118 d
= Kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi I x L e =
Kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm
f = Kehilangan
tinggi energi di bangunan pembawa 5 cm g =
Kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
ΔH = Variasi tinggi muka air, 0,18 h
100
h
100
= kedalaman air pada muka air normal 100 .
Z = Kehilangan
tinggi energi di bangunan — bangunan tersier yang lain.
b. Kemiringan Memanjang.
Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan saluran akan sebanyak mungkin menikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih. Kemiringan memanjang
saluran mempunyai harga maksimum dan minimum. Usaha pencegahan terjadinya sedimentasi memerlukan kemiringan memanjang minimum. Untuk mencegah terjadinya erosi,
kecepatan maksimum aliran harus dibatasi. • Kemiringan Minimum.
Untuk mencegah terjadinya sedimentasi harga IVR hendaknya diperbesar kearah hilir. Dalam prakteknya kriteria ini tidak sulit untuk diikuti.
• Kemiringan Maksimum. Bilaman kondisi tanah trase sudah diketahui, maka kecepatan dasar yang diizinkan vba
untuk mencegah terjadinya erosi pada ruas saluran. Untuk tanah - tanah yang tidak stabil kecepatan harus diambil lebih kecil dari kecepatan yang di izinkan.
119
6.3. Perencanaan Saluran Irigasi.
Secara planimetris perencanaan trase saluran harus mengacu kepada : - Garis-garis lurus sepanjang mungkin yang dihubungkan dengan kurvelengkung bulat
- diusahakan agar muka air mendekati elevasi medan atau sedikit di atas elevasi sawah di sebelahnya yang akan diairi.
- Muka air tanah mendekati muka air rencana atau sedikit di bawahnya. - Perencanaan harus menghasilkan bagian yang seimbang sehingga jumlah galian sama
dengan atau lebih dari jumlah timbunan. Pada jaringan irigasi biasanya trase saluran primer sejajar dengan garisgaris tinggi saluran
garis tinggi dan saluran sekunder yang mengambil air dari saluran primer tersebut terletak di sepanjang punggung medan.
120 Tabel 6.10 Tabel Perhitungan Untuk Perencanaan Pendahuluan Saluran I rigasi
121
a. Debit Rencana
C x NFR x A Qt =
Eff
tersier
Dimana : Q =
Debit m
3
Dtk NFR =
Kebutuhan air bersih sawah ltrdtk. Ha c =
Koefisien rotasi c
= 1,0 karena tidak ada sistem golongan karena daerah layanan 10.000 ha
Eff = Effisiensi 1,0
x 1,24 x A Q =
77,50 = 1,60 x A
= a x A
= 1,6 x 93 =
148,8 LtrDtk =
0,149 m
3
Dtk
b. Elevasi bangunan
sadap yang diperlukan
P = A + a + b + c + d + e + f + g +
ΔH + Z Dimana :
P = Muka air di saluran sekunder
A = Elevasi sawah tertinggi
a = Lapisan air disawah = 10 cm
b = Kehilangan energi di saluran kuarter ke sawah = 5 cm
c = Kehilangan tinggi energi diboks kuarter 5 cm
d = Kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi I x L
e = Kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm
f = Kehilangan tinggi energi di bangunan pembawa 5 cm
Gambar 6.7 Elevasi Bangunan Sadap Tersier Yang Diperlukan
122 g
= Kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier ΔH = Variasi tinggi muka air, 0,18 h
100
h
100
= kedalaman air pada muka air normal 100 .
Z = Kehilangan tinggi energi di bangunan — bangunan tersier yang lain.
Gambar 6.8 Tinggi Bangunan Sadap Tersier Yang Diperlukan
123
Tabel 6.11 Perhitungan Muka Air Yang Dibutuhkan Pada Bangunan Sadap Tersier
A a b m m.
c n
n.e L d f g Phitung