Model Peningkatan Proses LANDASAN TEORI

Lean menuntut adanya implementasi dari panduan produksi yang rinci, disebut sebagai standardisasi kerja. Hal ini mengeliminasi variasi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. 3. Continuous flow Lean bertujuan mengimplementasikan aliran produksi kontinu, bebas dari bottlenecks, interruption, atau waiting. Bila hal ini berhasil diimplementasikan maka waktu siklus produksi dapat dikurangi hingga 90. 4. Pull production Disebut juga just in time JIT yang bertujuan menghasilkan produk yang dibutuhkan pada waktu yang dibutuhkan. 5. Quality at the source Lean bertujuan mengeliminasi sumber kecacatan dan pemeriksaan kualitas dilakukan pekerja pada lini proses produksi. 6. Continuous improvement Lean ditujukan mencapai kesempurnaan dengan perbaikan bertahap untuk mengeliminasi pemborosan secara terus menerus.

3.3 Model Peningkatan Proses

Model peningkatan atau perbaikan proses merupakan salah satu model yang digunakan sebagai alat problem solving yang berkaitan dengan proses penerapan lean di perusahaan. Penilaian terhadap penerapan lean manufacturing di perusahaan dianalisis dan dievaluasi dengan model peningkatan proses. Hal ini dilakukan untuk mengetahui masalah yang kemudian dicari akar penyebab masalahnya dan selanjutnya Universitas Sumatera Utara dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Solusi penyelesaian masalah merupakan suatu perbaikan terhadap sistem semula. Umumnya model peningkatan proses terdiri dari dari enam langkah Gaspersz, 2012: 1. Langkah 1: mendefinisikan masalah dalam konteks proses. Pendefinisian masalah dalam konteks proses dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi pada saat implementasi lean manufacturing. Identifikasi masalah dalam konteks proses dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung penerapan lean dan juga melakukan survei. 2. Langkah 2: Identifikasi dan dokumentasi Proses Diagram alir flowchart merupakan alat yang umum digunakan untuk mendeskripsikan proses. Pembuatan diagram alir didahului dengan membuat diagram SIPOC Suppliers-Input-Processes-Output-Custumers. Pembuatan diagram alir dari proses akan memungkinkan untuk melakukan empat aktivitas perbaikan, yaitu: 1. Mengidentifikasi peserta participants dalam proses berdasarkan nama, posisi atau organiasasi. 2. Memberikan kepada semua peserta dalam suatu pemahaman umum tentang semua langkah dalam proses dan peranan individual mereka. 3. Mengidentifikasi inefisiensi, variasi, pemborosan, langkah-langkah redundant berlebihan atau tidak perlu dalam proses. 4. Menawarkan suatu kerangka kerja untuk mendefinisikan pengukuran proses. Universitas Sumatera Utara 5. Proses yang telah dilakukan harus didokumentasikan secara baik agar dapat dipergunakan sebagai informasi yang berguna dalam proses perbaikan terus- menerus. 3. Langkah 3: Mengukur Kinerja Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat mengkuantifikasikan bagaimana baik atau jelek suatu sistem sedang berjalan atau beroperasi. Pada dasarnya pengukuran kinerja dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: proses, output dan outcome. 4. Langkah 4: Memahami mengapa suatu masalah dalam konteks proses terjadi. Kunci perbaikan proses pertama kali adalah mengidentifikasi area utama masalah utama dan memfokuskan perhatian pada masalah utama itu. Untuk mengetahui masalah maka harus diketahui gejala yang timbul oleh masalah symptoms, kemudian penyebab causes dan setelah itu dianalisa akar penyebab root causes. 5. Langkah 5: Mengembangkan dan menguji ide-ide Perbaikan proses dilakukan untuk mengetahui manfaat ide yang diberikan terhadap solusi yang diberikan untuk menyelesaikan masalah. 6. Langkah 6: Implementasi solusi dan evaluasi Perbaikan terhadap pengujian ide dilakukan dengan implementasi solusi terhadap ide dan dilakukan umpan balik sebagai evaluasi. Bagan langkah problem solving yang dilakukan pada model peningkatan proses dapat dilihat pada Gambar 3.1. Universitas Sumatera Utara Sumber: Buku All-In-One Mangement Tool Book. Gaspersz, 2012 …… Gambar 3.1. Model Peningkatan Proses 3.4 Lean Assessment Lean assessment adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kondisi implementasi lean pada suatu perusahaan. Penilaian dilakukan terhadap kinerja lean secara menyeluruh dengan mengamati penerapan lean dan juga melakukan survei menggunakan kuesioner yang diberikan kepada karyawan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mendefinisikan masalah proses yang terjadi pada saat penerapan lean. Terdapat 5 elemen utama yang dinilai dalam melakukan lean assessment untuk diketahui penerapannya di perusahaan, yaitu Feld, 2000: 1. Manufacturing flow Langkah 1: Pendefinisian masalah dalam konteks proses Langkah 2: Identifikasi dan dokumentasi proses Langkah 3: Mengukur kinerja Langkah 4: Memahami akar masalah Langkah 5: Pengembangan ide-ide Langkah 6: Implementasi solusi dan evaluasi Universitas Sumatera Utara Manufacturing flow merupakan komponen lean yang fokus kepada proses produksi produk. Manufacturing flow yang tidak seimbang akan mengakibatkan penyimpanan produkmaterial sementara berupa Work in Process WIP di lantai produksi. 