Instrumen Ekonomi Kerangka Pemikiran Teoritis

41

3.1.3. Instrumen Ekonomi

Instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan melalui mekanisme pasar Fauzi, 2007. James 1997 dalam Fauzi 2007 mendefinisikan instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya, atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan aktivitas mereka. Fungsi instrument ekonomi menurut Panayotou 1994 dalam Fauzi 2007 menyebutkan paling tidak ada empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan, yaitu : 1 Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. 2 Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai wahana vehicle untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya. 3 Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien. 4 Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan revenue generating. 42 Instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah Fauzi, 2007, yaitu : 1 Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah, serta memberikan penerimaan bagi pemerintah. 2 Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat dikhususkan pada teknologi misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor, atau dapat juga dikhususkan pada kinerja misalnya domestic emission trading program. 3 Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada misalnya melalui akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak atau biaya kompetitif jangka panjang melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi teknologi baru. Dengan membiayai 43 subsidi ini, pemerintah layaknya harus meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Populasi penduduk Jakarta meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena Jakarta merupakan pusat pemerintahan yang memiliki daya tarik besar untuk mencari pekerjaan sehingga arus urbanisasinya besar. Populasi penduduk yang besar berimplikasi pada peningkatan permintaan transportasi untuk memudahkan aktivitas sehari-hari. Hal tersebut akan mengakibatkan jumlah kendaraan semakin meningkat, sehingga menimbulkan kemacetan yang semakin sulit diatasi di kota Jakarta. Kemacetan ini menimbulkan berbagai masalah yang erat kaitannya dengan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Kemacetan menimbulkan ketidaklancaran lalu lintas, sehingga berimplikasi pada peningkatan konsumsi BBM yang dapat menyebabkan pencemaran udara akibatnya lingkungan menjadi rusak dan tidak sehat. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah di sekor transportasi agar sustainable transportation dapat tercapai dan kualitas lingkungan di kota Jakarta dapat diperbaiki. Electronic Road Pricing ERP merupakan kebijakan yang bertujuan untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi dimana setiap kendaraan yang melintasi zona ERP tersebut dikenai biaya dengan harga tertentu. Kebijakan ini bertujuan agar kelancaran lalu lintas dapat dicapai sehingga masalah lingkungan yang berdampak pula pada sosial ekonomi masyarakat dapat diatasi. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk melihat WTP masyarakat yang mencerminkan nilai ERP yang dapat diimplementasikan oleh pemerintah. Hasil