5.824 12.480
814 38.362
7.668 10.920
8.190 15.264
303 42.345
8.280 21.476
8.190 6.720
930 45.596
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Data Variabel Dependen dan Variable Independen Lanjutan X1
Manufacturing Flow
X2 Organisasi
X3 Logistik
X4 Metrics
X5 Proses
Kontrol Y
Waste
8.445 21.112
8.372 23.328
2.211 63.468
8.578 19.292
6.916 12.480
1.313 48.579
8.116 13.650
9.100 12.480
744 44.090
8.123 13.650
2.002 6.720
767 31.262
8.324 13.650
9.100 16.320
930 48.324
8.994 14.196
18.200 17.280
814 59.484
8.221 11.830
10.920 21.696
465 53.132
9.878 10.920
14.196 27.456
1.254 63.704
Sumber: Pengumpulan Data
Perhitungan korelasi linier sederhana pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula berikut:
] ][
[
2 2
2 2
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
− =
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
Berikut adalah contoh perhitungan korelasi variabel yang pertama:
2 2
566807 3
2821793711 12
][ 99615
831931439 12
[ 566807
99615 4773612230
12 −
− −
= r
r = 0,80
Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Korelasi Linier Sederhana
Variabel X
n Σx
Σy Σx
2
Σy
2
Σxy r
1 12
99.615 566.807 831.931.439
28.217.937.113 4.773.612.230
0,80 2
12 173.264 566.807 2.672.775.560 28.217.937.113 8.331.403.867
0,30 3
12 103.740 566.807 1.115.086.336 28.217.937.113 5.359.395.534
0,82 4
12 178.944 566.807 3.169.400.832 28.217.937.113 9.188.294.340
0,86 5
12 11.244 566.807
13.178.509 28.217.937.113 5.652.311.41.4
0,55
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil perhitungan koefisien korelasi yang ada pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa semua koefisien korelasi penerapan lean memiliki harga yang positif, artinya
……………………………
1
Universitas Sumatera Utara
semakin tidak baik penerapan elemen lean, maka akan mengakibatkan semakin banyak dan beragam waste yang terjadi pada saat proses produksi.
5.1.1.2 Tingkat Implementasi Lean Manufacturing