2. Organisasi Organisasi merupakan komponen lean yang fokus pada sikap kerja orang-orang yang bekerja pada perusahaan. Orang yang menjalankan organisasi yang tidak baik akan mengakibatkan kehilangan jam kerja karyawan tinggi. 3. Logistik Logistik merupakan komponen lean yang fokus kepada fungsi operasional perusahaan. Logistik rencana produksi yang tidak berjalan akan mengakibatkan keterlambatan dalam proses produksi. 4. Metrics Metrics merupakan komponen lean yang fokus kepada kinerja. Metrics ukuran pencapaian target produksi yang rendah akan mengakibatkan kehilangan waktu karena tidak memenuhi standar dalam menghasilkan output rendah. 5. Proses kontrol Proses kontrol merupakan komponen lean yang fokus stabilitas proses, perubahan yang melembaga dan perbaikan berkelanjutan yang terarah. Proses kontrol yang tidak ketat akan mengakibatkan scrap produkmaterial tinggi. ………………………………………………………………………………… Kuesioner yang digunakan untuk melakukan assessment terhadap implementasi lean di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Kuesioner Lean Manufacturing Self Assessment No. 1. Manufacturing Flow 4 3 2 1 0 1. Apakah material mengalir satu arah diseluruh lini produksi? 2. Apakah proses produksi dirancang agar operator tidak mengulangi kegiatan yang sama? 3. Apakah area produksi disusun sejajar hingga proses produk akhir? 4. Apakah stasiun kerja dirancang untuk memenuhi permintaan pelanggan setiap hari? 5. Apakah pada saat proses produksi tidak terjadi penyimpanan produk sementara work in process? 2. Organization 1. Apakah line leader bertanggung jawab atas hasil produk akhir? 2. Apakah pada saat proses produksi rekan kerja dalam satu tim saling ketergantungan dan bekerja sama? 3. Apakah seluruh rekan kerja dalam satu tim mengetahui aturantanggung jawab masing-masing? 4. Apakah operator mengetahui seluruh langkah proses produsksi? 5. Apakah tersedia sumber daya pendukung di lantai produksi? 3. Logistics 1. Apakah area produksi dibangun untuk memenuhi permintaan pelanggan? 2. Apakah rencana proses produksi berjalan dari stasiun kerja akhir ke stasiun kerja paling awal? 3. Apakah lantai produksi dibangun untuk menghasilkan produk sesuai dengan jadwal harian? Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Kuesioner Lean Manufacturing Self Assessment No. 4 3 2 1 0 4. Apakah material dipesan dengan menggunakan sistem A, B, C material bernilai tinggi, sedang, rendah? 5. Apakah aturan yang ada di lantai produksi di dokumentasikan dan dimengerti? 4. Metrics 1. Apakah ukuran kinerja diketahui dan dapat dilihat di lantai produksi? 2. Apakah 100 jadwal produksi dilakukan tepat waktu? 3. Apakah lead time proses produksi kurang dari 1 hari? 4. Apakah proses produksi mempunyai target terhadap perbaikan kinerja secara berkelanjutan? 5. Apakah operator melaporkan data kinerja yang diperoleh? 5. Process Control 1. Apakah change over time pada sumber terjadinya bootleneck kurang dari 10 menit? 2. Apakah perusahaan mempunyai format program perbaikan yang berkelanjutan? 3. Apakah waktu untuk menanggapi kecacatan yang terjadi pada proses produksi kurang dari 10 menit? 4. Apakah operator memiliki kewenangan untuk menghentikan proses produksi ketika kecacatan produk ditemukan? 5. Apakah seluruh peralatan dan bahan untuk proses produksi mempunyai tempat yang tetap sehingga menimbulkan kenyamanan, bersih, teratur dan mudah untuk dipergunakan di lantai produksi? Sumber: Buku Lean Manufacturing: Tools, techniques and how to use them. Feld, 2000 Proses penilaian pada saat dilakukan assessment menggunakan 5 skala rating, yaitu: 1. Skala 0, untuk elemen yang tidak pernah diterapkan, dengan tingkat implementasi 0 tidak pernah dilakukan Universitas Sumatera Utara 2. Skala 1, untuk elemen yang hanya diterapkan di beberapa area, dengan tingkat implementasi 25 mulai dilakukan 3. Skala 2, untuk elemen yang banyak diterapkan, dengan tingkat implementasi 50 sudah dilakukan 4. Skala 3, untuk elemen yang sering diterapkan, dengan tingkat implementasi 75 aturan baku perusahaan 5. Skala 4, untuk elemen yang selalau diterapkan, dengan tingkat implementasi 100 sudah menjadi budaya dan melembaga Setelah dilakukan proses assessment, maka diketahui tingkat implementasi lean manufacturing dengan pembagian level sebagai berikut: 1. Skor 81-100 kinerja yang luar biasa 2. Skor 61-80 kinerja yang sudah benar 3. Skor 41-60 kinerja yang sudah paham dalam implementasi lean, tetapi masih butuh bimbingan 4. 21-40 kinerja yang membutuhkan bantuan signifikan dalam implementasi lean 5. 0-20 kinerja yang membutuhkan perombakan

3.5 Diagram Alir Flowcharts