TUJUAN STRUKSIONAL KHUSUS TM PENDAHULUAN Rumus Dan Kriteria Hidrolis Saluran.

96

BAB VI SALURAN IRIGASI DAN SALURAN PEMBUANG

A. TUJUAN STRUKSIONAL KHUSUS TM

Adapun yang menjadi tujuan instruksional khusus dalam bab ini adalah bahwa setelah mengikuti kuliah, mahasiswa akan dapat : 1. Menjelaskan data – data yang dibutuhkan dalam perencanaan saluran irigasi maupun pembuang. 2. Menjelaskan fungsi dan cara – cara merencanakan saluran irigasi dan saluran pembuang. 3. Mengetahui dan menjelaskan jenis – jenis saluran irigasi dan pembuang. 4. Menghitung besarnya kapasitas tampung saluran irigasi dan pembuang. 5. Menjelaskan dan menghitung besarnya kecepatan saluran irigasi dan saluran pembuang. 6. Menjelaskan setiap bagian potongan saluran beserta dengan fumgsi - fungsinya. 7. Merencanakan saluran irigasi dari bangunan utama sampai ke petak – petak sawah.. Dalam bab ini mahasiswa diharapkan mengikuti materi kuliah dengan memiliki literatur pokok yaitu Bahan Ajar Irigasi I, Kriteria Perencanaan Irigasi KP, Petunjuk Perencanaan Irigasi serta literatur lain yang berkaitan dengan materi – materi yang dibahas dalam perkuliahan ini serta dalam perkuliahan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta pembahasan soal - soal.

B. PENDAHULUAN

Perencanaan peta dipetak irigasi harus terlebih dahulu direncanakan trase saluran irigasi yang harus membawa air dari bangunan pengambilan ke petak – petak sawah, tetapi belum ditentukan ukuran – ukuran saluran – saluran tersebut. Untuk menetapkan ukuran – ukuran tersebut harus diketahui terlebih dahulu jenis tanaman yang akan diberikan air telah dibahas Bab II, tingkat effisiensi irigasi yang dapat dicapai, kemiringan medan, serta jenis – jenis bahan yang dipakai dalam saluran tersebut. Perencanaan saluran irigasi terdiri dari kegiatan - kegiatan seperti penentuan trase saluran, penentuan kapasitas debit rencana, Penentuan muka air rencana, penentuan dimensi saluran dan tanggul. 97

C. MATERI 6.1. Data Perencanaan Saluran Irigasi.

a. Data Topografi.

Peta topografi dengan garis - garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi dengan skala 1 : 25.0000. • Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2.000 dengan garis - garis ketinggian pada interval 0.50 m untuk daerah datar dan 1,0 untuk daerah berbukit. • Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 200 atau 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil, bilamana diperlukan. Potongan melintang pada skala horizontal dan vertical 1 : 200 atau 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan. • Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 atau 1 : 100 untuk saluran - saluran berkapasitas kecil dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan. • Peta lokasi titik tetap benchmark.

b. Kapasitas Rencana Saluran.

Kapasitas saluran - saluran irigasi ditentukan menurut banyaknya kebutuhan air untuk tanaman padi, karena tanaman padi memerlukan lebih banyak air dibandingkan dengan tanaman - tanaman lainnya. Debit rencana saluran dihitung dengan rumus sebagai berikut : C . NFR. A Q = Eff Dimana : Q = Debit Banjir rencana Ltrdtk c = Koefisien Pengurangan Karena adanya sistem golongan NFR = Kebutuhan bersih netto air di sawah, m. Ltrdtk A = Luas Daerah Yang Diairi. ha Eff = Effisiensi irigasi secara keseluruhan. 98 Jika air yang dialirkan oleh jaringan saluran juga untuk keperluan selain irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu dengan memperhitungkan effisiensi pengaliran. Kebutuhan Air Disawah untuk padi ditentukan oleh faktor - faktor sebagai berikut : 1. Cara penyiapan lahan. 2. Kebutuhan airuntuk tanaman. 3. Perkolasi dan rembesan. 4. Pergantian lapisan air. 5. Curah hujan effektif. Kebutuhan total air di sawah GFR mencakup factor 1 sampai dengan 4. Kebutuhan air bersih netto di sawah NFR juga memperhitungakan curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman dan bergantung kepada cara pengelolaan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mmhari. Effisiensi Irigasi, Untuk tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air tersebut sampai ke sawah. Kehilangan air disebabkan oleh : ƒ Eksploitasi pemanfaatan. ƒ Evaporasi penguapan, biasanya nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan akibat eksploitasi. ƒ Perembesan perkolasi, dihitung apabila faktor kelulusan tanah cukup tinggi. Rotasi Teknis. Keuntungan - keuntungan yang diperoleh dari sistem golongan teknis adalah : Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak koefisien pengurangan akibat rotasi. Kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur - angsur pada awal pemberian air irigasi pada periode peyiapan lahan, seiirng dengan makin bertambahnya debit sungai ; kebutuhan pengambilan puncak dapat ditunda. Sedangkan hal - hal yang tidak menguntungkan adalah : ƒ Timbulnya komplikasi sosial yang rumit. 99 ƒ Eksploitasi lebih rumit ƒ Kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi, dan ƒ Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya sedikit lebih waktu tersedia untuk tanaman kedua. Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigari harus dibagi - bagi menjadi sekurang - kurangnya tiga atau empat sistem golongan dan tidak lebih dari lima atau enam golongan. Karena alasan - alasan diatas, biasanya untuk proyek irigasi tertentu mencakup daerah yang dapat diairi seluas 10.000,00 Ha dan pengambilan air langsung dari sungai, tidak ada pengurangan debit rencana. Koefisien pengurangan = 1,0. Pada jaringan yang telah ada, factor pengurangan lebih kecil dari 1,0 mungkin dipakai dapat sesuai.

c. Data Geoteknik.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah stabilitas tanggul, kemiringan talut galian serta rembesan ke dan dari saluran. Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah akan memberikan petunjuk mengenai sifat - sifat tanah daerah trase saluran yang direncanakan. Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah - daerah yang mengandung : o Batu singkapan. o Lempung tak stabil yang plastisitasnya tinggi. o Tanah gambut dan bahan - bahan organik. o Pasir dan kerikil. o Bahan tanah timbunan yang cocok. o Muka air tanah.

d. Data Sedimen.

Data sedimen terutama diperlukan untuk perencanaan jaringan pengambilan di sungai dan kantong Lumpur. Bangunan pengambilan dan kantong Lumpur akan direncanakan agar mampu mencegah masuknya sedimen kasar 0,06 - 0,07 ke dalam jaringan saluran. Untuk perencanaan saluran irigasi yang mantap kita harus mengetahui konsentrasi sedimen dan pembagian diameter butir. Data - data ini akan menentukan faktor - faktor untuk 100 perencanaan kemiringan saluran atau potonongan melintang yang mantap dimana sedimentasi dan erosi harus berimbang dan terbatas.

6.2. Langkah-Langkah Perencanaan Saluran Irigasi Perencanaan Pendahuluan

Perencanaan pendahuluan saluran irigasi harus dapat menghasilkan : - trase saluran - muka air - lokasi dan tipe bangunan pembawa, bagi dan sadap. Perencanaan pendahuluan harus mengikuti langkah-langkah berikut : 1. Pemplotan trase saluran pada peta dengan skala 1: 25.000. 2. Penentuan batas-batas petak tersier pada peta dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000. 3. Pemplotan trase saluran dengan lokasi bangunan sadap pada peta berskala 1: 5.000. 4. Penentuan muka air yang dibutuhkan pada bangunan pengambilan pada peta dengan skala 1: 5.000 atau 1: 2.000 kalau ada. 5. Perhitungan debit rencana. 6. Penentuan lokasi bangunan pembawa dan pembagian kehilangan 1tinggi energi di bangunan tersebut. 7. Penentuan kemiringan rencana pada ruas-ruas saluran berikutnya. 8. Penentuan dimensi saluran. 9. Penentuan muka air saluran. 10. Pembuatan profil memanjang 11. Penyelusuran trase di lapangan dengan melakukan pengukuran topografi, pengukuran geoteknik pendahuluan di sepanjang as saluran. 12. Penyesuaian trase saluran dan profil memanjang pendahuluan termasuk lokasi bangunan. 13. Pembuatan program kerja untuk penyelidikan geoteknik dan pengukuran topografi. 101 Perencanaan Detail 1. Pengukuran trase dan penyelidikan geoteknik 2. Sedikit penyesuaian as saluran 3. Mencek elevasi muka air dan muka air rencana 4. Muka air rencana akhir definitif 5. Kapasitas rencana akhir 6. Dimensi akhir 7. Potongan melintang dan potongan memanjang akhir

6.3. Saluran Irigasi

Saluran Irigasi adalah saluran pembawa air untuk menambah air ke saluran irigasi ke daerah lain. Untuk perencanaan saluran, ada dua parameter pokok yang harus ditentukan apabila kapasitas rencana yang diperlukan sudah diketahui, yaitu : • Perbandingan kedalaman air dengan lebar dasar n. • Kemiringan memanjang i.

A. Rumus Dan Kriteria Hidrolis Saluran.

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan rumus Strickler. V = K. R 23 .I 12 A = b + mh . h Q = A . V b = n. h Dimana : Q = Debit Saluran m 3 dtk v = Kecepatan Aliran mdtk 1 . 2 2 − + = m h b P P A R = 102 A = Potongan Melintang m 2 . R = Jari-jari hidrolis m. P = Keliling Basah m. b = Lebar dasar m. I = Kemiringan energi kemiringan saluran k = Koefisien Kekasaran Strickler m 13 dtk m = Kemiringan Talut 1 Vert : m hor. Gambar 6.1 Parameter Potongan Melintang Koefisien Kekasaran Strickler Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor - faktor berikut : • Kekasaran permukaan saluran. • Ketidakteraturan permukaan saluran. • Trase saluran. • Vegetasi tumbuhan. • Sedimen. 103 Tabel 6.1 Harga — harga koefiesien kekasaran Strickler k untuk saluran — saluran Irigasi Dari Tanah. Debit Rencana m 3 dtk K M ii3 dtk Q 10 45 5 Q 10 42,5 1 Q 5 40 Q 1 Dan saluran Tersier 35 KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi. Tabel 6.2 Harga — harga koefiesien kekasaran Strickler k Yang Diizinkan untuk saluran — saluran Irigasi Dari Pasangan Jenis Pasangan K M 13 dtk Pasangan Batu 60 Pasangan Beton 70 KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi. Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam bahan pasangan, kekasaran masing - masing permukaan akan berbeda - beda bervariasi. Koefisien kekasaran campuran dihitung dengan rumus berikut : Dimana : k = Koefisien Kekasaran Strickler untuk potongan melintang, m 13 Dtk P = Keliling basah m pi = Keliling basah bagian I dari potongan melintang m ki = Koefisien kekasaran bagian i dari potongan melintang, m 13 Dtk 3 2 1 5 , 1 3 2 − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = ∑ n ki Pi p k 104

B. Sedimentasi